Kakiku mengayun bebas diatas ayunan belakang gedung Appartement. Menikmati hembusan lembut angin yang menerpa sembari menunggu seseorang disini. Ya, dia lelakiku.

Sudah jam 3 sekarang. Berarti aku sudah menunggunya sekitar 4 jam an. Ke!mana dia? Aku melangkahkan kakiku keluar dari taman, menuju ketempatnya yang sering ia kunjungi.

.

.

.

.

Aku berdiri dari kejauhan. Menatap punggungnya yang sedang merunduk dari sini. Mata tajamnya terfokuskan untuk melihat sebuah buku yang dipegangnya.

Buku adalah kesukaanku, kata lelaki itu.

Punggung tegap itu bangun dari duduknya, kakinya melangkah menuju rak buku yang lainnya. Meraih sebuah buku lain, namun ia terlihat terhenti ketika seorang gadis melingkarkan tangannya kepinggang orang itu.

Aku terdiam, memfokuskan pandanganku kepada kedua orang yang disana. Menghapus pikiran kacauku yang sudah tertuju pada mereka.

Orang berpunggung tegap itu membalikan badannya, mengacak surai kecokelatan milik tubuh yang lebih kecil darinya itu, kemudian tertawa.

Walaupun aku melihatnya dari kejauhan. Bukan berarti aku tak bisa melihat garis wajahnya. Mereka, sudah memperlihatkan kebahagiannya tanpa memikirkan orang lain.

Aku mencoba ikut tersenyum sembari mendudukan diriku dibangku dalam perpustakaan ini.

Lelaki itu terlihat merengkuh pinggang gadis yang sudah kukira itu adalah pasangannya. Berjalan melewatiku tanpa permisi dan memilih duduk dibarisan bangku yang lainnya.

Dengan bebas, ia mengumbar kemesraan bersama gadis itu, Eunha. Mengajaknya mengobrol sembari menggenggam erat tangan kekasihnya dengan erat, kadang mencubit pipi temban nan putih itu. Rambut pendeknya terurai rapih, membuat diri gadis itu semakin imut, saja.

Aku tetap memfokuskan pandanganku pada mereka, mereka terlihat sedang saling bertatapan lalu tertawa. Pipiku memerah. Ah.. Yang digoda itu adalahan gadis itu, kenapa aku yang tersipu?

Aku meraih dada sebelah kiri, meremasnya kecil. Kenapa rasanya sesak?

Aku merasakan seseorang menepuk bahuku pelan, aku menoleh mendapati adikku., Bohyuk. Ia sedang tersenyum, "Ayo kita pulang, Hyung." Itu yang ucapkan dan terdengar ditelingaku.

Aku beranjak dari tempat dudukku dan tersenyum, "Baiklah."

Kakiku berjalan keluar dari perpustakaan diiringi Bohyuk, tentu saja. Ia harus mengantarkanku sampai rumah, omong-omong ganti rugi.

Aku tersenyum puas, dugaanku benar. Lelakiku ada disana.

.

.

.

Aku mengaduk-aduk kopiku, sebenarnya tadi ini untuk lelakiku itu. Ya, kami tinggal bersama. Tapi ia belum juga menunjukan batang hidungnya, padahal ini sudah larut malam. Apa jamnya rusak sehingga ia tidak bisa meilihat jam? Atau ia terlalu sibuk dan lupa?

Malam ini terasa sangat dingin, entahlah, memang dingin atau aku saja yang sedang tak enak badan. Tubuhku sakit sekali.

Seperti ada yang membuka pintu masuk, aku menoleh dan mendapati seseorang pulang dengan wajah sumringah. Aku mendekatinya, mengambil mantel miliknya dan kugantungkan tepat dibelakang pintu.

Ia memelukku dari belakang sembari membisikan sesuatu, "Maaf telah membuatmu menunggu tadi, pekerjaanku sangat banyak, Darl. Aku janji besok tak akan seperti itu lagi." Ia berjanji, aku mengangguk dan membalikan badanku. Menatap matanya untuk mencoba meyakinkannya.

Aku berjinjit, mengacak surainya dan kemudian tersenyum.

"Tentu saja, Kim." Jawabku seadanya.

Aku meraih tangannya, membawanya keruang tengah. Aku berlari kecil kedapur untuk sekedar mengambil cangkir kopi yang sudah kubuatkan untuknya. Ternyata tidak sia-sia sudah kubuatkan kopi.

Aku kembali dan mendekatinya, meletakan cangkir itu dihadapannya.

ia tampak sibuk dengan ponselnya dan kemudian menatapku, "Aku ada urusan sebentar, Hyung. Eunha, temanku sakit, ia memintaku untuk datang." Aku hendak meraih lengannya namun ia sudah berdiri jauh dari hadapanku.

"Gyu.."

"Maafkan aku, Hyung. I love you." Ia kembali mendekat, hanya untuk sekedar mencium keningku. Aku tersenyum tanpa berniat membalas ucapannya.

Beberapa detik kemudian ia sudah tidak ada dihadapanku. Namun, aku belum berniatkan untuk menyudahi senyumanku.

It's a lie.

Ya, itu Mingyuu. Mingyu dengan kebohongannya.

Cinta membuatku buta. Mata, telinga hingga hati semua gelap. Aku tak bisa berpaling sedikitpun darimu, Kim Mingyu.

Aku mencintaimu dengan segala kebohonganmu.

End.

HEHEHSGSGSGDEGEGEGEGEGEG. ini ff pertama yang aku publish. aku butuh banget review kalian maapin ya kalau jelek. ininjuga masih dikit. dah. lofyu kalian.