Disclaimer : KnB (c) Fujimaki Tadoshi sensei
Warning : Typo, OOC, Au, Dsb.
Genre : Supernatural n Fantasy
Pair : HIMITSU ;
.
.
Chapter 1
BUUUMMM!
Segaris berkas sinar berwarna biru menghantam tanah, menghasilkan bunyi berdebum, ledakan, dan membuat lubang besar.
Seseorang bertopeng dengan surai kelabu yang bergoyang tertiup angin mengatur nafasnya. Dia baru saja menghindari serangan itu. Dengan nafas naik turun ia memperhatikan hasil dari sinar yang nyaris mengenainya.
Dia menolehkan kepala menatap kepada yang meluncurkan serangan itu. Bagian wajah bawahnya yang tak tertutup menampilkan bibir mengatup rapat, tanda kesal.
Lawannya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Tentu saja, karena seluruh wajah orang itu tertutup topeng. Topeng datar yang lancip, berbeda dengan dirinya yang memakai topeng seperti wajah burung hantu tanduk.
Walau tak bisa melihat ekspresi lawannya tapi pria bersurai kelabu itu tahu kalau dibalik topeng datar itu ada seraut wajah menyeringai sombong.
Ugh, membayangkannya saja sudah membuat jengkel.
Dengan kecepatan seperti angin pemuda bersurai kelabu itu mendekat pada lawannya yang memiliki rambut biru. Sewarna dengan serangannya. Mengeluarkan belati pendeknya saat berada di belakang punggung sang lawan.
Mengayunkan belatinya dengan cepat, namun sang lawan berbalik dan menampis dengan senjatanya.
Keduanya lalu melompat mundur. Menjauh.
Keduanya menghela nafas pendek-pendek. Terengah akibat pertarungan yang telah berlangsung semenjak setengah jam yang lalu.
Sang surai biru kini maju terlebih dahulu. Tapi sang surai abu segera menurunkan tubuhnya, berusaha menjegal walau tak berhasil karena sang lawan yang langsung melompat menghindar.
"Ck," decaknya jengkel.
Sang lawan kini mengeluarkan api biru yang menyelubungi tangannya. Bergerak maju, untung saja ia sempat mengelak.
Lawan itu terus mengikutinya. Dan pria bertopeng burung hantu itu hanya dapat menghindar ditempatnya. Memutar tubuh.
Ia lalu menendang sang lawan. Dan tersenyum puas saat mengenainya. Namun sang lawan berdiri dengan tenang. Membuat ia curiga.
Kecurigaannya bertambah saat pria bertopeng datar itu mengangkat tangannya ke langit. Lalu membentuk beberapa simbol dari gerakan jari-jarinya.
Pria itu menatap kebawah, tempat dirinya berpijak. Mulutnya menganga melihat sebuah simbol lingkaran mengitarinya.
'Sejak kapan?'
Ah, pasti saat serangan api biru tadi. Api biru tadi hanya pegalihan sedangkan kaki orang itu menggambar simbol. Sial, bisa-bisanya ia terjebak trik seperti ini.
Kembali menatap lawannya, kedua jari yang diacungkan pada langit, lalu mengarah padanya. Simbol itu berpendar, rantai besi datang dari dalam tanah tepat dimana simbol itu tergambar.
Rantai itu melilitnya.
"Akh," erangnya saat rantai itu mulai perlahan melemaskannya. Namun ia belum mau mengaku kalah.
Dihentakkan kakinya dengan kuat lalu rantai itu terlepas. Membuat sang lawan sempat kaget juga.
Dengan kecepatan andalannya ia menyerang kembali. Namun entah keberuntungan apa yang menyelimuti sang lawan, orang itu menghindar. Menggapai tengkuknya, merapal sebaris kalimat. Lalu menghempaskan tubuhnya.
Seluruh kekuatannya terkunci.
Ia kini hanya dapat berbaring dengan terengah-engah. Seluruh sendinya kaku. Ah, dia paling benci kepandaian orang itu dalam menghentikan kekuatan seseorang.
Baik itu energi, aliran darah, saraf dan lainnya. Termasuk membekukan sendi-sendinya.
Sang lawan mendekat lalu berjongkok didekat kepalanya. Membuka topeng datar lancip. Nafasnya juga sama terengah.
"Kau tak akan bisa mengalahkan ku seperti itu, Chihiro," ucapnya dengan raut datar.
