LIE
.
.
December28
.
Cast: Jung Daehyun – Choi Junhong
Jung Yunho
..
Warning: YAOI=BOYXBOY, Not EYD, OOC, Typo, Don't like don't read.
This is Daelo Fanfiction
.
Lets Start
.
"Banyak orang menyebutnya sebagai mesin kebohongan, karena apapun yang dikatakannya adalah kebohongan"
….
"Aku memiliki penyakit parah"
Junhong memelas memandang teman-teman satu kelasnya yang memutar mata mereka malas, mereka tau seperti apa Choi Junhong.
Mesin kebohongan.
Saat kau menembak kepalanya dan menanyakan bagaimana rasa sakitnya dia mungkin akan berbohong dan mengatakan itu tidak sakit sedikitpun.
Saat kau memberinya makanan manis dia mungkin akan tertawa dan mengatakan bahwa makanan itu pahit dan tidak layak dimakan.
Mereka tau semua yang dikatakan Junhong adalah bohong, tapi mereka malas untuk membahasnya karena biasanya Junhong akan marah histeris dan berkata bahwa merekalah yang mempermasalahkan kejujurannya.
Semua temannya menganggap Junhong memiliki gangguan jiwa atau mungkin kecanduan pada kebohongan.
"Aku mempunyai mobil baru, warnanya merah terang dan sangat berkilau"
Tidak ada yang mau menanggapi, mereka sudah cukup tau bagaimana lelaki pucat itu berbicara dengan mulut pintarnya.
Sebagian orang yang baik hanya akan tertawa dan mengangguk seakan mendengarkan.
Tapi sebagian lagi mencibirnya dan menolak untuk berjarak bahkan satu meter dari tempatnya.
Sampai suatu hari Junhong mendapatkan teman baru yang hanya diam mendengarnya bicara dan membuat Junhong semakin bersemangat bercerita.
Anak baru itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali duduk tenang di samping kurisnya- yang selama ini kosong tak berpenghuni.
"Daehyun hyung.."
"Kenapa memanggilku hyung?"
Junhong berkedip, mengangkat bahunya dan terkekeh lebar.
"Aku masuk sekolah lebih awal hyung, umurku sebenarnya lebih muda"
"Tapi didokumen sekolah kau seumuran denganku"
Junhong menunduk, beberapa teman yang mendengar percakapan itu memberi kode pada Daehyun untuk tidak mendengarkan cerita bohong Choi Junhong.
"Aku lahir di luar negeri hyung~ keluargaku terbiasa berpindah karena pekerjaan keluarga dan itu membuat dokumen kelahiranku bermasalah"
Daehyun mengamati wajah Junhong yang sedang bercerita, wajah pemuda itu pucat dengan kerlip mata yang berkedip jenaka.
Daehyun bukannya tidak mendengar kabar bahwa Junhong adalah seorang pembual dan pencari perhatian.
Tapi Daehyun memang harus tetap tenang dan menjalankan kegiatan sekolahnya dengan lancar tanpa berniat ikut campur dengan masalah kejiwaan teman satu mejanya ini. tapi Daehyun bukan batu yang tidak perduli sekitarnya.
"Dimana saja kau tinggal saat di luar negeri?"
Mata Junhong melebar senang, mungkin ia sudah menunggu Daehyun untuk bertanya masalah itu.
Junhong memutar pena dan pandangan matanya menatap keatas seakan tengah membayangkan sesuatu.
"Aku lahir di Jerman hyung"
"Berhenti berbohong bocah!"
Daehyun bangkit dan menahan seorang siswa yang duduk di depan keduanya, siswa itu terlihat benar-benar muak dan ingin memukul Junhong.
Tapi Daehyun menahannya, mencoba untuk mencari tau masalah sebenarnya yang di alami pemuda pucat itu.
"Lanjutkan Junhong"
Junhong mengangguk dan menceritakan bahwa ia pernah tinggal di Negara maju dan indah. Mata beningnya berkilauan dengan senyum lebar yang terlihat sangat lepas.
Daehyun berfikir, apa begitu menyenangkan bercerita tentang kehidupanmu yang tidak semua orang ingin tau.
"Apa kau jago bahasa inggris?"
Junhong menggeleng, mengatakan bahwa ia tidak pernah belajar dengan serius dan tetap memakai bahasa korea.
"Lalu…apa kau anak tunggal?"
Mata Junhong berputar canggung seakan tengah berfikir untuk mengarang cerita menarik lain tentang dirinya dan keluarganya.
"Aku mempunyai satu kakak, laki laki"
"Berapa umurnya?"
Junhong terlihat berfikir lagi, kali ini menggigit bibirnya dan terkekeh kaku.
"20 tahun, dia kuliah di luar negeri hyung"
"Seperti apa orangnya?"
