Hai

H-hai

How's your day guys?

Saya ga bisa berkata apapun lagi. Saya memang brengsek. Ga pernah nongol hampir setengah atau malah satu tahun? Haha. Ampun, Maaf, Soriiii :(

Sebelumnya saya mau minta maaf sampe bungkuk somplak ke kalian yang baik hati mau mengikuti cerita wool-lee selama ini, seandainya saya bisa membayar anda semua tapi ga ada duit :(. Intinya adalah, nemu inspirasi itu memang susah dan lebih susah lagi menuangkannya ke dalam cerinya jadi yaa gini deh hiatus lama banget.

Juga kalian semua tahu fanfic saya dominan bleach, dan... dan... bleach tamat *ini curhat

BLEACH TAMAT ANJIR!

Tahu 'kan saya dan kebanyakan orang normal diluar sama bakal berharap Ichigo end up with Rukia sampe nyokot laptop ketika chapter terakhir keluar. Dan om Kubo berkehendak lain... Ichigo ga berakhir dengan Rukia, malah beranak sama Inoue. FUCK

Jujur saya nangis semaleman, sumpah. Merasa kaya di php cowok, berharap sama pairing itu lebih dari 9 tahun hidup gue dihabisin buat ngayal tampang anak Ichio sama Rukia, but shit was happened. My heart was broken into a pieces, it crushed my soul. Tahu apa yang pertama terlintas di kepala saat lihat ending belach? Fuck Ichihme, Fuck their son, and fuck the ending of Bleach. Bhay world

Seneng aja ga perlu kuatir sama pairing di One Piece. Doi ga pernah ngecewain saya sebagai reader, bakal saya terima apapun ending One Piece nanti. Yang penting Luffy bahagia HAHA

Sori curhat pake ngamuk dan air mata, ngerasa kecewa berat aja sama bleach. Itulah kenapa saya ga bakal nerusin fanfic bleach saya yang sebelumnya. It gives me pain so much even just read bleach's character. Ga sanggup meski sebenarnya udah bikin chapter baru bleach :(

Soooo, saya akhirnya bikin fanfic Naruto. Fanfic yang saya idam-idamkan dari jaman sekolah masih kumel sampe sekarang. Btw, memang sih Naruto juga udah tamat dan pairing di dalamnya berakhir dengan bagus dan sempurna. Saya nge-ship Naruto-Hinata dan Sasuke-Sakura kok, banget malah. Tapi juga ga masalah kalau di balik. Intinya, suka semua yang ada di Naruto.

Jadi fanfc kali ini ngambil Sasuke sama Hinata. Bukan apa-apa, cuma memang suka karakter mereka berdua. Cocok dibikin fanfic cinta-cintaan klise ala komik wkwk. Sori kalau ceritanya cheesy, tapi sekali-kali boleh dong yang kaya komik-komik? Haha *khayalan jomblo

Juga saya ngambil setting ceritanya di Suzuran, itu lho film Crows Zero (saya ga baca komiknya sih). Jadi nama sekolahnya juga nama geng nya persis di Crows Zero. Udah lama mimpiin bikin fanfic harem, satu cewek dikelilingi banyak cowok. Dan Hinata pas jadi pemerannya. Lagian saya udah bikin chapter sampe delapan sih, cuma nunggu respon kalian dulu hehe

So, my very first fanfic of Naruto. Hope you enjoy it!


Awan kelabu memenuhi langit Tokyo hingga tak satupun seberkas sinar matahari dapat menembusnya. Angin bertiup kencang menerbangkan beberapa daun-daun busuk efek dari hujan di musim semi, melewati halaman sekolah yang begitu ramai. Seperti biasa, banyak anak yang membolos terlebih lagi pada hari pertama di tahun ajaran baru ini. Nah bisa dibilang sebenarnya mereka selalu membolos. Tak ada peraturan yang mengikat. Well, ada semacam peraturan tertulis mengenai ini-itu atas nama pendidikan—semua sekolah pasti memiliki setidaknya satu. Tapi hal-hal yang berkitan dengan disiplin, integritas, visi, Suzuran tidak memiliki hal itu. Suzuran menolak mempertahankan hal itu. Segala sikap dasar positif remaja SMA yang sewajibnya diajarkan disekolah, sudah terkubur dalam tanah di bawah kaki mereka sendiri. Begitu dalamnya sampai tak ada secuil keberadaban manusiapun yang masih tampak di Suzuran. Dinding sekolah tak memberikan celah sedikitpun untuk bisa mengetahui warna apa sebenarnya cat yang melapisinya, karena hampir seluruhnya tetutupi oleh coretan umpatan kasar, gambar-gambar, dan beberapa tempelan permen karet. Pagar besi yang mengelilingi sisi kanan dan kiri sekolah sudah setengah berkarat dan beberapa ada yang patah. Noda darah yang mengering masih bisa terlihat dengan mata telanjang di setiap pintu kelas yang engselnya sudah rusak, saksi bisu kebiadaban para penghuninya. Dan dapat disimpulkan bahwa, kesan pertama ketika matamu menangkap Suzuran adalah sampah.

