With You
by OX Wind
Main Cast : ChanBaek
Genre : Fantasy, Romance, lil'bit Humor.
Rated : T+
Length : Oneshoot
Disclaimer : All chara belong to themselves. Inspired by "One Room Mansion no Renai Jijou".
.
.
Don't Like, Don't Read.
.
.
.
.
Enjoy~
.
.
.
.
Setiap hari, aku selalu melakukan hal yang sama. Bangun tidur, bekerja, pulang dengan kereta bawah tanah..
Dan itu benar-benar berlangsung setiap harinya.
SETIAP. HARI.
'Kurasa aku hampir gila... dan lelah dengan semua ini.'
"Hihi, hentikan. Ini di tempat umum."
"Kenapa kau begitu cantik hari ini, hm?"
Suara-suara dari samping tempatnya berdiri membuatnya menoleh. Di sana, dalam jarak beberapa meter, ada sepasang muda-mudi tampak bermesraan secara terang-terangan. Bahkan terkadang si pria akan mencuri-curi kecupan kecil dari bibir si wanita.
Chanyeol mengeratkan pegangannya pada handle grip dan menggeram kecil. 'Argh, tidak bisakah kalian berhenti saja?!' batinnya menjerit.
.
.
.
.
Semangkuk ramen sudah tersaji di atas meja kecil di depan sofa ruang santai apartemen minimalis itu. Sementara sang pemilik sudah bersiap-siap duduk beralaskan karpet, menutup matanya sembari berujar,
"Baiklah, waktunya makan!" Kemudian dengan cepat menyambar sumpit dan mengaduk sebentar mie dengan asap yang masih mengepul tersebut.
'Setelah kupikir, aku tidak bisa mengundurkan diri begitu saja dari pekerjaanku saat ini.'
"Uh, apa sebaiknya aku mencari hobi baru saja?"Bisbol.. atau golf, mungkin. Hm... "Tunggu. Istri. Ya, aku harus menemukan istri sebelum melakukan hal itu."
Sambil tetap menyeruput ramen pedasnya dengan cepat, Chanyeol kembali berpikir, "Aku akan menikahi seorang wanita Korea yang sederhana saja-"
"Hey,"
"-yang akan terlihat cantik saat memakai hanbok di pesta pernikahan kami nanti. Hehehe.. Eh?"
"Apakah rasanya enak?"
Oh. Kurasa aku terlampau kelelahan. Aku seperti mendengar sesuatu sekarang.
"Hey,"
"Hahaha, sudah waktunya tidur."
"Aku bilang, hey!"
Tiba-tiba saja kerah bajunya tertarik ke belakang, membuat kepalanya jatuh di sofa dengan posisi mendongak ke atas.
"Apakah rasanya enak, Chanyeol?" Yang didapatinya adalah seorang lelaki dengan hanbok merah muda sedang duduk bersila di atas sofanya.
Hening—
—ing...
...
What the hell—siapa pula ini?!
Pencuri? Tidak terlihat seperti itu. Apa aku hanya berhalusinasi?
"Hm? Aku hanya bertanya bagaimana rasanya. Kurasa itu bukan pertanyaan sulit." Lelaki itu mengerutkan keningnya, "Berikan aku sedikit."
Seakan terhipnotis, Chanyeol beranjak dari duduknya dan menyeduh satu bungkus ramen lagi dengan linglung.
"Well, setelah makan sebaiknya kau segera pulang." ujarnya kemudian.
Lelaki yang memakai hanbok menatap dengan liur di sudut bibirnya, "Tapi makhluk sepertiku 'kan tidak memiliki tempat tinggal."
"Apapun itu, aku tidak peduli. Jika kau tetap berada di sini, aku akan memanggil polisi." Chanyeol melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
"Baik, kalau begitu aku akan melakukan ini.."
POOF.
Dalam sekejap, tubuh mungil itu menghilang. Spontan Chanyeol menjatuhkan sumpitnya dengan mulut menganga lebar.
"Lalu mereka akan berpikir kalau kau itu gila! Dan lagi, namaku Baekhyun."
J-jadi, dia.. hantu.. makhluk.. aku..
"Hey, apa ini sudah boleh dimakan?"
Astaga, kurasa halusinasiku semakin parah.. kurasa aku benar-benar hampir gila—
"Terima kasih makanannya!" si mungil berseru sambil bertepuk tangan riang, mengembalikan pikiran Chanyeol yang sedang mengembara. "Hehehe.."
"Uh, k-kenapa kau begitu senang?"
"Kenapa? Sudah lama sekali sejak aku makan bersama seseorang. Rasanya menyenangkan." jawabnya dengan senyum lebar dan pipi yang sedikit bersemu.