Pria yang sedang terbaring itu mengatur nafasnya. "Diam Tetsuya!"
Tetsuya tersenyum tipis. "Kali ini aku menang."
Chihiro mendengus. "Kau curang. Aku tidak kau perbolehkan memakai kekuatan."
Seringai Tetsuya makin terkembang. "Berbaik hati sedikit pada juniormu tidak ada salahnya kan?"
Saat Chihiro ingin membalas, sebuah teriakan memotongnya.
"KALIAN!"
Keduanya menoleh dan mendapati seseorang dengan surai hitam berlari mendekati mereka. Topengnya yang dinaikkan itu membuat keduanya langsung mengetahui identitasnya.
Orang itu tiba dan berdiri didepan mereka yang telah selesai mengatur nafas dengan baik. Orang bersurai hitam itu menatap mereka dengan tajam sambil bersidekap. Sayangnya pelototannya hanya dibalas dua raut datar sedatar tembok.
Membuat dalam hati pemuda berambut hitam itu jengkel.
"Kalian ini kenapa setiap hari selalu membuat keributan?!" serunya dengan suara keras. Matanya menatap galak dua orang didepannya yang terlihat mengacuhkannya. Dan hal itu membuat ia semakin emosi.
Diliriknya tanah dan batu-batu yang hancur. "APA?! Kalian ingin menghancurkan tempat ini?!"
Tetsuya menyentuh tengkuk Chihiro. Mengembalikan tubuhnya seperti semula. Keduanya kini berdiri menghadap pada orang yang masih emosi itu.
Chihiro menaikkan topengnya. Berdecak. "Ck, sudahlah Shuuzo, ini semua karena kami berdua bosan."
Yang dipanggil Shuuzo semakin memelototi muka kurang ajar Chihiro. "Lalu bukan berarti kau bisa menghancurkan tempat ini sesuka kalian!"
Shuuzo benar-benar harus bersabar menghadapi kedua orang ini setiap hari karena selalu saja bermain dengan seenaknya. Bermain yang dimaksud adalah saling bertarung sampai menimbulkan kehancuran disana sini.
Tetsuya mengangkat bahu, "Mau bagaimana lagi, kami benar-benar bosan tidak diberi tugas."
Chihiro mengangguk setuju. "Ini sudah hampir seabad kami tidak diberi tugas apapun, yang benar saja," keluhnya.
Shuuzo berdecak. "Kau berlebihan, baru 90 tahun kok."
'Itu hanya kurang satu dekade!' teriak batin Chihiro dan Tetsuya gemas.
Shuuzo mengangkat bahunya, "Yah, bagaimana lagi, memang akhir-akhir ini dunia begitu tenang. Semua masalah terlalu mudah dan dapat diselesaikan oleh junior-junior kalian. Tidak ada masalah yang cukup berat untuk Patron selevel kalian."
"Karena itu kami bosan." Chihiro memotongnya. "Kami bahkan tidak diperbolehkan ke dunia manusia."
Tetsuya mengangguk, mendukung Chihiro. "Medieval terlalu membosankan. Dunia manusia jauh lebih dinamis."
"Apa lagi yang bisa kami lakukan kalau tidak bertarung?" sambung Chihiro.
'Apa saja asal bukan menghancurkan tempat ini,' gerutu Shuuzo dalam hati."Ck, sudahlah. Ada hal yang lebih penting yang ingin kusampaikan pada kalian dibanding mengomeli kalian, karena pasti hanya akan masuk kiri keluar kanan."
"Apa?" tanya Tetsuya mulai penasaran.
Shuuzo menghembuskan nafas lelah. Untung saja dia itu nyaris abadi sehingga tidak perlu khawatir penuaan dini akibat ulah mereka berdua.
"Ada tugas untuk kalian."
Wajah Tetsuya dan Chihiro langsung berubah. Terkejut sekaligus senang. "Apa?" seru mereka bersamaan dengan nada tak sabar.
Shuuzo berdecak. "Jangan seperti anak kecil. Ke Gedung Utama sekarang. Nanti akan kujelaskan."
Keduanya mengangguk. Mereka bertiga memasang topeng kembali dan tiba-tiba menghilang dari padang kosong itu.
.
.
Tiga orang dengan pakaian berwarna putih-hanya modelnya saja sedikit berbeda, serta topeng diwajah masing-masing mendadak muncul didalam ruangan luas dengan langit-langit yang tinggi.