Tanah berpasir masih terasa lembab dikarenakan hujan lebat semalam, menyisakan daun membusuk dan rating pohon yang menutupi sebagian besar halaman sekolah, mengingat tak pernah ada petugas kebersihan dan murid Suzuran bukanlah siswa SMA yang berjiwa sosial tinggi. Daun-daun hijau saling bergesekkan tertiup angin kencang, menandakan sebentar lagi awan mendung akan menuangkan isinya. Satu-satunya hal ajaib yang ada di Suzuran adalah bahwa sekolah itu memiliki cukup pohon untuk membuatnya tampak sebagai sekolah yang hidup. Ditambah ketika musim semi, warna hijau menyejukkan serta beberapa bunga sakura yang mulai mekar memenuhi sekolah terkutuk ini. Sebenarnya bukan sekolah ini yang terkutuk, tapi orang-orang di dalamnya.

Beberapa murid sedang membentuk formasi lingkaran, mengelilingi sesuatu yang menarik di lapangan. Sasuke memandang semuanya dari kejauhan, mengamati ratusan anak-anak yang tampak sepenuhnya idiot dengan berteriak-teriak liar seakan menyemangati entah apa itu yang menjadi pusat di lingkaran manusia.

Sasuke menghembuskan asap rokok keluar dari mulutnya perlahan, berpikir apakah ia melewatkan sesuatu tentang hal yang terjadi di bawah. Ia berdiri persis di belakang pagar rooftop sekolah, mengamati kejadian di bawah dengan penuh tanda tanya. Di sinilah ia biasanya menghabiskan waktu tidur siangnya, main poker, merokok, menempelkan permen karet ke dinding, melontarkan lelucon konyol dengan teman-teman satu kelompoknya. GPS. Yang merupakan kelompok nomor satu saat ini di Suzuran setelah tahun lalu Sasuke merhasil menyeret jatuh pemimpin Suzuran sebelumnya; Gaara Sabaku. Dimana artinya Sasukelah yang sekarang menguasi rantai tertinggi di Suzuran. Karena di Suzuran, memiliki peraturan yang entah sejak kapan selalu dijadikan pedoman dalam menentukan siapa yang memimpin. Orang terkuatlah yang patut dilabeli sebagai pemimpin Suzuran. Kekuatan adalah nomor satu. Nah, tampang baru nomor dua. Otak? Sepertinya hal itu tidak diperhitungkan disini.

Dan di tahun keduanya saat ini, hubungannya dengan Gaara dan antek-anteknya perlahan membaik. Meskipun, belum terjalin rasa saling kepercayaan. Karena kepercayaan adalah suatu hal paling krusial di Suzuran.

"Ada hal menarik apa di bawah sana, Sasuke?" sebuah suara di belakangnya memaksa Sasuke untuk melirik sekilas.

"Aku juga tidak tahu," sahut Sasuke seadanya. Mengembalikan fokusnya pada kerumunan yang memenuhi lapangan di bawah, dan mengabaikan orang terdekatnya saat ini, Naruto Uzumaki yang kini sudah berdiri di sampingnya. Sama-sama menilik kejadian yang berlangsung di bawah sana.

"Oh! Kupikir itu Konohamaru! Hahaha, bocah kelas satu itu akhirnya berani menantang Juugo juga," kikik Naruto. Dia meremas bahu Sasuke pelan, "Sepertinya dia mau mempermalukanmu jika dia berhasil mengalahkan Juugo si Penyendiri," timpalnya lagi dengan senyum licik.

