Delivery Boy Kehujanan

Cast: Geng 97, BTS Jungkook & Jimin

Warning(s):

1) OOC, Super-OOC, Sekali lagi aku bilang; OOC.

2) Aku tidak tahu bagaimana kelakuan Geng 97 kalau kumpul, terutama siapa yang polos dan siapa yang tidak disana makanya walaupun aku bilang Geng 97 tapi aku tidak menyebut nama,.

3) Omegaverse; Alpha!Jungkook, Omega!Jimin. Implied-Knotting. Implied-mpreg.

4) Flashback; Virgin!Kook, Experienced!Jimin.

5) Dub-Con.

XXX

XXX

XXX

Tadi siang udaranya panas dan pengap, sorenya mendadak hujan deras di rumah salah satu teman Jungkook. Udaranya jadi dingin dan Jungkook merinding sendiri di antara gengnya.

"Dingin, Kook?" tanya yang punya rumah.

"Tidak terlalu." Jawab Jungkook.

"Mau minum yang hangat-hangat?" tanya yang punya rumah pada semua tamunya, "Hujan begini biasanya bisa sampai malam."

"Kita tidak butuh minuman hangat, butuhnya kehangatan yang lain." Kata salah satu teman Jungkook, dia kemudian melirik Jungkook, "Iya, kan, Kook?"

Dan Jungkook cuma tersenyum saja. Tapi penuh arti.

Dan mereka kena gebuk bantal, "Hujan hujan jangan mesum."

Tapi sayangnya Jungkook tidak bisa tidak mesum tiap kali hujan.

XXX

XXX

XXX*

Semua ini bermula saat Jungkook baru saja jadi alpha dewasa, alpha yang sudah boleh memiliki omega dan sudah bisa berketurununan**. Jungkook mulai dianggap sebagai orang dewasa yang sudah bisa mengambil keputusannya sendiri sejak saat itu, karena itu waktu dia bilang dia mau kerja part-time –alias mengumpulkan uang untuk membeli tiket pertunjukan Runch Randa, orang tuanya setuju saja.

Jungkook baru kelas dua SMA waktu itu, pakai helm, mengendarai motor, pakai jaket dengan bordir nama restoran, mengantar jajangmyeon ke alamat seseorang bernama Park Jimin, di tengah gerimis.

Gerimis menjadi hujan deras waktu itu dan Jungkook sampai di alamat yang dituju dengan keadaan basah kuyup. Dia menenteng plastik berisi jajangmyeon dan membunyinya bel rumah. Dia menunggu untuk waktu yang cukup lama sambil mengigil kedinginan sebelum akhirnya pintu rumah terbuka sedikit.

Bau hujan dan bau jajangmyeon hangat langsung hilang saat itu juga, digantikan bau bunga cempaka*** yang khas, manis, dan membuat Jungkook rasanya langsung tidak menjejak tanah.

Pintu rumah itu hampir ditutup lagi tapi Jungkook menahannya, dengan satu tangan yang tidak memegang plastik jajangmyeon. Tangannya menahan pintu ditutup sampai berurat. Di situ Jungkook banyak tidak mengerti; pertama tidak mengerti kenapa si pemesan jajangmyeon ini malah tidak menerima pesanannya, kedua tidak mengerti kenapa dia harus sampai seperti menahan pintu itu, ketiga dia tidak mengerti perasaan apa yang dia rasakan sekarang; bersemangat, tapi pusing, ada yang menggebu gebu tapi Jungkook tidak paham apa itu.

Dan tahu tahu dia ditarik ke dalam rumah, oleh seorang omega. Lebih pendek dari Jungkook, waktu itu Jungkook tidak bisa memikirkan kata lain tentang omega itu selain sempurna. Rambutnya yang dicat cokelat (karena akar rambutnya terlihat jelas punya warna yang berbeda), alisnya, matanya, hidungnya, bibirnya, pipinya, rahangnya, lehernya, semuanya.

Omega itu mendorongnya ke pintu sampai pintu tertutup, Jungkook ingat karena pinggangnya ngilu beradu dengan gagang pintu. Helmnya dibuka dan bibir Jungkook dicium lalu pintu dikunci. Jungkook lupa dimana tepatnya dia menjatuhkan plastik jajangmyeon yang dia pegang.

Karena tahu tahu dua tangannya sudah diarahkan omega itu untuk memeluk pinggangnya, sementara mulutnya masih dicium, lidahnya dimainkan dan rasanya geli. Jungkook ingat dia meremas-remas pinggul omega itu sementara si omega mulai menggesekan selangkangannya ke selangkangan Jungkook. Jungkook ingat badan omega itu terasa panas.

Jungkook tiba tiba ditarik dan direbahkan di atas sofa, dia tidak lagi dicium dan bibirnya terasa aneh, terasa kosong begitu tidak ada belah bibir yang terselip di antara bibirnya.

