Dia memang tak 'kan pernah kembali, lalu mengapa 'ku tetap menanti?
.
.
.
Fic ke-13 dari Wataru Takayama.
.
.
.
Untuk sahabat "baik" yang sering nyiksa saya dengan ideologi 'gentelmanisme'-nya,
Shiqie Fujisawa...
(maap ga gw link-in, publish dari hape susah)
.
.
.
Dua Keping Hati
Naruto and all of characters belong to Masashi Kishimoto's. Story and all of imagination is totally mine, i just borrow the characters.
If any related story like this, it wasn't intentionally create, i didn't mean to copy yours in case of copy right violations.
.
.
Happy reading, minna-san...
.
"...kau, hey Sakura, mau mengajarikukah?"
"Hmm?" bocah kecil bermata emerald itu menatap nanar ke arah onyx yang baru saja memohon padanya.
"Mau?"
"...Ya!" jawabnya sambil mengangguk hingga rambut merah jambunya terkibas. "Tentu!"
.
Gadis itu kini menatap jengah ke arah rinai hujan di luar sana. Ia merasa hujan telah menyakitinya, sebuah luka, bagaimana rasanya jika luka itu terkena air, pedih sekali. Tapi ia tak mengerti, ia juga merasa tercandu kala hujan datang. Sebuah hasrat nyata yang justru tak menginginkan hujan berakhir, membawa hatinya tak bisa lepas dari bayang-bayang kisah kecil masa lalunya.
Ia lalu menghirup lagi coklat panasnya yang mengepulkan uap air ke arah wajah. Ia nikmati setiap tetes manisnya coklat, berharap mampu mengobati lukanya yang pahit. Ia lalu mengalihkan lagi mata dan pikirannya untuk fokus ke arah sebuah buku tebal yang menganga, yang menyuguhkan rentetan kata dan angka dalam retorika yang harus menyita semua konsentrasinya.
"Maaf Sakura-hime, membuatmu menunggu lama..."
...hime
Hatinya terketuk, membuatnya membuka pintu kesadarannya, pintu alam nyatanya.
"Kau sudah menyelesaikan nomer berapa saja?" lanjut pria itu, yang beberapa tahun lebih matang di atas dirinya.
"Ke-kenapa kau memaksakan diri, Kakashi-kun? Aku kan sudah mengatakan padamu agar tak usah memaksakan diri untuk datang. Lihat sekarang, jaketmu jadi basah," jawab Sakura. Ia merasa bersalah pada laki-laki yang bernama Kakashi itu.
"Tidak mengapa, Sakura. Sudah sepatutnya aku membantumu. Kau pikir apakah tugas seorang guru, jika bukan mengajari muridnya. Terlebih lagi, kau kan kekasihku, Sakura-chan..." sahut Kakashi seraya mengacak pelan rambut merah muda Sakura.
"Ta-tapi, kau jadi basah, aku tak mau kau jadi sakit karenaku..."
"Hanya basah sedikit, Sakura. Tak sampai membuatku kedinginan, apalagi sakit." Kakashi lalu duduk tepat di hadapan Sakura. Ia lalu melepas jaketnya yang agak basah dan menyisakan dirinya yang terbungkus sweater tebal.
"Angin diluar kencang, hujan jadi mampu menyentuh jaketku meski aku sudah memakai payung," lanjut Kakashi sambil mengenggam jemari Sakura, mencoba menciptakan kehangatan tersendiri di antara dua telapak tangan yang menyatu.
"Sekali lagi, maaf..."
"Tak perlu minta maaf, tak perlu sungkan. Jika begitu, kau anggap apa hubungan kita selama ini?"
Lagi, ia tertohok. Alam nuraninya seakan menampar pipinya, membuatnya sadar bahwa ia sudah memiliki sosok lain, yang mencintai dirinya dan mampu menemaninya setiap saat, membuatnya bahagia bukan tenggelam dalam perasaan sakit dan nestapa. Sama sekali berbeda dengan perasaannya pada lelaki itu.
