"Breakup"

BTS Jimin X Reader || School-life romance, slight!Comedy, playlistfic || 847 words.

Bagian ke 1 dari 5.

VIXX - 손의 이별

Langit hitam telah turun ketika aku, tanpa bersuara, duduk di sebelahnya. Dia di ujung kiri, aku di ujung kanan, spasi sepanjang lengan di tengah-tengah. Minggu malam, lapangan depan gedung sekolah nyaris sepenuhnya senyap, hanya cekikikan klub bisbol usai latihan menjelang turnamen sayup-sayup terdengar di sisi gudang olahraga. Aku tidak suka bertengkar denganmu, Park Jimin, kataku padanya dua hari yang lalu. Aku menghindarinya setelah itu. Kemudian sore tadi, saat aku memutuskan untuk bertemu dengannya, aku tahu aku mungkin tidak akan bisa melupakan hari ini hingga akhir hayat.

Dia tadi membalas pesanku hanya dalam hitungan detik. (Apa dia itu? Mesin balas otomatis?) Aku yang memintanya datang kemari pukul tujuh tepat, tiba di sini pukul enam lima puluh, tetapi Jimin bahkan sudah di tempatnya. Dia tidak menyapaku, hanya meneleng dengan bibir terkatup. Mungkin bingung, mungkin canggung, setelah pacarnya menjauh tanpa alasan yang jelas. Parasnya pasi, tampak lelah dan tertekan. Aku mengerti itu salahku, maaf.

"Aku capek sayang sama kamu."

"Ya?" responnya.

"Ayo kita putus."

Mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu, tetapi barangkali terlalu banyak yang hendak terlontar dari sana, berdesakan, tersendat di tenggorokan hingga akhirnya yang tercipta tidak lebih dari sekadar kebisuan. Jangan menangis, jangan menangis, aku sudah latihan untuk ini semua jadi tolong jangan menangis di hadapan Park Jimin. Tunjukkan bahwa kamu tidak apa-apa, sudah mantap dengan keputusan ini, jangan buat dia ragu untuk meninggalkanmu.

"Tidak mau. Enak saja. Aku belum capek sayang sama kamu."

Kurang ajar. Ringan sekali. Bermain hati dan mengakhirnya seolah-olah ini permainan lempar tangkap bola voli. Iya, iya, aku yang mulai memang. "Serius, Jimin. Sayang sama kamu sekarang lebih banyak sakitnya. Berat mencintaimu. Kenapa kamu harus tampan, sih? Kenapa kamu manis dan berhati hangat? Kan jadi banyak yang menginginkanmu. Mereka semua. Aku kesal mendengar bisik-bisik itu, demi Tuhan. Apa kamu tidak dengar? Atau memang sengaja menulikan telinga agar tidak perlu kamu memberi klarifikasi untuk meluruskan seluruh omong kosong ini? Aku tidak mau ikut campur lagi Jimin-ku sayang, aku mengundurkan diri sebagai pacarmu."

"Pengunduran diri ditolak. Saudari masih terikat kontrak dengan perusahaan kami sebagai tenaga ahli urusan hati."

Kok makin kurang ajar, ya.

Dibercandain.

"Ayo kita putus. Kembalikan hatiku. Dengan begitu tidak perlu lagi aku khawatir hati itu akan kamu buat hancur. Itu saja, aku sungguh-sungguh ingin keluar dari permainan ini."

"Aku tidak bisa mengembalikannya sekarang, bayar berapa kalau mau perpanjang masa sewa?"

