Title : Sugar Pain

Disclaimer : all cast in this fanfiction are belong to theirselves, but the story is mine


Sepasang mata obsidian itu memandangi sebuah kamar yang telah kosong, tak ada ranjang, meja, dan barang-barang lain yang sewajarnya ada di dalam sebuah kamar. Sesaat kemudian pemuda bermata obsidian itu tersenyum simpul, memilih untuk mengubur seluruh kenangannya yang manis sekaligus menyedihkan.

Tangannya yang seputih gading itu meraih koper besarnya, menyeretnya pelan menuju ruangan kosong lainnya yang dulunya adalah sebuah galeri lukisannya.

Sepersekian detik kemudian sosok sempurna dengan kadar ketampanan yang jauh dari kata wajar itu menutup matanya, menikmati detik-detik kepergiannya, membiarkan beberapa kenangan menelusup masuk ke dalam ingatanya lagi.

Menangis?

Tidak sayang, sebutir air mata pun tidak. Ia tahu dengan menangis tidak akan membuat apapun berubah, ia sudah paham betul, yang ia lakukan saat ini hanyalah...mengumpulkan. Mengumpulkan semua rasa cintanya yang sebelumnya sudah hancur berkeping-keping.

1 keping.

2 keping.

3 keping.

Begitu seterusnya, setelah menurutnya cukup, ia menumpuknya dalam hatinya, menjaganya agar setidaknya nantinya ia bisa memberikannya kepada orang yang tulus mencintainya.

Suara derap langkah kaki seseorang menginterupsi suasana sunyi di ruangan itu, perlahan mata obsidian itu kembali menampakkan wujudnya dari balik kelopak matanya.

"Kyuhyun-ssi, taksinya sudah siap, berangkat sekarang atau nanti?"

"Sekarang saja."

Kyuhyun, pemuda berambut pirang tembaga itu tersenyum lembut kepada sosok gadis dihadapannya itu, sepasang mata obsidiannya menatap lurus kearah sepasang mata gadis itu, ada kekhawatiran tersirat dari tatapan gadis itu.

"Apa yang kau khawatirkan? Aku tidak serapuh yang kau kira, kau tahu? Aku akan baik-baik saja."

Senyum lembut di wajah sempurna pemuda itu pun lenyap berganti dengan seringgai tipis.

"Aku terlalu tampan untuk gadis seperti dia, santai saja, aku akan baik-baik saja." ujar Kyuhyun angkuh, tidak mau kehilangan sentuhannya, gadis dihadapannya hanya mengangguk cepat kemudian menundukkan kepalanya, tidak...gadis itu tahu, pemuda dengan seringgai evil khasnya itu tak sekuat itu, tidak untuk saat ini.

"Amber, berjanjilah padaku kau akan mengurus perusahaanku dengan baik, aku akan membunuhmu kalau sampai perusahaanku bangkrut, haha oke."

Itu bukan permohonan, itu perintah, kejam sekali ia berkata seperti itu pada seorang gadis yang bahkan mau meminjamkan bahunya untuk sekedar menjadi sandaran ketika Kyuhyun masih di masa-masa susahnya, ck.

"Mati saja kau."

"Bercanda."

"Akan aku doakan di Amerika-pun kau akan dicampakkan gadis seksi dan cantik."

"Gampang, aku tinggal pulang ke Korea dan menikahimu."

Seringgai khasnya tampak sangat-sangat jelas sekarang.

"Jangan menggodaku, ck...rasa empatiku jadi hilang seketika."

"Oke...oke, aku diam." ujar Kyuhyun sambil tersenyum simpul, diseretnya koper besar miliknya, menghampiri taksi yang sudah menunggunya.

Setelah sopir taksi memasukkan koper pemuda berambut pirang tembaga itu, Kyuhyun pun dengan sigap masuk ke dalam taksi.

"Jaga dirimu baik-baik."

"Terima kasih atas semuanya, Amber. Bye."

Dan taksi-pun melesat begitu saja, kemana lagi tujuannya kalau bukan bandara. Kyuhyun mengamati pergerakan lambat gumpalan-gumpalan awan dari balik kaca taksi yang ia tumpangi. Wajahnya yang sempurna kembali menampakkan senyumnya. Di sini, ia telah meninggalkan kenangannya, berusaha bangkit adalah jalan yang ia pilih, well hidup memang tak sesempurna apa yang ia pikirkan tapi berusaha dengan cara yang sempurna untuk menjalani hidupnya sepertinya itu bukan hal yang buruk.

End.