Omega itu langsung saja duduk di atas pangkuan Jungkook. Jungkook cuma merasakan sedikit panas dari badan si omega karena terhalang jeans yang dingin, basah dan berbahan tebal, tapi begitu si omega menyingkap baju dan jaketnya –bukan melepasnya, cuma mengangkatnya ke atas jadi perut Jungkook terlihat- dan duduk di atas perut Jungkook, dia merasa panas dari selangkangan si omega yang masih tertutup celana pendek hitam; sangat panas dan sangat basah, terus menggesek perut Jungkook. Jungkook tanpa sadar langsung saja mencengkeram pinggul si omega dan omega itu mendesah, seperti dia menikmati cengkeraman Jungkook dan gesekan antara selangkangannya dan perut Jungkook.

Omega itu tiba tiba menepis tangan Jungkook dan berdiri. Dia melepas celananya tapi tetap membiarkan kaus rumahnya yang putih dan tipis agak menerawang menempel di badannya. Lama setelah itu Jungkook jadi baru sadar kalau dia jadi punya fetish kaus putih.

Omega itu mengelus perut Jungkook sebelum turun ke bawah melepas kancing jeans Jungkook, menurunkan resletingnya dan menurunkan celana Jungkook sedikit, cuma sampai selangkangan Jungkook terbebas dari kain. Jungkook tidak paham dia dapat dorongan darimana, tapi waktu itu dia mengangkat pinggulnya supaya si omega bisa menarik celananya dan akhirnya dia malah menendang celananya sendiri supaya terlepas.

Omega itu mengelus paha Jungkook, makin ke tengah ke pusat selangkangan Jungkook yang sudah tegang. Dia melingkarkan tangannya dan mengelusnya dengan lembut. Jungkook ingat waktu itu dia ingin yang lebih lagi dari tangan mungil itu jadi karena itu dia menggenggam, mengeratkan tangan si omega di kejantanannya.

Tapi omega itu malah melakukan hal lain lagi. Dia lagi lagi duduk di atas Jungkook. Kali ini mengarahkan Jungkook untuk masuk ke dalamnya, ke lubang yang hangat, lembut, basah dan mencengkeram dengan erat.

Jungkook waktu itu tidak tahu dia harus mengumpat atau harus berterimakasih pada Tuhan karena telah menciptakan kenikmatan senikmat ini. Jadi Jungkook mendesah. Langsung memegangi badan si omega lagi, membawanya lebih dekat sambil memasukinya lebih dalam.

Jungkook menghentak ke atas. Dan omega itu menggelinjang, mendesah keras, dan jadi lebih erat lagi mencengkeram Jungkook. Dia jadi makin basah dan sampai mengenai jaket Jungkook.

Omega itu dengan terengah sambil mendesah, susah payah, bicara, "J-jangan keluar sekarang."

Jungkook waktu itu polos, belum mengerti istilah 'keluar' itu maksudnya apa. Tapi kalau itu berarti keluar dari rumah ini dan meninggalkan omega ini sendirian, Jungkook tidak akan melakukannya, jadi Jungkook menggeleng.

Lalu setelah itu si omega baru bergerak, naik turun sampai pahanya gemetar, lalu memasukan kejantanan Jungkook dalam dalam dan bergerak maju mundur, lalu berputar sampai Jungkook rasanya ngilu.

Jungkook merasa ada sesuatu yang mau keluar dari kejantanannya. Apa ini yang maksudnya keluar?

"Keluarkan di dalam, please." Rengek omega di atasnya. Kalau sekarang dipikir lagi, harusnya dia tidak usah meminta seperti itu, badan Jungkook ada dalam kendalinya, dia yang punya kekuasaan untuk mengatur Jungkook harus keluar di dalam atau di muka sekalian.

Dan Jungkook baru benar benar paham maksud istilah 'keluar' berarti ejakulasi, mengeluarkan sperma.

Dan Jungkook 'keluar' di dalam, bersamaan dengan omega itu menggelinjang, mendesah lagi dan mengotori jaket Jungkook lagi. Mereka terkunci antara satu sama lain.

Jungkook merasa lelah dan mengantuk. Jungkook mungkin polos dan terlalu lelah untuk berpikir, tapi dia tahu kalau dia sudah diperkosa dan dia menerimanya secara sukarela.

Omega itu mengelus rambutnya, menyisirnya ke belakang jadi dahi Jungkook terlihat, "Kalau lelah, tidur saja dulu." Kata omega itu.

Tangan mungilnya mengelus rambut Jungkook, menyelip di antara helai rambut Jungkook jadinya seperti memijat kepala Jungkook. Suaranya lembut, bernada tinggi dan menenangkan. Semuanya sempurna.

Dan Jungkook benar benar tertidur.

Sampai dia bangun lagi dalam keadaan telanjang.

Pakaiannya, dari jaket sampai jeans-nya, digantung di depan jendela. Sementara Jungkook tidur di sofa sambil di selimuti selimut tebal.

"Oh, sudah bangun?"

Jungkook melihat omega itu duduk di kursi meja makan tidak jauh dari sofa, kelihatannya dia baru makan jajangmyeonnya. Dia lalu minum segelas air dan baru mendekati Jungkook. Dia sudah ganti baju dan rambutnya basah jadi sepertinya dia juga sudah mandi.