What the fuu—
...kenapa jantungku berdetak lebih kencang?!
Chanyeol membuang mukanya ke samping.
Aku hanya kelelahan. Ya. Kelelahan.
Aku hanya bermimpi. Hanya imajinasiku saja.
Dia pasti akan hilang besok.
.
.
.
.
"Hey, bisakah aku memakan ramen itu lagi?"
Pagi hari dan Chanyeol terbangun dengan "makhluk" bernama Baekhyun itu di ranjangnya—lebih tepatnya sedang berbaring di sebelahnya. Yang mana secara otomatis membuat Chanyeol terlonjak kaget dan terjungkal ke belakang.
Tidak.
"Kurasa aku harus ke rumah sakit." Terhuyung-huyung Chanyeol keluar kamar dengan Baekhyun yang bergelayut di lengannya sambil merengek meminta ramen.
"Kalau kau memang begitu menginginkannya.. dengan satu syarat-"
BRUK.
"-cuci dan lipat baju milikku dengan baik."
"Ehh? Kenapa?"
"Tentu saja itu sebagai bayarannya! Aku akan pergi bekerja." Selesai berbenah-kilat-, Chanyeol bergegas menuju pintu keluar. Baekhyun di tempatnya menatap bingung pada sepotong celana pendek yang dipegangnya.
"Oh, okay. Semoga harimu menyenangkan~" Baekhyun tersenyum manis sambil melambai ceria dengan celana di atas kepalanya.
"JANGAN MEMAKAINYA SEPERTI ITU!"
.
.
.
.
Ada apa dengan hidupku...
"Yo, Chanyeol. Desain yang kemarin kau buat sudah diterima oleh tim produksi. Selamat!"
Hidupku..
Tepukan keras di pundak membuatnya menoleh, "Apa yang kau lamunkan?"
"Hah? Tidak ada.."
"Malam ini kedua tim produksi akan mengadakan pesta kecil-kecilan di bar langganan kita. Tertarik untuk bergabung?" Rekan kerjanya-Kai-memberikan seringai tipis.
"Um.. mungkin tidak."
"Well, ini tidak seperti dirimu." Kai menatap heran.
Aku hanya khawatir pada anak itu dan keadaan apartemenku, entah kekacauan apa yang akan terjadi jika aku tidak berada di sana untuk mengawasinya.
.
.
.
.
"Kau~ Pulang~ Lama sekalii~"
Hal pertama yang dilihatnya ketika membuka pintu apartemennya adalah wajah kusut Baekhyun dengan bibir yang dimajukan.
"Uhh.. Aku hampir mati kebosanan menunggumu~" ujarnya lagi.
"Yah, dan aku di sini, berharap kau sudah pergi. Pergi jauh." Chanyeol kemudian mengalihkan atensinya pada tumpukan baju yang sudah terlipat rapi di sudut ruangan. "Woah? Kau melakukannya dengan sangat baik."
"Benarkah?" Lelaki mungil dengan poni yang diikat ke atas itu menggosok hidungnya dengan telunjuk, "Aku pernah melihatmu melakukannya dulu, dan itu sangat mudah!"
Menghela nafas panjang, Chanyeol kembali membuang pandangan datarnya ke lantai.
Serius, anak ini benar-benar..
"Hey, hey, bukankah ini sudah waktunya untuk makan? Makan~ Ayo makan ramen~"
"Omong-omong, aku masih punya beberapa hal lain di dalam pikiranku.. kalau kau tidak keberatan."
"Hm?"
.
.
.
.
Hari ini rasanya agak berbeda.
"Heh, hehehe.." Sambil bertopang dagu di atas meja kerjanya, lelaki tinggi itu terkekeh mengingat kejadian semalam.
"Ugh, Chanyeol. Ada apa denganmu? Berhenti memasang wajah seperti itu. Membuatku mual saja." Luhan-sang kepala divisi yang baru-berjalan melewati meja Chanyeol sambil menyeletuk cukup keras dengan bahu bergidik ngeri, sementara kedua tangannya sibuk mengangkat setumpuk kertas poster untuk promosi.
"Ah. Haha, benarkah?" Yang ditegur hanya menggaruk tengkuknya canggung sembari tertawa kikuk.
Aish, sial..
.
.
.
.
"Aku pulang!"
"Selamat datang, Chanyeol~" Baekhyun berdiri di ambang pintu kamar mandi, tersenyum lebar dengan poni yang tetap dikuncir naik ke atas, dan juga sebuah spons penuh busa di tangannya.
"..Di sini, aku baru saja berpikir bahwa bathtub di kamar mandi perlu untuk dibersihkan." Lagi-lagi Chanyeol membuang pandangan datarnya ke lantai, teringat ucapannya semalam.