:(

Selera humor Jimin itu selalu payah, kelakarnya tidak pernah lucu, mungkin kini pun begitu tetapi mengapa aku ingin tertawa? Ingin menangis, ingin tertawa. Aku bersumpah, cinta adalah permainan yang rumit. Tidak peduli seberapa banyak novel roman yang kubaca, hanya beberapa saja yang teorinya cocok dengan kehidupan nyata, sisanya hanya drama picisan yang dibuat-buat, itulah sebabnya sudah lama sekali aku tidak membaca roman, aku juga mulai muak dengan roman tulisanku sendiri. Kalau bukan karena Jimin, yakin tidak bakal ada gagasan cerita berisi sayang-sayangan lagi. Namun aku sudah terlanjur mencintai cowok ini, nah, takutnya nanti setelah putus ceritaku hanya akan berubah dari sayang pacar menjadi sayang mantan :(

"Jadi sebatas itu saja kepercayaanmu padaku?" tanya Jimin, membuyarkan lamunanku. "Kamu lebih percaya pada mereka yang mengemis perhatian dengan menyebar berita murahan. Kamu lebih percaya orang-orang sinting yang menjodohkanku dengan ini dengan itu yang bahkan tidak sekali pun kelihatan mengobrol denganku. Padahal sudah kubilang aku sayangnya kamu, aku maunya kamu, tidak ada yang bisa merebutku darimu. Tapi apalah aku ini, pacar yang tidak dipercaya."

"Berhenti mengatakan hal-hal manis, Jimin! Akan sakit sekali nanti setelah tahu semua itu cuma rayuan melompong. Berhenti membohongiku."

"Jadi kamu maunya apa? Putus?"

Aku tidak menjawab. Toh sejak awal aku sudah mengatakannya. Dadaku mulai terasa penuh, sesi humornya sudah diakhiri bersamaan dengan munculnya rasa gelisah akan kelanjutan hubungan ini. Jauh di dasar relung kesadaranku, benarkah aku ingin berhenti? Sungguhkah aku setolol itu berpikir aku bisa berhenti menyukainya semudah pamit undur dari arena bermain yang mulai membosankan?

"Ada banyak hal yang telah kita lewati bersama. Apa kamu tidak kuwalahan nantinya menghapus satu per satu? Kamu yakin bakalan baik-baik saja tanpa aku? Ada memangnya orang lain yang bisa membuatmu tersenyum lebih dari yang kulakukan?"

Masih diam seribu bahasa, aku bahkan tidak kuasa menatap wajahnya. Jimin bangkit, berdiri di hadapanku, dia membungkuk lalu menelungkupkan telapak-telapak tangannya di kedua telingaku. "Jangan dengarkan. Aku mohon. Sudah cukup kamu bermuram akibat hal-hal remeh semacam itu, sayang. Aku populer, ya, anugerah sekaligus kutukan. Ini berat untuk mencintaiku, aku tahu, tidak usah mengatakannya berulang kali. Tetapi tetaplah melakukannya walau itu tidak mudah. Sebutkan apa yang perlu aku perbaiki. Lalu kamu hanya perlu memercayaiku, mendengarkanku, melihatku seorang. Oke?"

Aku menunduk. Segalanya blur, penglihatanku terhalang genangan mungil di pelupuknya.

Jimin tidak salah. Tidak ada satu pun yang perlu dia perbaiki. Benar, aku saja yang payah.

"Sayang, jawab aku."

"Maaf." Hanya perlu satu kedipan hingga genangan itu menyerah pada gravitasi.

Jimin melepas tangannya dari telingaku. "Begitu?" Dia menegakkan badan lalu beranjak kembali ke spot duduknya. "Mau bagaimana lagi... Kalau memang menurutmu itu yang terbaik." Jimin menyibakkan umbai-umbai di dahinya seraya menggigit bibir bawah kuat-kuat, keras sekali sampai aku yakin bibir itu akan berdarah jika kemudian dia tidak lekas-lekas melepasnya untuk mengambil napas dari mulut sebab hidungnya tersumbat. Aku...

Aku membuatnya menangis.

.

.

.

*** bersambung ***

.

Sudah pernah diposting di facebook.

5 part dan semuanya gak lebih dari 1000 kata :))