Dan ia tak mampu menjawab pertanyaan Kakashi. Hatinya seakan terbelah menjadi dua keping, menjadi dua kutub, yang tak dapat dipilih mana yang lebih baik di antara keduanya. Membuat dirinya, mau tidak mau, terpaksa memilih keduanya. Meski yang satunya hanyalah setitik awan kecil yang tak pernah bisa ia gapai, sementara yang satunya lagi adalah sekolam air yang selalu bisa menyuguhkan kesejukan pada dirinya.
"Kau kenapa Sakura?" tanya Kakashi seakan mampu membaca hati kecil Sakura yang sedang berdebat, berkecamuk pada dua sosok yang merajai hatinya itu.
"Aaahh tidaak, ti-tidak kenapa-kenapa... Ayo lanjutkan belajar lagi," jawab Sakura terbata dan mencoba mengalihkan lagi konflik batinnya.
"Yakin?" sahut Kakashi seraya menenggelamkan iris kelamnya ke arah emerald Sakura, mencoba lebih dalam menelanjangi hati Sakura.
"Ya..." jawab Sakura singkat. "Ah, ayo kau periksa pekerjaanku, apa benar semua?"
Kakashi lalu mengambil buku kumpulan soal yang sedari tadi terbuka di tengah meja. Beberapa detik berikutnya, setelah ia mencoret-coret sehelai kertas kosong, ia lalu menatap Sakura lagi dengan tatapan menelisik.
"Sakura? Kau tidak sedang sakitkan?"
"Ah tidak-tidak, aku sehat-sehat saja. Ada apa, Kakashi-kun?" jawab Sakura heran.
"Kenapa soal semudah ini kau bisa salah?"
"Aaa?"
"Iya, kau salah menghitung," sahut Kakashi seraya menunjukan hasil coret-coretan singkatnya. "Bila vektor u dan vektor v tegak lurus, maka sudut diantara keduanya 90 derajat. Lalu kau harus mencari berapa nilai a. Kau tidak lupa rumus perkalian vektor, (u . v) = |u| |v| cos alfa, kan? Lalu kau hitung nilai (u . v), u = (a, -2, -1) dan v = ( a, a, -1), maka (u . v) = a^2 -2a + 1. Ruas yang sebelah kanan tak usah kau hitung, karena cos 90 itu kan 0. Jadi, a^2 -2a + 1 = 0 . (a - 1)^2 = 0. Maka a = 1. Isinya C*. Lalu kenapa kau malah memilih A? Kau kebetulan sekali, Sakura, kurang teliti, padahal selama ini kau bisa lebih teliti dariku."
"Ah iya. Maaf Kakashi-senpai. Aku terburu-buru," jawabnya singkat tanpa terlalu fokus ke penjelasan Kakashi.
"Lalu, nomer 5. Kau juga sepertinya salah lagi. Ini kan soal mudah. Cos50 cos15 - sin50 sin 15 mengapa isinya cos75? Lihat, seharusnya ini bisa disederhanakan jadi cos(50 + 15). Lalu sama dengan cos65. Cos65 = cos(90 - 25) = sin 25. Kau tidak lupa kan, kalau menggunakan pengurangan dan penjumlahan sudut 90 derajat, sin berubah jadi cos dan cos berubah jadi sin? Jadi, isinya A, bukan D.*"
Sakura menatap dengan tatapan kosong ke arah coret-coretan Kakashi yang sedang ia jelaskan. Lagi, ia tak terlalu memperhatikan uraian panjang Kakashi kepadanya. Sakura merasa kembali sakit. Hatinya benar-benar teriris-iris kenangan yang selama ini dikuburnya. Seakan-akan masa itu terulang lagi, saat diluar hujan jatuh membasahi bumi, saat mereka berdekatan dalam jarak yang begitu dekat.
.
"Wah, hujan Sakura, kau jadi tidak bisa pulang. Tidak apa-apa ya kau mengajariku sampai sore nanti?"
"Tak mengapa, Sasuke. Nanti aku pinjam telpon rumahmu ya untuk menelpon Kaa-san?"
"Tentu saja, silahkan."
"Terimakasih..." jawab Sakura sambil tersenyum simpul kepada Sasuke. "Ummm...Hey Sasuke? Kau salah hitung nih."