"Aku mencintai tipe yang bisa berlaku seperti seorang istri rumah tangga!"
"Aku sudah menyiapkan makan malam. Ayo kita makan!"
"Eh?"
Sekarang, di meja sudah tersedia berbagai macam makanan. Ada sup, daging panggang, ikan goreng, kimchi segar, dan nasi -pastinya-
"...Kau benar-benar membuatnya." Chanyeol buru-buru mengganti pakaian kerjanya dan duduk di depan meja setelah terpaku beberapa detik.
Menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan begitu khidmat, 'Sudah berapa tahun lamanya... sejak aku terakhir kali memakan masakan rumah?'
Semacam ada air mata imajinatif yang mengalir deras di kedua pipinya, Chanyeol berseru dengan semangat, "Mari makan!"
Sesendok penuh daging sudah sedekat ini sebelum benar-benar masuk ke mulutnya..
"Chanyeoooll!"
-dan gagal.
"Argh, ada apa?!" Kaki panjangnya dengan cepat melangkah ke kamar mandi di mana Baekhyun berada.
"Apa yang harus ku lakukaaaann?" Air mukanya begitu panik, seperti hampir menangis. "Airnya tidak mau berhenti." Dan sebelah tangannya menggenggam tangkai shower dengan air yang terus mengucur deras.
"Gyaah, jangan arahkan padaku!" Chanyeol menghindar panik saat Baekhyun mengarahkan kucuran air itu padanya.
"Oh, maaf."
CLAKK.
"Kau hanya perlu memutar kenop ini ke arah kanan, maka airnya akan berhenti. Ingat itu untuk lain kali, okay?"
"Uh, okay." Lelaki yang lebih mungil memeras ujung kain hanbok nya yang tampak basah, "Haha, pakaianku basah semua.. Kurasa aku sudah mendapat pelajaran untuk kali berikutnya."
"..."
"Chanyeol?"
Tidak direspon. Yang dipanggil sibuk dengan fokusnya pada paha mulus Baekhyun yang terlihat akibat kain hanbok yang tadi sedikit terangkat..
"Uh.. Oh.."
..Dan bagian dada yang sedikit terbuka akibat basah.
"Chanyeol?"
Kedua tangan dengan jari lentik milik Baekhyun menggenggam tangan besar Chanyeol, secara tak terduga meletakkannya tepat di permukaan dadanya yang terlihat tadi. Sontak membuat Chanyeol tersentak dan membulatkan matanya.
"Uh.. B-Baekhyun?" Chanyeol berucap susah payah dengan wajah paling bodoh dan idiot yang dia punya.
"Aku.. juga bisa membantu... dalam hal ini." ujarnya dengan wajah memerah sempurna. Membuat lelaki tinggi di hadapannya secara tidak sadar mengelus lembut kulit halus dadanya.
"Ah. Ahh.."
PLUK.
"Tidak! Tidak akan terjadi!" Chanyeol menyambar cepat handuk di gantungan dekat pintu dan melemparnya ke wajah Baekhyun.
"A-aku sudah sangat lapar. Ayo makan!"
"Aku akan menyusul.." balas Baekhyun dengan wajah polosnya.
Setelah itu..
"Bagaimana? Apakah rasanya enak?" tanya Baekhyun pada Chanyeol di depannya. Kini dia sudah berganti pakaian dengan kaus hijau bergambar kelinci.
Tidak ada yang terjadi, tapi...
"Hm... Ya."
Kurasa aku mulai tertarik dengan anak aneh ini..
.
.
.
.
"Chanyeol," Yang dipanggil menoleh dengan kertas iklan baru di tangannya, menatap rekan kerjanya yang hitam itu.
"Apakah kau sudah mendapatkan seorang kekasih?"
"Huh?" Ekspresi wajahnya sekarang pasti sangatlah aneh.
"Kau tidak ikut beberapa pesta yang dilaksanakan di bar. Jadi kami berpikir... Well, baik untukmu. Aku ikut senang." Kali ini si manusia albino yang ikut menimpali.
"K-KALIAN SALAH!"
"Hey, jangan lupa undang aku di acara pernikahanmu." Kai menggoda sambil tertawa pelan.
"Apakah kalian mendengarku?! Aku bilang bukan itu! Ini adalah akal-akalan kalian untuk mengajakku minum, 'kan?! Baik, ayo kita ke bar sekarang juga!"
"Kau yakin? Aku merasa bersalah pada kekasihmu." Lagi-lagi mereka mengejeknya.
"Kalian semua salah sangka! Dengarkan aku!"
Ah, sial...
