"Kita akan selalu bersama!"

Sebuah janji yang pernah terucap, terlupakan oleh semua—kecuali dirinya seorang. Hamparan putih tak pernah berubah meski ribuan tahun telah ia lalui. Namun, kini seorang diri, ia tahu ada yang berubah; dinginnya angin utara yang menyapunya ketika mengendarai Sleipnir tak lagi mengandung kesenangan. Keheningan yang mengingatkannya akan gelak tawa di masa lalu. Aurora yang terlihat monoton terlukis di gelapnya kanvas langit malam.

Dia merasa egois—dia seharusnya hanya mengawasi mereka berdua. Kini keduanya telah menemukan kebahagiaan—satu dalam kematian, satu tanpa ingatan—walaupun meninggalkan dirinya sendiri, seharusnya dia merasa bahagia, bukan?

Loki selalu menanggung segalanya seorang diri—semuanya selalu ia sembunyikan di balik senyumnya. Dan pada akhirnya, dia selalu menangis seorang diri. Ia menyadari beratnya tanggung jawab untuk membunuh sahabat terdekatnya, beban yang selalu enggan ia bagi dengan orang yang lain yang tahu akan rahasia itu; dirinya.

Baldr selalu memaksakan dirinya sendiri. Ia enggan melihat orang lain menderita bila ia berbahagia. Ia selalu tersenyum, meski menjadi yang paling kesepian di antara mereka semua.

Keduanya pantas berbahagia—Thor-lah yang paling tahu akan hal itu. Karena ia selalu mengawasi keduanya, masing-masing berkelibat dengan masalah masing-masing, tak melakukan apapun.

Karena itu ia sadar—membiarkan mereka seorang diri adalah dosa terbesarnya, dan di antara mereka semua, dialah yang tidak seharusnya berbahagia.

.

"Apakah kau bahagia?"

Thor tahu dia tidak memiliki hak lagi untuk bertanya—kini dia bukan lagi siapa-siapa. Dia bukan lagi Thor, sahabat Loki maupun Baldr yang sudah tiada. Dia bukan pula Thor Meginjord, dewa yang terperangkap dalam taman belajar pada dewa. Dia hanya orang asing di mata laki-laki bersurai merah itu, yang kini dapat berbahagia sembari menggamit lengan seorang wanita dengan rambut ungu, yang senantiasa tersenyum di sisinya.

Apakah ia bahagia? Perlukah pertanyaan itu terucap? Thor paling mengenal mereka berdua, dari wajahnya seharusnya ia tahu. Loki memang lebih baik berada di sisi gadis itu ketimbang dengan bersamanya dan Baldr yang sekarat.

"Ya." Diliriknya gadis di sebelahnya, yang kini tertidur pulas di bawah sinar rembulan yang temaram. "Aku bahagia."

Ia tersenyum. "Aku tidak bisa datang padamu kalau kau butuh bantuanku." Tangannya yang terkepal teracung. "Namun aku ingin tahu kalau aku selalu berada di sisimu."

Tangannya juga teracung. Meski tak bersentuhan, Thor dapat merasakan tinju yang lama tak ia rasakan di buku-buku tangannya. Seolah mereka seperti dulu lagi, tanpa sedikitpun canggung atau asing.

Kemudian ia berbalik. Sudah tidak ada gunanya ia berada di sana lagi—ia sudah tidak perlu mengawasinya. Karena Loki telah bahagia, pasti Baldr di sana juga bahagia. Maka ia tidak punya alasan untuk tidak berbahagia, bukan?

Dan ia mulai berjalan. Kali ini ia tidak melirik ke belakang.

.

.

.

End.


selamat ulang tahun (telat) buat Loki Laevatein, dari auTHOR yang nista ini :'3 #digiles

bagi yang belum jelas; ini love end satu (yang sebelumnya saya sebut love end dua) 'Itazura no Hi', dari sudut pandang Thor yang ditinggal Loki ke dunia manusia, dan akhirnya ditinggal mati Baldr (cue love end satu Baldr, yang bilang "Aku sudah meninggal sebelumnya, jadi ini pertama kalinya kita bertemu seperti ini".)

Jadi,

ini sebenarnya ngebut ngetik, padahal saya udah siap satu ide yang bener-bener dari sudut pandangnya Loki. mungkin kapan-kapan saya publish? entahlah. Intinya; saya juga nggak ngerti ini tentang apa- #dor

I don't own Kamigami no Asobi!