"Jam berapa ini? Aku harus pulang." Jungkook mulai gelagapan. Hujan sudah berhenti dan langit juga sudah gelap. Pasti banyak yang mencarinya.

"Ah, jangan dulu pulang, kau bisa mandi dulu, atau makan dulu." Kata omega ini.

Jungkook diam saja di balik selimut, tidak berani kemana mana karena malu telanjang.

"Aku ambilkan bajumu. Handphonemu ada di meja di belakangmu, daritadi bunyi tapi tidak kuangkat." Kata omega itu, dia pergi mengambil baju Jungkook sementara Jungkook meraih handphone-nya, berusaha tidak menunjukan seinci kulitpun.

"Jangan malu malu begitu." Kata omega itu, dia meletakan pakaian Jungkook di sandaran sofa dan duduk di dekat kaki Jungkook.

Omega itu berkata lagi, malu malu, "Aku mau bilang terimakasih. Tadi itu membantu sekali."

"Kau sering melakukannya?" Tanya Jungkook.

"Tidak," jawab omega itu cepat, "Aku cuma melakukannya kalau aku butuh saja, misalnya kalau aku tidak tahan heat-ku."

"Seperti tadi?"

Omega itu mengangguk.

"Harusnya kau tidak melakukan itu." Kata Jungkook.

Omega itu menunduk, "Maaf." Katanya.

Jungkook cuma memandangnya, harusnya dia tidak minta maaf pada Jungkook, tapi pada dirinya sendiri. Melihat omega itu menunduk kikuk membuat Jungkook lama lama merasa tidak enak hati.

"Harusnya kau tidak mengobral diri begitu, harusnya kau cuma melakukannya dengan alphamu." Kata Jungkook lagi.

"Tapi aku tidak punya alpha." Kata omega itu, "Atau kau ingin jadi Alpha-ku?"

Ini pertama kalinya Jungkook berhadapan dengan omega dalam keadaan seperti ini, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dan dikatakan jadi dia cuma memberi jawaban basa basi, "Kalau aku bisa bantu, aku akan membantumu."

"Kau jelas bisa membantuku. Ayo kita bertukar nomor, jadi kalau aku butuh bantuan aku bisa menghubungimu." Kata omega itu. Jungkook bingung kenapa jadi dia dimintai nomor.

Tapi akhirnya mereka bertukar nomor.

"Namamu Park Jimin, kan?" tanya Jungkook.

"Oh, tahu darimana!?" omega itu kaget.

"Pesanan jajangmyeonnya atas nama Park Jimin." Jawab Jungkook, "Dan itu belum dibayar."

Omega itu tertawa, "Iya, aku Jimin. Aku baru pindah ke sini karena aku lanjut kuliah disini."

"Kuliah!?" gantian Jungkook yang terkejut, "Aku pikir kau anak SMP!"

Jimin memukulnya, pukulan omega yang manja dan lembut, "Kau kali yang anak SMP tapi bongsor."

Jungkook tanpa berpikir langsung saja menjawab, "Bukan! Aku kelas dua SMA!"

Jimin langsung menutup mulut, "Ya ampun," katanya, "aku menodai anak di bawah umur."

Setelah itu mereka jadi sering mengobrol, sampai sekitar dua bulan kemudian Jimin menelepon Jungkook.

Begitu Jungkook mengangkatnya, Jimin langsung bicara, "Kayaknya kita punya masalah."

"Masalah apa?" tanya Jungkook santai.

"Hasilnya positif."

"Apa!?"

XXX

XXX

XXX****

Jungkook kena gebuk bantal lagi, bantalnya besar dan Jungkook sama sekali tidak punya perlindungan diri jadi dia terguling dari sofa yang dia duduki.

"Si Jungkook melamun pasti mikir jorok." Tuduh pelaku penggebukan.

Jungkook senyum senyum saja karena yang dituduhkan ternyata benar.

"Sial, senyumnya penuh arti!"

Jungkook kena gebuk bantal lagi.

"Apa yang kalian lakukan pada Alpha-ku!?"

Tiba tiba Jimin datang.

"Kok kesini?" tanya teman Jungkook.

Jimin menunjuk Jungkook, "Dia harusnya jemput aku sejam yang lalu, tapi dia tidak muncul muncul, jadi aku diantar temanku ke sini."

Teman teman Jungkook mengangguk paham.

"Kemana handphone-mu, Jungkook?" tanya Jimin, "Aku telepon daritadi tidak diangkat-angkat."

"Mati." Jawab Jungkook, tapi kemudian Jungkook malah bicara hal lain yang tidak berhubungan dengan pertanyaan Jimin, "Jimin, aku kangen."

"Makanya ayo pulang." Kata Jimin.

XXX

XXX

XXX

*= mulai masuk flashback

**= setelah mimpi basah pertama Jungkook.

***= katanya hanja Park berarti cempaka. Makanya setiap menulis Omega!Jimin aku pasti menuliskan Jimin punya bau yang mirip bau cempaka. (cempaka putih, untuk lebih jelasnya.)

****= akhir flashback.