"Ck, tutup mulut," sangkal Sasuke yang sedikit sakit hati karena itu benar bahwa sampai sekarang Sasuke belum berhasil mengalahkan Juugo yang aneh itu. Meskipun ia sudah menjadi pemimpin Suzuran, sampai hari ini paling keras adalah Sasuke berhasil membuat Juugo terpeleset. Belum pernah sekalipun ia membuat si penyendiri itu berlutut di depannya.

"Hmm, bukankah akan sangat menarik jika Konohamaru ternyata lebih sukses darimu dalam menjatuhkan Juugo? Aku akan tertawa yang paling keras nantinya," kata Naruto riang sembari nyengir khas dia.

Sasuke menyipitkan mata tanda bahwa Naruto harus menutup mulutnya sesegera mungkin. Tapi Naruto malah tertawa lebih keras dan mulai membuat lelucon-lelucon tentangnya ("...kalau ternyata Konohamaru menang, Sasuke akan kalah dari bocah belum sunat!" "hahaha!") kepada para temannya yang sedang duduk-duduk santai di belakang mereka. Kiba tertawa palingg keras. Dia adalah orang paling idiot nomor dua setelah Naruto.

"Aku mau nonton dari dekat," kata Shikamaru bangkit dari sofa.

Rooftop ini mirip sebuah kamar berantakan dengan payung besar di pojokannya. Ada pemanggang yang sedikit berkarat di kanan payung, beberapa sofa dan meja penuh kartu poker yang bersebaran, potongan pizza yang sudah separo digigit, tempelan permen karet dan beberapa botol air mineral yang tumpah setengah. Dan kini Shikamaru menambah daftar benda-benda tak berguna di atas meja, dia melempar beberapa lembar uang di atas tupukkan kartu. "Aku bertaruh, Konohamaru akan kalah," katanya mantab.

"Baiklah! Aku juga bertaruh bocah itu akan kalah!" seru Chouji, temannya yang bertubuh paling gemuk, dia menumpuk uang di atas meja juga.

Sai juga bertaruh untuk kekalahan Konohamaru. Tapi bagaimanapun Naruto selalu berusaha membuat Sasuke jengkel, dia dan Kiba bertaruh untuk kemenangan Konohamaru yang sangat-tidak-mungkin.

Mereka sedang sibuk berdebat tentang berapa banyak bonyok yang akan diterima Konohamaru, Naruto tertawa-tawa membayangkannya.

"Apa aku juga boleh ikut bertaruh?"

Suara dalam dan berat membuat mereka menghentikan aktivitasnya sebentar, kemudian setelah melihat siapa yang datang, Naruto kembali membuat lelucon kini dengan menyuruh Chouji untuk menghisap pizza lewat lubang hidung.

"Hey! Waah, bocah-bocah ini sudah berani mengabaikan kami ya! Mentang-mentang Sasuke menang dari Gaara!" seru Lee, tangan kanan Garaa memasang wajah tidak percaya atas kelakuan teman-teman Sasuke. Kata-katanya sama sekali tak digubris kecuali oleh Naruto yang mendorong mereka untuk ikut bertaruh. Gara dan pengikutnya berada di kelas tiga. Termasuk orang berperawakan tinggi dengan rambut panjang serta matanya yang menatap tajam, Neji. Kankuro, kakak kandung Gaara terlalu bersemangat malempar uang ke meja bahkan dia memakan pizza yang sudah berumur dua hari tanpa sadar.

Garaa memandang Sasuke sekilas, dia mengeluarkan uang dan menggoyang-goyangkan uang itu sebentar di udara, "Aku bertaruh bocah itu akan menang," ucapnya meremehkan Sasuke dengan sudut bibir terangkat sedikit.

"Kau akan rugi kalau begitu, kau tahu aku tak mungkin kalah dari bocah kelas satu," kata Sasuke.

"Tidak apa-apa 'kan jika cuma berharap," balas Gaara dengan senyum tipis.

