PROBLEM
NARUTO bukan karya karya ku, sungguh aku tidak bohong
Rate : T
Pair : Gaara x Naru (fem)
This Chapter : Family/ Avenge/ Fun
Warning : OOC, Typo*mungkin*, Gaje, Ancur*critanya&EYD*, Masih banyak lagi
Don't Like? Why you in here? Just go away...
But, give me chance to know what story you like.. ^^
Kritik dan Saran ditinggalkan ke kotak review...
"problem" : Percakapan biasa
'problem' : Inner atau di dalam hati
/problem/ : Telepati
*PROBLEM* : Sound Effect Keras
*problem* : Sound Effect Halus
( problem ) : Sound Of Author ( gak maksa mbaca hal seperti ini... _ _" )
problem : Read something
First Problem
[Pagi, 1 September 2101]
"Ohaio, Gaara-sama" sapa maid rumah bak istana dari Sabaku Family saat melihat salah satu tuannya yang menuruni tangga.
Anggukan kepala yang dia berikan, mengisyaratkan kalau mendengarkan sapaan yang ia dengar. Kakinya tetap berjalan sampai ke suatu tempat. Menghampiri keluarganya yang sudah berkumpul mendahului.
"Ohaio, Gaa-chan" suara tomboy yang di imutkan menyenagkan tapi susah di jalanin... *Plak* oke lupakan. "Hm, hilangkan embel menggelikkan itu Temari" saut nya saat menarik kursi kosong tepat di sebelah Temari.
"Tapi terdengar kawaai, dan cocok untuk adikku satu ini" ucap laki-laki itu dengan mengusap kepala adiknya itu. Seperti biasa, sambutan pagi selalu diselingi oleh deathglare yang menyebar.
"Diam kau kankuro!" Hardik korban penindasan(?) yang menyiratkan wajah tak suka (baca : muka datar)
Sebelum sebelum perang dunia ke 5 dimulai "Sudah-sudah, cepat makan nanti ke buru dingin" sang ibu melerai acara duluan.
Acara sarapan itu berjalan seperti biasa, Temari yang bercerita tentang olahraga memanah yang digemarinya, Kankuro yang setia dengan klub kerajinan tangannya (baca : perakit robot), atau beberapa isu kenaikan dolar saat ini (?)
"Terima kasih makanannya" ucap riang gadis itu, saat makanan yang ada di piringnya telah berpindah temat ke dalam lambungnya.
"Tumben senyum-senyum mulu, Temari?" ucap kankuro heran. Yah, memang tradisi 'one-chan dan oni-chan' sudah hilang dari sabaku bersaudara. "Pasti nanas pemalas itu lagi" Saut Gaara tanpa mengalihkan mata dari makanannya.
"Tapi, tetap karena itu dia terbaik bukan?" jawab Temari cepat
"Terlalu cepat 100 tahun"
"Hey tapi jika begitu aku nanti sudah tua!"
"Terserah"
Kakak perempuan ini hanya bisa menghela nafas jika adik bungsu paling manisnya ini terus membahas seseorang yang ia beri perasaan khususnya. Dan jika itu terjadi, suasana ruang makan pasti akan mencekam lagi.
"Ekghm, itekimas. Kalau kalian tidak cepat, di jamin masuk ke ruang BK.. !" tanpa mereka sadari, sang ayah telah berada dalam mobil pribadi nya dengan berteriak memperingatkan.
"Hwa... Itekimas oka-san"
"Itekimas..! matte TEMARI !"
"Itekimas" Cold face dan tentu saja tetap berjalan dengan santai.
"Itedasai, Oto-san, Temari, Kankuro, dan Gaa-chan" jawab sang ibu dengan tertawa perlahan setelah melihat wajah Gaara yang menoleh kepadanya. 'manis' pikir ibunya. Yap, wajah yang baru saja menoleh itu terlihat (baca : tipis) semburat merah di kedua pipinya. Emosi yang sering ia lemparkan(?) hanya pada sosok cantik yang melahirkannya.
~SKIP TIME~
Sebuah Camaro hitam dan Bugatti Veron merah meluncur ke sebuah gerbang. Disana terdapat nama sebuah sekolah yang terkenal. Karena murid yang diterima di sana hanya orang kaya. Putra pemilik sebuah kedudukan, maupun penerima gelar, dan kecerdasan aspek ketiga.
Suna Academy
Saat camaro gelap itu telah berhenti. Gaara bersiap-siap keluar. Tapi, pintu masih berstatus 'Lock'. "Temari, buka pintunya" ucap gaara sambil memegangi pintu.