"Aa? Yang mana Sakura?" jawab bocah kecil bermata onyx itu.
"Ini, yang luas trapesium."
"Yah salah ya? Maaf deh," jawab Sasuke sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Iya, seharusnya, luas trapesium itu sama dengan jumlah panjas sisi-sisi sejajar, dikali tinggi, bagi 2- Eh! Kau kenapa melihatku seperti itu Sasuke?" Sakura kontan bersemu merah ketika melihat Sasuke sedang menatapnya dalam jarak yang begitu dekat, jarak yang selama ini tak pernah terlintas di benaknya. Jantungnya pun berdegup kencang karena bahagia.
"Aa... Tidak mengapa, lanjutkan saja, aku mendengarkanmu..."
"I-iya, panjang sisi-sisi sejajarnya kan 12 sentimeter dan 8 sentimeter-"
"Sakura? Uumm..."
"Aaahh? Ada apa Sasuke?"
"Ada yang mau kukatakan padamu..." jawab Sasuke seraya tiba-tiba mengenggenggam tangan Sakura.
"A-apa itu?" Sakura dibuat canggung oleh kelakuan Sasuke yang ia anggap romantis di usianya yang masih 10 tahun itu.
"A-aku, sebenarnya, suka padamu, Sakura..."
.
"Kakashi?"
"Hmm?"
"Berapa jam lagi hujan di luar sana reda? Dan berapa jam lagi aku harus belajar?"
"Kau kenapa, Sakura? Biasanya kau semangat sekali belajar."
"A... Tidak ada apa-apa. A-aku hanya lelah saja. Aku mau tidur," jawab Sakura mengada-ada.
"Kalau begitu beristirahatlah dahulu. Sampai hujan reda. Lalu kita belajar lagi di halaman sambil menatap pelangi, bagaimana?" bujuk Kakashi.
"Aku tidak begitu yakin. Aku sedang tidak bersemangat belajar hari ini," jawab Sakura seraya mengalihkan pandangannya menembus jendela, menatap hujan yang masih belum reda.
"Sakura..." Kakashi lalu mendekat ke arah Sakura dan perlahan memeluknya. Sakura pun membalas pelukan itu dan menghirup harumnya tubuh Kakashi.
"Sakura, bagilah bebanmu. Jangan kau tumpuk sendiri, aku selalu ada di sampingmu, Sakura," ujar Kakashi.
"Aku... Aku hanya sedang teringat seseorang, Kakashi-kun, maafkan aku."
"Hmmm... Jika kau mengingatnya, pasti dia juga sedang mengingatmu..."
"Apa benar demikian?"
"Ya..."
"Sakura... aku mencintaimu..." lanjut Kakashi.
"Aku juga, Kakashi. Aku tidak mau kehilanganmu..."
'Begitu juga, Sasuke,' sambung Sakura dalam hati.
.
.
.
Besok adalah waktu yang dinanti Sakura. Besok adalah saat penentuan hasil kerja kerasnya selama ini. Besok adalah tes seleksi masuk universitas, sebuah tes yang memiliki arti besar di hidup Sakura, tes yang menentukan akan jadi apa dia di masa depan.
"Sakura, kau siap untuk hari ini?"
"Ya, aku siap. Selama ini kan aku selalu belajar bersamamu, Kakashi-kun."
"Kau belajar dengan giat, Sakura. Semoga kau bisa masuk fakultas kedokteran, seperti cita-citamu selama ini menjadi seorang dokter-"
"Atau mungkin aku akan meneruskanmu, Kakashi-kun, menjadi guru matematika terbaikku..."
"Amin..." sahut Kakashi seraya mengacak lembut rambut Sakura. Sakura pun memeluk kekasihnya itu dengan erat.
Mereka pun melaju menuju tempat tes seleksi.
.
.
.
"Sakura, aku menunggumu di sini," ujar Kakashi.
"Okay! Jangan kemana-mana ya? Doakan ya?"
"Iya, selalu! Goodluck! Ganbatte!" Kakashi pun mengecup kening Sakura.