Junhong duduk gelisah di kursinya, beberapa teman yang melihat keadaan itu terlihat bingung dengan reaksi Junhong.
Bukankah pertanyaan Daehyun sangat mudah?
"Baiklah Choi.." Daehyun memberikan Junhong selembar kertas di atas mejanya, tersenyum kecil kearah Junhong yang masih terlihat kebingungan. "Ini tugas rumah untukmu. Tuliskan bagaimana sikap dan sifat keluargamu padaku. Ayah, ibu dan Hyung..Bagaimana?"
Junhong tergagap tapi terlihat sekali ia pandai menguasai dirinya sendiri.
"Baiklah hyung~ aku akan meberikan hasilnya besok pagi"
Daehyun mengangguk menyetujui, mengamati gerakan Junhong yang melambat dan tidak bersemangat.
"Ohya hyung.."
"Apa?"
"Sepertinya penyakitku bertambah parah"
Daehyun mengerutkan keningnya bingung.
"Penyakit?" Daehyun baru tau Junhong memiliki penyakit.
"Aku memiliki kanker hyung, sejak kecil"
Oke, Daehyun tau ini bohong.
Jika ia mengidap kanker sejak kecil keluarganya tidak akan pergi berpindah-pindah dan Junhong harusnya lambat sekolah karena kemungkinan pengobatan dan terapi, tapi Junhong mengatakan bahwa ia mempercepat waktu sekolahnya.
Itu tidak mungkin.
Jadi..yang mana ceritamu yang benar Choi Junhong?
Yang pertama? Kedua? Atau tidak ada yang satupun yang benar dari semua cerita mu.
…
Daehyun semula benar-benar tidak ingin peduli, Choi Junhong mungkin hanya seorang anak pencari perhatian yang suka berbohong sana sini.
Daehyun tertawa mengejek kepada dirinya sendiri yang jelas terbawa bingung dengan cerita bualan pemuda itu.
Tapi ada satu yang menarik perhatiannya.
Dia sangat bersemangat jika bercerita tentang keluarganya.
Keluarganya kaya, bahagia, harmonis dan lainnya.
Tapi jika Daehyun memisahkan elemen keluarga itu seperti ayah, ibu dan kakak –yang menurutnya berumur 20 tahun. Junhong akan berubah kikuk dan terlihat berusaha mengendalikan dirinya habis-habisan.
Daehyun akhirnya mengalah, beranjak bangkit menuju ruang kerja ayahnya yang selama ini anti ia masuki.
Mengetuk pintu itu dan melangkah masuk sesuka hati sambil menatap ratusan buku yang berbaris rapi disisi ruang kerja itu.
"Ada apa Daehyun-ah?"
Ayahnya tersenyum memandang Daehyun, menatap wajah Daehyun yang terlihat bingung dan tampak berfikir keras.
"Kita berdiskusi bagaimana?"
Dan Daehyun tak memiliki pilihan lain selain mengangguk dan duduk di kursi yang berhadapan dengan ayahnya.
Mengusap papan nama berukir kaca yang tergeletak rapi di hadapannya.
Membaca cepat papan nama itu dan tertawa kecil.
'Dr. Jung Yunho –Ahli kejiwaan dan psikiater'
….
"Maksudmu dia terus berbohong dan tidak mengakuinya?"
"Ya…dia bercerita tidak masuk akal tentang kehidupannya dan penyakit yang di deritanya"
"Bagaimana kau yakin itu bohong? Kau sudah memeriksanya?"
"Aku tidak akan datang jika aku tidak yakin. Dia aktif berolahraga dan aku tidak pernah melihatnya meminum obat-obatan. Warna kulit normal dan volume rambut normal"
"Lalu?"
"Dia bercerita jika keluarganya kaya dan sangat bahagia, harmonis dan kau tau Ayah..sempurna"
Yunho mengangguk mengerti, jika memang keluarganya benar seperti itu.
Teman Daehyun pasti sanggup untuk terapi dan meminum obat yang bisa mengurangi sel kanker sejak kecil dan berakibat pada perubahan warna kulit dan volume rambutnya.
"Apa ada yang lain?"
"Aku sempat bertanya padanya tentang suatu hal dan reaksinya mengejutkan Ayah"
"Seperti?"
"Bagaimana ayah dan ibumu? Seperti apa kakakmu dan kehidupannya. Dia terlihat bingung dan kikuk berbeda dari sebelumnya"
"Apa raut wajahnya berubah saat berbohong?"
Daehyun menggeleng.
Ia mengingat bagaimana wajah Junhong saat menceritakan bahwa sebelumnya ia mendapat beasiswa sekolah di luar negeri karena prestasi belajarnya, dan setelah itu Daehyun tau Junhong adalah salah satu siswa yang harus mendapat bimbingan belajar karena nilai buruknya.