Lima gelas Vodka, dan pikirannya mulai melayang-layang kepada sosok mungil nan imut yang sekarang tinggal di apartemennya.
Bocah itu?
Kekasih?
Tidak akan mungkin..
...
...
...'kan?
.
.
.
.
"Aku pulang~"
CKLEK.
"..Huh?"
Aneh. Apartemennya begitu gelap, tidak seperti kemarin-kemarin saat dia pulang. Tungkainya melangkah ke ruang tamu,
Dia tidak di sini.
Kamar mandi.
Dia tidak ada dimanapun.
"Haha, lalu apa? Dia benar-benar pergi." Lelaki jangkung itu terduduk lemas di lantai samping sofa. "Tidak masalah. Semuanya akan kembali sama seperti sebelumnya."
Kehidupan lamaku yang membosankan..
Chanyeol menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya yang ditekuk. "Bukan masalah besar."
KLIK.
Suara saklar yang ditekan membuat lelaki dengan surai dark brown itu mendongak.
Melihat lampu yang sudah menyala ketika aku pulang...
"Chanyeol,"
..tenggelam dalam kehangatan dan rasa nyaman...
"Apa yang kau lakukan dengan bersembunyi di sana seperti itu?"
Itu sudah...
Kedua tangan besarnya dengan cepat dibawa untuk meraih tubuh mungil di hadapannya.
Sangat terlambat untuk bisa kembali ke hari-hari sebelumnya.
Memerangkap sosok itu ke dalam sebuah dekapan hangat dan erat.
"C-Ch-Chanyeol?!"
Baekhyun dalam pelukannya sudah merona tidak karuan.
"Kau harus tanggung jawab," Chanyeol semakin mengeratkan pelukannya dan meletakkan keningnya pada pundak sempit pria mungil itu.
"Eh?"
"A-aku sudah tidak bisa hidup sendirian lagi! Tidak jika tanpa kau di sisiku!" serunya tiba-tiba dengan wajah memerah sempurna.
Heh, tidak keren sama sekali.
"Um.. Chanyeol, apakah kau sedang mabuk?" Baekhyun bertanya ragu-ragu.
"A-aku tidak sedang mabuk, okay?!"
Kembali mengeratkan dekapannya,
"Jadi, kau jangan pernah berani untuk menghilang dari hadapanku."
"Tidak akan," senyumnya mengembang sempurna, "Karena aku akan menghuni apartemen ini bersama denganmu."
CHU.
Dan apa yang terjadi setelah itu, aku berada di bawah pengaruh dari alkohol.
Aku tidak mengingat banyak hal..
"Kau pernah bertanya padaku. Kenapa aku muncul di hadapanmu, 'kan?"
Tetapi...
"Itu karena... aku sudah memperhatikanmu sejak lama.."
Kata-kata itu...
"Dan aku tidak... bisa menahan diri lebih lama untuk tetap diam dan... hanya memperhatikanmu saja.."
.
.
.
.
Aku tidak akan pernah melupakannya.
"Chanyeol, sarapan sudah siap!"
BRAK.
Suara pintu kamar dibanting dan—
"AAAAAAAAAAA!"
Baekhyun muncul di ambang pintu dengan badannya. Ya, hanya badannya. Tanpa kepala.
"I-itu.. Aku..."
"WAAAAAAHHH! AKU TIDAK BISA MELIHAT WAJAHMU!"
"Astaga.. sangat memalukan.." cicitnya kecil.
PLOP.
"Sebenarnya aku sangat malu sejak semalam.. tapi aku tidak bisa menghilang begitu saja. Karena kau menyuruhku untuk tetap tinggal.." kepalanya menunduk untuk menyembunyikan wajah meronanya.
Chanyeol mengusak rambut halus Baekhyun sambil tertawa kecil,
"Jika bersamamu, kurasa aku tidak akan pernah merasa lelah dengan semua hal ini.."
.
.
.
.
END
.
.
.
.
A/N : Haii~ Gue bawa fic tengah malam(?)
Ini udh sekitaran jam 1 malam, eh pagi ya ? :'v wkw, ini akibat insomnia berkepanjangan makanya gue mutusin buat ngetik ff aja.
Rencananya, ini mau gue bikin jadi kumpulan ff oneshoot, drabble atau ficlet. Dicampur gitu kalo misalnya lagi ada ide, dipost di sini aja. Inspirasinya sih bisa dari mana-mana aja. /uhukk/ Yah hitung" ini jadi ff cemilan ringan aja. Gimana ? Ada yg setuju, mungkin ?
Ahaha, maaf kalo misalnya ada typo.. ngetiknya kan pas setengah" ngantuk juga + backsound hujan deras. :'v wkw.
Okay, see ya~ Ppyong~