"Ayo kita harus memberi dukungan pada Konohmaru agar dia bisa menang dan mempermalukan Sasuke!" ajak Naruto kemudian merangkul Kiba dan Lee dengan menyanyikan yel-yel dengan lirik kotor. Mereka semua sudah hampir menghilang dibalik pintu, ketika Neji—orang terakhir yang akan turun, berhenti melangkah ketika Sasuke memanggil namanya.

"Neji," ucap Sasuke pelan.

Neji berbalik sedikit, "Ada apa?"

Sasuke melipat kedua lengannya di depan dada, "Apa kepalamu baik-baik saja?"

Neji tersenyum singkat, "Sungguh tipikal Uchiha," Neji tertawa pelan. "Mengkhawatirkan orang lain dibalik wajah dingin mereka, kupikir tadi kau tidak peduli padaku padahal baru kemarin aku keluar dari Rumah Sakit." tambahnya.

"Itu karena aku mengenalmu sejak kecil," kata Sasuke serak menahan sipu.

Neji kini menyunggingkan senyum mengerti, "Aku baik-baik saja. Dokter bilang hanya gegar otak biasa, cuma perlu berhati-hati."

"Oke," gumam Sasuke singkat.

Neji tersenyum tipis mendengar respon cuek Sasuke. "Kau orang kedua yang menanyai keadaan kepalaku hari ini," kata Neji terrdengar samar karena orang itu sudah hampir menuruni tangga.

"Yeah? Siapa yang pertama?" tanya Sasuke tidak tertarik.

"Hinata."

Fuck.

Sasuke membalikan badan menghadap pagar lagi. Berdiri menantang kencangnya angin, memandang kerumunan orang dari kejauhan. Melihat lapangan sekolah dipenuhi sorak-sorak dan asap rokok. Tapi kemudian ia menyadari ada satu hal yang berbeda dari biasanya hari itu.

Di pojok lapangan, berdiri mematung seseorang berambut panjang berwarna gelap. Orang itu—gadis itu, sungguh menarik perhatian mata Sasuke. Karena tampak terlalu bersinar di antara berandalan-berandalan di bawah sana.

Siapa?


"Ah, sepertinya ayah bercanda bukan?"

Pertanyaan itu sudah dilontarkannya sebanyak hampir tujuh kali dalam dua jam terakhir. Dua jam penuh Hinata berdebat sia-sia dengan Hiashi Hyuuga. Perdebatan dengan ayahnya sama saja bunuh diri, karena Hinata akan lelah sendiri menghadapi keteguhan hati ayahnya. Keberadaan Hanabi sama sekali tidak membantu kecuali ketika pada setengah jam terakhir Hanabi akhirnya memiliki ide cerdas untuk membawakan mereka sepiring donat dan teh.

Hinata menyeruput ujung gelas teh nya, air panas itu mengalir melewati kerongkongannya yang hampir kering terkuras tenaganya untuk mengajukan argumen-argumen waras yang masuk akal sejauh ini. Maksud Hinata adalah, mustahil baginya—seorang gadis perawan kaya, untuk bersekolah di SMA Suzuran yang merupakan sekolah sampah?

Sebenarnya bukan soal kualitas sekolah itu yang menjadi topik utama—kualitas nomor dua. Bagaimanapun juga ini semua karena gender. Gender sekolah itu. Suzuran adalah sekolah untuk laki-laki. Jadi tidaklah salah jika Hinata menentang ide sinting ayahnya untuk menjadikan tahun kedua SMA Hinata dihabiskan di Suzuran bukan? Sampai ia lulus?

Hinata hampir pingsan ketika pertama kali ayahnya membuka topik itu, tambahan; dengan santainya.

"Ayah harus mengurusi anak perusahaan kita di Inggris, Hinata. Jadi kau akan pindah ke Tokyo dan meneruskan sekolahmu sampai lulus," kata ayahnya pada suatu pagi yang cerah ketika Hinata sedang mengunyah nasi.

"Kenapa aku tidak ikut ayah saja?" pertanyaan waras satu telah dilontarkan.

"Kau bisa saja ikut, tapi kau harus menjaga aset kita di Jepang," jawaban bijaksana dari Hiashi.

"Lalu kenapa harus ke Tokyo?" pertanyaan serangan. Ia sama sekali tak memiliki pikiran meninggalkan Kyoto untuk kembali ke kota masa kecilnya itu.