Dinding dan lantai ruangan itu terbuat dari marmer yang begitu indah motifnya. Ruangan itu terlihat kosong. Hanya ada sebuah meja besar ditengahnya.
Ketiga orang berbeda warna surai itu mengitari meja. Mereka membuka topeng masing-masing. Menampakkan raut tampan dari tiga orang pemuda. Walau umur mereka tidak seperti yang terlihat.
Shuuzo melepaskan topengnya yang berbentuk anjing. Meletakkannya diatas meja. Jari telunjuknya membentuk gambar lingkaran. Lingkaran itu berubah menjadi potongan-potongan dengan setiap potongan menampilkan setiap unsur kehidupan dunia.
Sedangkan ditengah-tengahnya terdapat lingkaran kecil yang bergambar topeng. Shuuzo menekan gambar topeng dan berbagai keping itu terpecah lalu menyatu menjadi sebuah titik dan mengeluarkan sebuah gulungan.
Shuuzo membuka gulungan itu lalu bergantian menatap Chihiro dan Tetsuya. "Tugas kalian mengawasi dua orang ini." Shuuzo melempar gulungan yang terbuka itu kearah Chihiro dan Tetsuya.
Chihiro dan Tetsuya mendekat dan menundukkan kepala untuk melihat isi gulungan. Disana terdapat lukisan dua pemuda. Keduanya memiliki rambut merah, hanya sedikit berbeda.
Chihiro mengangkat wajahnya kembali. Mengangkat sebelah alis dan memandang Shuuzo bingung. "Memang kenapa dengan dua orang ini?"
Shuuzo menarik nafas sebelum menjawab. "Karena mereka bukan orang biasa."
Tetsuya ikut menatap Shuuzo. "Tidak biasa bagaimana?"
Shuuzo menunjuk salah satu potret, pemuda berambut merah terang dengan manik berbeda warna. Merah dan emas.
"Lucifer tertarik padanya."
"Ha?" Chihhiro tidak bisa menahan keheranannya. "Kenapa raja neraka itu tiba-tiba tertarik pada manusia?"
"Bukan tanpa alasan Lucifer tertarik padanya. Bahkan mulai mengincarnya." Chihiro dan Tetsuya saling pandang. "Dia dapat melihat masa depan."
"Tunggu dulu," potong Chihiro. "Bukankah itu hal yang biasa? Banyak manusia yang memiliki kemampuan seperti tersebut."
Shuuzo mengangguk. "Bukan hanya itu yang dapat dia lakukan. Ia dapat mengubah takdir sesukanya."
Tetsuya tercengang. "Bagaimana bisa?"
Shuuzo menggeleng. "Aku juga tak tahu. Selain itu dia dapat mengendalikan pikiran seseorang. Menjadikan seseorang boneka yang dapat dimainkan sesuka hati. Ia dapat melihat malaikat dan iblis. Tak hanya melihat, ia mampu menandingi iblis dan menjadikan iblis itu bawahannya dengan penngendalian pikiran serta takdir."
"Wow, dia mengerikan," sahut Chihiro setengah kagum.
Shuuzo mengangguk setuju. "Dan sepertinya kemampuannya dapat berkembang lebih jauh, entah apa lagi yang dapat ia lakukan selanjutnya. Merusak keseimbangan dunia mungkin. Dunia manusia dan gaib. Aku khawatir bahwa hal itu juga dapat merusak Medieval."
"Hebat, dia menarik," ucap Chihiro.
"Bagaimana dengan yang satunya lagi?" tanya Tetsuya.
Telunjuk Shuuzo berpindah pada potret pemuda yang satu lagi. Pemuda yang memiliki rambut merah bata dengan gradasi hitam dibawahnya. Alisnya unik, seperti bercabang. "Dia dapat mengendalikan api dan memiliki roh Hewan Buas."
"Sudah lama sekali aku tak mendengar manusia memiliki roh Hewan Buas, sekitar abad pertengahan dunia manusia, roh Hewan Buas masih banyak, tapi kudengar manusia seperti itu sudah tak ada lagi." Sahut Tetsuya.
Shuuzo menyetujui ucapannya. "Yah, kukira manusia seperti itu sudah tak ada lagi. Dia juga punya roh yang sangat hebat. Setingkat siluman. Oh, mungkin juga iblis."