"Sebentar" Kakak yang menjabat sebagai sopir pagi itu melihat dengan teliti adik bungsunya.
"Up, Check" kata nya sambil memegangi kepala berkulit putih itu.
Rambut merah yang tidak begitu rapi tapi terlihat keren, jade emerlard yang melekat di matanya terlihat manis dengan sentuhan hitam disekelilingnya, tidak lupa tanda lahir yang berbentuk 'Ai' melengkapi.
"Down, Check" lanjutnya sambil melihat adiknya (lagi)
Seragam sekolah berbentuk jas dengan warna hitam itu nampak rapi. Disertai huruf JS di bagian dada kirinya. Celana yang serasi menghiasi kaki itu dengan tepat. Kemeja dan dasi yang sesuai menambah nilai plus dari seorang Gaara.
"Yosh..Ikuzo!" kata Temari sambil mengunlock pintu camaro itu. Saat mereka keluar, tentu saja berbagai tatapan terlempar pada mereka. Walaupun kategorinya hanya dua. Antara kagum dan.. iri, eh ada satu lagi itu adalah tatapan canggung(?).
Tanpa memperdulikan itu semua, mereka melangkahkan kaki menuju Kankuro berdiri sambil bersandar. Membelakangi Bugatti Veron merah yang ia kendarahi tadi.
"5 menit 2 detik. Rekor baru Temari" ucap nya tiba-tiba dengan stopwatch yang ada digenggamannya.
"Hahaha, lebih cepat dua detik dari kemarin ya?" imbuh sang kakak tercantik dari tiga bersaudara itu. Entah apa gunanya, selalu menghitung waktu yang ia diperlukan dari tempat dia memarkir mobil yang ia kendarai menuju kankuro.
"Ke sekolah dulu" saut Gaara melesat menjahui mereka. Dia benar-benar tidak mau berlama-lama dengan mereka. Itu karena pagi-pagi seperti ini virus freak mereka akan muncul (*dihajar fans temari dan kankuro*).
"Hati-hati, panda-chan" ejek kankuro
Gaara hanya bisa mendecih perlahan, tetapi inner yang berbicara 'mendokusai'
[Di tempat berbeda]
"Haatttccuihh.." bersin yang keluar dari anak itu mengagetkan teman-teman di sebelahnya.
"Kau demam?" Tanya pemilik dua segitiga terbalik di pipinya itu.
"Tidak apa-apa kiba, tapi aku rasa ada yang membicarakan ataupun merniru perkataan ku. Dari tadi bersin terus. Tapi ada kemungkinan itu dia" jawab shika
"Oh.."
"Ahh!" teriaknya yang (lagi-lagi) mengagetkan penghuni kelasnya itu. Mungkin harus hari ini harus diberi predikat hari terkaget se-SunaHighSchool. Walaupun pelaku kedua dari kaagetnya tidak peduli dengan tatapan dari semua orang disana, karena dia sedang berlari keluar. Terlihat tergesa-gesa.
"Pasti kelupaan tugas lagi" gumam Shika yang kembali melanjutkan aktivitas yang terganggu tadi (baca : Tidur pagi).
[Gaara Pov ON]
"Ke sekolah dulu" Berjalan menjauhi mereka adalah jalan terbaik. Ditambah, sekolah kami yang berbeda walaupun pada komplek yang sama. Dua makhluk itu di Suna High School. Sementara aku mengarah ke Junior High School.
"Hati-hati, panda-chan" suara kankuro tedengar nyaring di telinga ini.
'Cih, mendokusai.'
Inner..., mengapa kau memakai kata-kata musuhku selama ini? Apa kau minta the end? Eh, tunggu dulu kalau innerku the end aku ikut the end dong? Nggak jadi deh.
"Haatttccuihh.." Hagh? Suara apa itu?. Saat ku lihat banyak burung yang menjahui gedung High School, mungkin itu masalah dari gedung Suna High School. Yah, not my problem.
[Gaara Pov OFF]
Lorong itu ramai. Mulai dari siswa yang cepat-cepat takut telat, cewek yang gosip topik yang baru, dan juga ada yang lagi nyari pacar baru. Hampir lupa, pasti nya ada banyak cewek yang bikin suatu club disana. Tentu saja, fansclub itu hanya ada untuk orang-orang yang memiliki nilai plus tersendiri.
Dan Gaara salah satunya.
