I've just had enough time
Gilbert melihat Elizaveta dalam balutan baju pengantin.
[Hetalia belongs to Hidekaz Himaruya. No profit taken from this. Just for fun. PruHun. Romance.]
.
.
.
Lagi. Gelas setengah kosong; gelas setengah penuh. Mata Gilbert bergerak liar kendati tawa khas mengudara.
"Hei, Tuan-Awesome, mau berbagi apa yang ada di kepalamu?"
Terlalu sibuk Gilbert meretas kenyataan. Elizaveta dalam balutan baju perang bagai perwujudan mimpi-mimpi masa lalu dan memandang Elizaveta sekarang dalam balutan gaun satin ... Gilbert bersumpah dia tidak keberatan Elizaveta adalah hal pertama yang dia dapati setiap kali membuka mata di pagi hari.
"Mungkin malam ini adalah awal," ucapnya terdengar kacau, "bisa kauhentikan waktu?" Elizaveta memukul Gilbert di bahu untuk candaan bodohnya di altar. Para tamu menunggu, tapi mana lelaki itu mau tahu. Pun keduanya mulai memandang mata satu sama lain—mencari di kedalaman tiap pasang mata—lalu harus ada seseorang yang memecah hening.
"Maaf membuatmu menunggu." Gilbert mengambil sebelah tangan Elizaveta, "Aku pernah mendengar satu kisah," lalu mengelusnya dengan ibu jari, memandang belum adanya cincin yang melingkar. Seseorang harus mulai memasangkan dan Gilbert meruntuki diri. "Tentang sepasang manusia yang saling mencinta, namun pergi berperang demi kewajiban. Harus ada yang meninggalkan dan ditinggalkan. Si Pria hanya terlalu bodoh. Berharap jadi pahlawan dia pergi, namun berpikir wanitanya akan menunggu dia bersiap."
"Pria bodoh."
"Memang bodoh." Gilbert menyapu cairan bening yang meluncur di pipi Elizaveta. Malam itu, Gilbert cukup religius untuk mengatupkan tangan. "Jadi, Liz, ayo bersama di kehidupan berikutnya." Waktu bukan lagi bagiannya, sudah milik Roderich—pria yang kini berdiri di samping Elizaveta.
End.
Medan, 2018