"Karena aset terbesar kita ada di sana. Hanya kau satu-satunya yang tersisa untuk bisa kupercaya menjaganya," jawaban ayahnya sedikit menyakiti hatinya kali ini. Seakan Hinata adalah piihan terakhir—dan itu memang benar.

"Baiklah," Hinata menghela napas, lagipula ini kesempatan emas untuknya guna membuktikan kemampuan dan kontribusinya sebagai Hyuuga. Salah satu keluarga bangsawan paling kaya seantero Jepang. "Lalu aku akan sekolah dimana?"

"Suzuran," jawab ayahnya sambil meminum segelas teh.

Hinata tersedak pinggiran roti yang kering, ia terbatuk hebat yang jelas ada hubungannya dengan shock atas pernyataan Hiashi.

"S-suzuran?"

"Benar."

"S-suzuran yang itu?"

Ayahnya menyipitkan mata tersinggung oleh pertanyaan polos Hinata, "Iya. Suzuran yang itu. Suzuran yang kubangun dengan jerih payahku. Suzuran yang merupakan titik awal segala usaha kita."

Hinata hampir kehilangan kesadarannya sebentar sebelum akhirnya kembali fokus dan mencoba menatap mata ayahnya dengan mantab. "A-ayah, itu Suzuran. Suzuran," Hinata nyaris tak bisa menahan nada tinggi yang hampir keluar.

"Hinata, Suzuran adalah sekolah pertama yang ayah bangun. Itu adalah acuanku selama ini untuk terus berbisnis di dunia pendidikan. Suzuran adalah percobaan pertama ayah," kata Hiashi agak dramatis.

"Maksud ayah percobaan pertama yang gagal," gumam Hinata super pelan.

"Kau bilang sesuatu?" ayahnya menancapkan garpu begitu keras pada rotinya.

"T-tidak ada," sahut Hinata cepat. Tapi pikirannya masih tidak bisa menerima informasi ini dengan normal, maka pertanyaan waras nomor duapun diajukannya. "Jadi, ayah ingin aku bersekolah di Suzuran? Aku? Satu-satunya perempuan yang akan bersekolah di sana?"

Ayahnya kini tersenyum tipis, "Ya. Kau sudah dewasa Hinata, kau tidak mau bilang kalau kau takut bukan? Lagipula kau adalah anak pendiri Suzuran, para bocah itu tidak akan berbuat maca-macam padamu," katanya persuasif, "Kau bilang bahwa sekarang kau sudah menguasai Taekwondo 'kan?"

"Sabuk hitam," tambah Hinata dengan nada sedikit bangga, setelah bela diri klan Hyuuga ia sudah berhasil menguasai Taekwondo. "Tidak, tapi maksudku adalah Suzuran itu sekarang err..." Hinata menelan ludah, berusaha memutar otak untuk menemukan kata yang pas "sudah kalah dengan sekolah yang lain, a-ayah tahu?"

"Suzuran juga bagus," kata ayahnya. Hinta berusaha keras tidak memutar bola mata. "Aku tidak begitu peduli kau lulus dari mana, Hinata. Yang terpenting adalah Universitas yang akan kau masuki. Aku akan menunggumu dua tahun lagi, dan setelah lulus kau bisa menyusul ayah di Inggris dan kuliah di sana," katanya mantab. Seakan rencana itu begitu sempurna tanpa celah.

Bagaimana kalau Hinata menyusul ke Inggris dengan mnggendong dua anak? Ayahnya benar-benar tidak begitu peduli pada Hinata. Ia tahu itu pasti. Anak yang lebih berpotensi untuknya berbisnins adalah Hanabi, dan bukan ia. Ayahnya bahkan bilang Hanabi akan ikut ayahnya ke Inggris untuk masuk SMP di sana. Selalu seperti itu semenjak Ibu mereka meninggal beberapa tahun yang lalu. Jadi bukankah seharusnya Hinata sudah tidak perlu untuk merasakan sakit hati? Rasa nyeri di dadanya tidak akan mengubah keputusan apapun. Ditambah, mungkin ini benar-benar merupakan kesempatan Hinata untuk lepas dari bayang-bayang Hyuuga yang perkasa. Mungkin ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa dia pantas menyandang nama Hyuuga setelah selama ini ia kalah dari adik tersayangnya sendiri.