Nasib dari yang di nilai memiliki something special berakhir seperti itu. Penilaian mereka seperti biasa, dari perawakan tubuh sampai prestasi orang tersebut. Dan tokoh utama kita kali ini sedikit risih atas kehadiran mereka. Author sendiripun kasihan melihatnya. (Reader : bukankah kau yang buat?!/ Author : Oh iya #watados)
Dari punggung Gaara, terlihat seseorang membawa tumpukan buku sampai menutupi wajahnya. Tepat arah belakang ada dua anak laki-laki sedang berlarian.
*BRUKK*
Dia pun jatuh dengan tidak elit tepat di atas punggung Gaara. Buku yang tidak seberapa tipis itu (baca : tebal) berserakan di lantai tak beraturan.
"ittai..., Gomenasai " jawab suara nyaring yang dipelankan itu(?) dan melanjutkan dengan mengambil buku-buku tadi.
"Hm" saut Gaara dengan menggosok korban (baca : punggung) dari proses kejatuhan itu. Dia yang masih dalam proses pengembalian kesadaran yang sedikit menghilang karena kejadian tadi.
Ingin mengetahui siapa yang membuatnya seperti itu, di menoleh perlahan. Membuat nya terjatuh dalam dunia lamuman.
Dari sini terlihat jelas. Seragam yang berbeda, rambut pirang sepunggung rapi, juga kacamata yang bertengger di matanya. Mungkin kalau dilihat lebih baik. Dua manik blue shapirre itu indah terpasang wajahnya.
"Ekghm.., Apa kau baik-baik saja?" pertanyaaan yang megaburkan lamunan di kepala sang berambut merah itu terdengar. Dan telah ditemukan orang kedua yang bisa melihat emosi eksklusif darinya.
"Mata untuk melihat. Kaki untuk berjalan gunakan sebaiknya, atau kau akan mencelakakan orang lain " ucapku tanpa sadar. "Bukankah aku sudah minta maaf?" saut nya dengan nada lebih tinggi.
Author rasa, ceramah 5 detik yang dilakukan Gaara membuat dia sedikit marah "Hm" sambung Gaara kebingungan
"Hei, aku tanya padamu, bukankah aku sudah minta maaf?" sambungnya.
"Terserah" wah.., kedengarannya tokoh utama kita sudah kehabisan kata-kata. Ini baru dia yang pertama yang dapat melakukannya. Dalam pertemuan pertama mereka lagi.
Dari pada mengalami suasana yang lebih awkward karena kecanggungan seperti ini ia lebih memilih berjalan menjahui orang baru itu setelah bukunya ia kembalikan.
Melihat kepergian seseorang yang menurutnya menjengkelkan tetapi menarik. Walaupun sudah dia tutupi dengan kacamata, dua mata itu terlihat berubah warna.
"Mitsuketa.." katanya lirih
"Hey! Hime~ matte" suara orang yang dikenalnya membuat kepala berponytail itu menoleh sekaligus melepaskan kacamatanya.
"Eh, Oni-chan"
"Ap-"
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin melepasnya. Kalau perubahan ini, karena aku terlalu bersemangat" sautnya sambil mengarahkan telunjuk ke dua manik yang telah menjadi merah Ruby itu.
"hah..., baiklah asalkan kau tidak berbuat aneh-aneh" hela nafas yang terdengar saat orang yang dipanggil kakak itu membantunya dengan membawa sedikit (baca : hampir semua) dan menyisahkan satu.
Yang lebih mengejutkan, ia hanya membawanya dengan satu tangan. Bayangkan, membawa buku yang lebih dari satu juga tidak begitu tipis (baca : tebal) hanya dengan seperti itu. Hanya di tangan sebelah kanannya!
"Hehe, aku tidak menjamin itu" jawabnya sambil menumpuk buku yang terakhir ke tangan sang kakak sebelah kiri itu, sambil berlari memunggunginya.
Seperti sudah paham jalan pikiran adikknya dia menghela nafas "Hah, kalau sudah menyangkut masalah pemilihan seperti ini, dia sangat bersemangat." Sembari melangkah mengikutinya ia menggumamkan sebuah kalimat.
"Apakah kalian melihat anakmu yang hiperaktif satu itu dari sana? oka-san, oto-san" dengan menutup mata dan membayangkan wajah dua orang paling ia kagumi tersenyum padanya.
TO BE CONTINUED
a/n :
Ini hanya repost FIRST PROBLEM yang sudah direfisi dan saya publish di sini.
Sign,
Ano2