Sakura tersenyum dan meninggalkan Kakashi di lantai dasar. Ia lalu naik ke lantai 3. 'Ruang 12 - ruang 12 - ruang 12' ujar Sakura dalam hati sambil mengamati tiap ruang ujian yang mulai dipenuhi siswa lain yang akan melaksanakan tes juga. 'Ruang 8. Ruang 9. Ruang 10. Ruang 11. Aha! Ini ruang 12!'
Sakura pun melangkah masuk ke ruang itu, dan, BUUKKK, seseorang menabraknya hingga ia terjatuh di atas lantai.
"Aaauuu..." rintih Sakura seraya mengelus-elus pergelangan mata kakinya yang sakit.
"Ma-maaf-maaf. Saya sedang buru-buru, maaf... Kamu bisa bangun sendiri kan, maaf..." lelaki itu pun lalu meninggalkan Sakura yang masih jatuh terduduk tanpa sedikit pun menolong Sakura untuk bangkit.
"Jahat! Pria tengik! Nyebel-"
Sakura lalu menghentikan ocehannya sesaat setelah ia mendangahkan wajahnya dan melihat punggung lelaki yang telah menabraknya itu, yang sedang berlari terburu-buru meninggalkannya. Sepertinya ia mengenali lelaki itu. Rambut itu, mirip sekali dengan sosok yang ada di benaknya.
Ia pun bangkit dan mencoba melihat papan nama yang mencantumkan nama-nama siswa yang mengikuti ujian di ruangan ini. Tapi pergelangan kakinya masih sakit untuk digerakan. Ia berjalan perlahan menuju papan nama di tepi ruangan, samping meja pengawas di depan ruang, sambil merintih sakit di kaki kanannya.
Belum sempat ia menjangkau papan nama itu, bel sudah berbunyi. Ia pun membuang tujuannya itu dan segera beralih menuju kursi duduknya. 'Nomer 111 30 06400, mana? Mana? Dimana? Aha! Di pojok terbelakang rupanya!'
Sakura pun duduk di kursinya dan beberapa saat kemudian seorang lelaki duduk di seberang mejanya, lelaki yang sempat menabraknya tadi.
"Hey, pria tengik!"
"Eh? Maksudmu aku? Eh! Maaf ya yang tadi. Aku sedang terburu-buru, pensil 2B-ku tertinggal di dalam mobil. Maaf sekali. Kau terluka? Apa yang sak-"
TAAAARRRRRRRRRR
Tamparan Sakura telak mendarat di pipi kanan si pria itu, membuatnya membungkam seketika. Sakura pun tak kuasa menahan air matanya yang secara tiba-tiba sudah membumbul di pelupuk matanya.
"Kau? Kenapa menamparku?" tanya lelaki itu tak mengerti.
"Karena kau, SASUKE UCHIHA!"
.
To be continued!
.
*soal SNMPTN 2011 bidang studi ipa nomer 1 dan nomer 5, kode soal 559. Itu isian saya, maaf kalo mungkin saya salah ngitung. Semoga bener biar ga digetog... Hehehee
.
.
Shiqie Fujisawa? Gimana-gimana? Menohok-mu ga? Hehehee...
Tuh, gue janji bikinin lu fic, tapi baru kesampean sekarang, kan lu tau kita sama-sama abis SNMPTN. Semoga kau terhibur ya. Jangan sedih! Tetap semangat! Meski kita ga dapet jalur undangan, kita pasti lolos jalur tertulis! Oke! Jangan berhenti berharap! Jangan stress lagi belajar SNMPTN ya? Kan ada Pak A*i yang ngajarin matematikanya... Hahay... /udah selesai SNMPTN-nya, telat woy/
Buat Fath dan Kanarienvogel, yang baca, dan kadang males review /padahal gw juga jarang nge-review fic Koko/, pasti kalian tahu kan siapa jelmaan Sasuke dan Kakashi di kehidupan nyata Si Shiqie? Wkwkwkkk...
Woke, fic ini rencananya mau dibikin 2 chap, atau mungkin 3 chap, lihat saja nanti akan berapa, yang jelas ga mau lebih dari 3 kalo bisa.
Terimakasih buat minna-san yang sudah membacanya. Review-nya dinanti selalu...
Cheers,
Wataru...