Hinata menghela napas panjang, sebelum akhirnya mengatakan "Baiklah."


"Tendang perutnya, brengsek!" seru beberapa orang menyemangati. Naruto berteriak paling keras, karena dia sudah bertaruh banyak untuk bisa melihat Sasuke dipermalukan anak kelas satu. Kiba disampingnya bahkan menyanyikan yel-yel aneh untuk Konohamaru yang sedang terengah-engah setelah satu tonjokan keras mengenai rahang bawahnya.

Mereka berkumpul di lapangan depan sekolah di bawah pohon paling lebat di Suzuran. Sorak-sorai suara para lelaki mengucapkan kata-kata kotor dan asap rokok terlihat dibeberapa tempat memenuhi udara di sana. Sasuke berjalan semakin mendekat ke arah gerombolan besar anak-anak yang terus berteriak agar Konohamaru jangan sampai pingsan.

"Apa dia sudah mati?" tanya Sasuke setelah ia berhasil menerobos kerumunan dari paling belakang hingga ke barisan paling depan penonton bersama Naruto dan teman-temannya.

"Hei Sasuke!" Naruto merangkul pundaknya bersemagat, senyumnya dibuat-buat "Bagaimana kalau taruhannya diganti jadi 'aku bertaruh konohamaru akan 'pingsan' daripada 'menang'?"

Sasuke hanya mendengus sembari tersenyum.

"Tidak bisa Naruto! Itu uang jajanku!" seru Shikamari di sebelah mereka. Mendengar itupun Naruto jadi tampak agak pucat.

Dan kemudian terdengar suara dug! Keras menandakan bahwa Konohamaru sudah KO dengan setegah wajahnya memar dan berdarah. Kaum yang bertaruh akan hal itu menang telak. Gaara tampak tersenyum berpuas diri dan yang lain menertawakan Naruto dan Kiba yang tampak sangat jengkel.

"Uhuug!" Konohamaru terbatuk dan meludahkan sedikit darah ke arah Juugo. "Kau hebat juga," katanya degan mata setengah tertutup karena lipatan mata kanannya sobek.

Sasuke tersenyum dan melangkah mendekati Konohamaru, kemudian mengulurkan tangannya pada bocah itu untuk membantunya berdiri. "Boleh juga, tapi satu-satunya orang yang akan mengalahkan Juugo adalah aku," kata Sasuke sembari memberikan tatapan tajam dengan sedikit senyum tipis pada Juugo yang diam tanpa ekspresi.

Terdengar suara "Wooooo~" dari teman-temannya karena kata-kata Sasuke terdengar cukup keren. Tapi ada satu hal yang gajil. Terdengar samar-samar suara yang terlalu pelan untuk dikategorikan sebagai suara laki-laki. Dan suara itu bergerak semkain mendekati inti dari lingkaran gerombolan manusia.

"Lepaskan tanganmu darinya!"

Mata Sasuke melebar ketika seseorang—seorang gadis, menyeruak keluar dari barisan penonton dan berlari ke arah Sasuke. Dan itu bukan hal paling mengejutkan pagi itu, tapi di bagian dimana gadis itu melempar keras tangan Sasuke yang akan menyentuh Konohamaru. Lalu kejadian berikutnya malah terlihat semakin dramatis saat gadis itu berlutut untuk membantu Konohamaru berdiri.

"Konohamaru? Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu hancur setengah?!" tanyanya begitu cepat sampai Konohamarupun tampak bingung sebentar sebelum menyadari kalau gaadis itu adalah orang yang dia kenal.

"Hinata-nee!" serunya dan wajahnya yang mengerikan kini tampak berbinar yang malah menjadikan wajahnya lebih aneh lagi.

Dan kejadian yang selanjutnya lebih mencengangkan lagi ketika Neji nyaris berlari ke arah dua orang itu, "Hinata?"

Hinata? Hinata Hyuuga?

TBC

Lihat tombol review? Kalau berkenan boleh banget lho diklik. Plis kasih saran dan masukan supaya saya bisa lebih memuaskan kalian haha. Saya juga memutuskan bakal bales review kalian di chapter depan (sori selama ini jarang bales karena memang bingung mau bales gimana :( )

Review please :)