"Dia bisa sangat berbahaya. Jika kegelapan menyelimuti hatinya, ia tak lebih dari monster. Jika matanya dibutakan amarah dan benci, maka iblis pun dapat kalah," komentar Chihiro.
"Entah ini dapat disebut kabar baik atau kabar buruk, dia belum tahu tentang kemampuannya," lanjut Shuuzo.
Tetsuya mengetuk dagunya, berpikir, "Jadi apa yang menjadi tugas kami?"
"Mengawasi dan melindungi mereka," jawab Shuuzo. Telunjuknya mengetuk potret pemuda yang pertama. "Dia akan diawasi oleh Chihiro. Perkembangannya menakjubkan, apalagi dia sadar betul dengan kemampuannya. Kau harus melindunginya karena Lucifer menginginkannya. Entah apa yang akan dilakukan iblis itu nanti. Lawan dia jika dia menggunakan kemampuannya untuk hal yang berbahaya."
"Aku lebih khawatir dengan kemampuan orang ini dibanding Lucifer," ujar Chihiro. "Dia bisa menjungkir balikkan takdir dengan mudah. Aku pikir iblispun lebih jinak dari dia."
"Ya, dia sangat berbahaya. Otaknya juga jenius, kita tak tau apa saja rencana yang dapat ia buat." Shuuzo berkomentar. "Jangan sampai lengah."
"Berarti aku yang mengawasi orang ini ya?" Tetsuya menunjuk gambar pemuda yang satunya.
Shuuzo mengangguk. "Pengendalian mu sangat pas kalau nanti dia hilang kendali, kau juga dapat memanipulasi ingatan. Aku tau kalau dia harus tau dengan kemampuannya, tapi yang kita perlu adalah menghapus ingatan saat dia lepas kendali."
Tetsuya mengangguk mengerti. "Awasi perkembangan kemampuannya, jangan sampai ia kehilangan kendali dan bimbing ia kalau sudah mengerti kemampuannya itu."
"Ha'i."
"Berarti kami ditugaskan terpisah ya?" tanya Chihiro.
Shuuzo menggeleng. "Tidak kok. Mereka bersekolah di tempat yang sama jadi kalian dapat tetap berkordinasi walau mengawasi orang yang beda."
"Baguslah kalau begitu," senyum Tetsuya.
"Jadi bagaimana cara kami mengawasi mereka?" tanya Chihiro langsung fokus dengan tugasnya. Bersemangat karena sudah 90 tahun tidak mendapat kerjaan.
"Kalian akan menjadi murid disana, selebihnya itu terserah kalian."
Chihiro langsung pasang muka sewot. Penjelasan yang minim sekali. Dasar pengawas malas.
"Oke, jadi dimana kami menemukan mereka?"
"SMA Teikou."
.
.
TBC
A/N:
Ai desu...
Halo... ini fic baru ku dengan unsur supernatural dan fantasy, oh, romance juga. Yang itu agak sulit ditinggalkan. ;) sebenarnya sih, konflik dan penyelesaian fic ini belum kepikiran cuman gatel pengen publish. :P
Chihiro: "Baka Author."
Ai: "Enak aja, gini-gini otakku lumayan kok. Buktinya dapet peringkat tiga OSK."
Chihiro: "Oh, pamer nih ceritanya."
Ai: "Gak!" /pout.
Tetsuya: "Udahlah Chihiro. Dia lagi seneng, soalnya kemaren pesimis gak bakalan dapet. Walau emang sih turun dari tahun kemarin. Inikan hadiah untuk Papanya yang diatas."
Ai: "Waa.. Tetsuya baik, makasiiih udah bela. Oke fokus ke fic. Meadival dan Patron itu karanganku doang. Konsepnya masih pengen kumatangkan lagi. Apa perlu ku jelasin ya? gak usah ya, nanti bakalan jelas dengan jalan ceritanya aja."
Chihiro: "Soal pair, dia kayaknya berencana masukin beberapa pair yang dia suka. Tapi berhubung kebanyakan minor pair yang lumayan canon, harap tidak kecewa."
Tetsuya: "Buat penampilan kami berdua, lihat di covernya aja. Bukan gambar Ai sih, tau nyolong dimana."
Chihiro: "Nah, segitu dulu, Ai beneran udah gak tau mau ngomong apa lagi, jadi kita deh yang ngebacot. Oh iya, kasih Review ya untuk Budak Review yang satu ini."
Ai: "WOOI!"
Tetsuya: "Jaa Minna-san."