Yunho mengangguk paham, membuka kacamatanya dan tersenyum kearah Daehyun.
"Keberatan jika aku bertemu dengannya?"
Daehyun menggeleng, bangkit dari kursinya dan mengkonfirmasi janji mereka yang akan berbincang dengan Junhong besok.
"Aku akan membawanya ke rumah setelah jam sekolah selesai"
….
Yunho tersenyum ramah pada Junhong yang memandang takjub pada rak-rak buku di ruang kerja lelaki tegap itu, di belakang Junhong ada Daehyun yang berdiri dan mengerutkan keningnya berusaha membaca pergerakan Junhong.
Sungguh, pemuda ini terlihat sangat baik-baik saja. Tentu saja jika ia tidak membuka suaranya dan bercerita sana sini tentang kehidupan palsunya –ini menurut Daehyun dan orang lain.
"Senang bertemu denganmu, Choi Junhong benar?"
Junhong mengangguk cepat, menjabat uluran tangan Yunho dengan senyum lebar dan mata yang menyipit cantik.
"Daehyun bercerita jika ia mempunyai teman baik yang ingin dikenalkan padaku"
Junhong bersemu redup mendengar ucapan Yunho yang jenaka dan terdengar sedikit menggoda.
"Daehyun hyung memang teman baikku"
Daehyun hanya meliriknya dari sisi kursi yang Junhong duduki, dihadapan keduanya Yunho tengah mengamati Junhong dalam diam dan senyum simpul.
Papan nama Yunho yang sebelumnya tergeletak rapi sepakat ia simpan di dalam laci ruang kerjanya.
"Daehyun mengatakan kau siswa yang pintar"
Yunho memulainya, mencoba membuka percakapan dengan Junhong yang langsung bereaksi baik seperti biasa.
Ia mulai menceritakan rincian kehidupannya yang indah pada Yunho dan di dengar Daehyun untuk kedua kalinya.
Yunho masih tetap tersenyum, terkadang terkekeh geli mendengar canda Junhong yang bercerita lucu tentang masa kecilnya bersama keluarganya.
Perlu ditekankan, Junhong lebih suka menggunakan kata keluarga dibanding menggunakan kata seperti Ayah, Ibu ataupun Hyung.
"Apa pekerjaan Ayahmu Junhong-ah?"
Daehyun melirik perlahan untuk melihat ekspresi Junhong dan benar saja, tatapan mata Junhong perlahan tidak fokus dan ia tertawa canggung tak seperti biasanya.
"Ibumu bekerja? Atau ibu rumah tangga?"
"Itu…Tuan Jung-"
"Hyungmu…kuliah jurusan apa?"
Daehyun melihat tangan Junhong yang bertaut kencang di bawah meja, pemuda itu masih saja terkekeh dengan kaki yang terus bergerak dan mata yang berputar mencari alasan.
"Aku sudah membacanya.." Daehyun bersuara, tak tega melihat Junhong yang terlihat kikuk seorang diri.
"Membaca apa?"
Daehyun mengambil kertas yang diserahkan Junhong pagi tadi, membacanya sekilas dan menyerahkannya kepada Yunho.
-Hyungku…pintar, dia sekolah di luar negeri dan pintar berbahasa inggris.
Ayahku…baik hati dan penyayang.
Ibuku…suka tersenyum dan cantik.
"Boleh aku bertanya lagi tentangmu Junhong-ah..Aku menyukai percakapan kita"
Junhong menghela nafasnya lega, mengangguk dan melepaskan genggaman kedua tangannya yang sebelumnya bertaut kuat.
"Kejadian indah apa…yang paling membekas di ingatanmu tentang Ayah, Ibu dan Hyungmu?"
Mata Junhong melebar, tubuhnya mendadak kaku dengan pipi yang semakin pucat pasi.
"Mereka…keluargaku.."
"Keberatan jika aku meminta cerita masing-masing dari ketiganya? Mereka pasti sangat baik sepertimu"
Junhong refleks menggeleng, menggigit bibirnya dan menatap Daehyun meminta pertolongan atau apapun agar ia bisa keluar dari keadaan ini.
"Kau..ingin membaca komik di kamarku Junhong-ah?"
Junhong tersenyum samar, dengan cepat berdiri dan membungkuk cepat kearah Yunho yang tersenyum ramah menjawab Junhong.
"Aku akan kembali untuk membawa kopimu ayah"
Yunho menggangguk mengerti, mempersilahkan Daehyun dan Junhong untuk undur diri sedangkan dirinya meraih gagang telepon dan menghubungi seseorang yang langsung terfikir olehnya begitu ia melihat Junhong.
"Halo hyung…bisa aku minta tolong?"
…
"Hyung..ini sudah cukup malam, aku sebaiknya pulang saja"
"Tidak mau menginap? Aku akan meminjamkanmu komik"
Junhong menggeleng, mengurut lehernya yang kaku setelah membaca komik dan bermain game di kamar Daehyun sejak 3 jam lalu.
"Kita pamit pada Ayahku?"
Junhong menggigit bibirnya gugup, sedikit menimang haruskah ia bertemu dengan Tuan Choi lagi atau tidak.
"Ayahku memang suka bertanya dan bercerita. Jangan terlalu di fikirkan"
Daehyun mengacak rambut Junhong yang menunduk, mengusapnya lembut dan tersenyum melihat Junhong yang berkedip cepat.
"Kau mau main lagi ke rumahku kan?"
Junhong mengangguk, melebarkan matanya saat merasakan Daehyun mengusap telinganya lembut.
"Hyung…"
"Telingamu dingin, apa kau vampire?"
Junhong terkekeh lebar mendengar canda Daehyun yang menyipitkan matanya curiga.
"Jika difikirkan mungkin saja Junhong-ah~! kulitmu dingin dan pucat. Matamu bening dan tatapannya tajam"
Daehyun memandang Junhong, tersenyum mentertawakan dirinya sendiri karena gambaran Junhong sangat melekat difikirannya.
"Lalu hyung…apa kau srigala?"
Junhong terkekeh semakin lebar karena candaan yang dibuatnya sendiri, membuat Daehyun menaikkan alisnya bingung.
"Twilight..si manusia srigala berkulit cokelat dan tubuhnya hangat. Matanya tajam tapi disisi lain ia sangat waspada dan peduli pada sekitarnya"
Daehyun tersenyum, apa seperti itu ia di mata Junhong?
"Aku harus pulang hyung, sampai bertemu besok"
Daehyun mengangguk, membuka pintu rumahnya dan menatap taxi yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
"Hubungi aku jika kau sudah sampai"
Junhong mengangguk, melambai pada Daehyun yang tersenyum simpul dari pintu rumahnya yang besar.
…
"A-apa namanya?"
"Mythomania..itu adalah sikap atau prilaku yang membuat penderita mengalami kecenderungan berbohong"
"Apa ada penyakit seperti itu?"
Daehyun masih tidak percaya, berkedip bingung menatap Ayahnya yang membuka kacamatanya.
"Penderita biasanya berbohong bukan untuk menipu orang lain, mereka biasanya melakukan itu untuk membantu diri mereka sendiri mempercayai atau meyakini kebohongan yang mereka buat sendiri" Yunho memandang menyesal kearah Daehyun yang menundukkan kepalanya "Mereka biasanya tidak menyadari jika mereka sedang berbohong karena mereka cenderung tidak bisa membedakan mana yang imajinasi dan mana kenyataan sebenarnya"
"Aku..-apa yang bisa kita lakukan padanya sekarang?"
"Bagaimana keluarganya?"
"Aku tidak tau-" Daehyun mengacak rambut dan memejamkan matanya mencoba berfikir "Apa..Junhong bisa sembuh?"
Yunho tersenyum, mengulurkan segelas air putih pada Daehyun yang terlihat cemas.
"Mythomaniac biasanya berbohong untuk menutupi rasa sakit dari masalah, kegagalan masa lalu ataupun kenangan buruk yang mereka ingin lupakan atau perbaiki –versi imajinasi mereka. Untuk kesembuhannya..aku tidak bisa menjanjikan jika ia tidak menginginkan kesembuhan itu"
"Maksudmu..?"
"Penderita adalah korban Daehyun-ah, mereka korban dari titik keputusasaan atau mungkin tekanan besar yang mereka alami di masa lalu seperti yang aku katakan sebelumnya. Mereka takut mengekspresikan keaslian dirinya sehingga mereka bersembunyi dibalik kebohongan yang mereka buat satu- persatu dan jika mereka ingin sembuh itu tergantung pada diri mereka sendiri"
Daehyun bersandar lemah pada kursi dan memandang ayahnya gamang.
"Aku ingin membantunya –apapun itu, aku ingin-"
"Aku mengerti, tapi penyakit kejiwaan…tidak semuanya sama Daehyun-ah"
Daehyun mengusap kasar wajahnya, menatap lemas ayahnya saat Yunho melanjutkan ucapannya.
"Kasus Junhong, berbeda dengan ibumu. Mereka berbeda dan aku sudah menjelaskan padamu bahwa ini bukan kesalahanmu"
Daehyun menunduk, mengusap air matanya dan merasakan ayahnya yang bangkit untuk menepuk kepalanya.
Bagaimana pun Daehyun masih remaja yang perlu dijelaskan dan dibimbing.
"Kasus ibumu..itu bukan kesalahanmu. Bukan kesalahan kita berdua Daehyun-ah"
…..
TBC
INI 2SHOOT!
