Disc: Naruto : Masashi Kishimoto

Pairing: Narufemsasu (Naruto x Satsuki)

Genre: adventure/romance/family/friendship/hurt/comfort

Rating: T

Summary: Terlambat. Naruto terlambat menyatakan cintanya pada Satsuki. Satsuki yang merupakan rekan sesama tentara dengan Naruto, ternyata akan menikah dengan orang lain. Orang lain yang tak lain adalah Kyuubi, kakak kandung Naruto. Akankah Naruto mendapatkan cintanya atau sebaliknya? Fic request for Namikaze632.

Jumat, 12 Mei 2017

.

.

.

TERLAMBAT

By Hikasya

.

.

.

Chapter 1. Pulang

.

.

.

Langit senja yang tampak jingga kemerahan, serasi dengan pemandangan alam sekitarnya. Suatu lukisan warna alami yang dihasilkan dari sinar mentari senja. Awan-awan berwarna kelabu senantiasa memberikan sentuhan perasaan yang kusam. Mencerminkan hati yang begitu kelam karena merasakan kesendirian.

Dia yang di sana, sedang duduk di sebuah bangku kayu yang kusam, terletak di dekat halaman belakang sebuah markas Tentara Angkatan Darat, di mana terdapat pepohonan rindang yang tumbuh teratur. Rumput hijau juga tumbuh subur dan kelihatan terawat. Daun-daun semua tanaman tampak menguning karena sudah dilanda musim gugur.

Tentu saja cuaca akan menjadi dingin di saat musim gugur seperti ini. Menemani kesendirian dirinya yang begitu sepi. Daun-daun yang berguguran, menimpa dirinya secara bertubi-tubi. Turut merasakan hatinya yang gersang. Segersang padang pasir yang tandus.

Dia yang telah lama menjalani profesi sebagai Tentara Angkatan Darat, ingin segera pulang ke rumahnya. Hal itu sudah dia utarakan pada atasannya, maksud dirinya yang ingin cuti untuk sementara waktu dari tugasnya. Atasannya menyetujuinya dan memberikannya izin untuk cuti selama sebulan saja.

Dia merindukan suasana kota di mana dia dilahirkan. Dia merindukan teman-teman lamanya. Dia merindukan semuanya kecuali keluarganya.

Keluarga? Entah mengapa dia tidak merindukan keluarganya. Hatinya telah beku dan tertutup rapat akan masa lalu yang menyakitkan. Dia dianggap tidak berjasa oleh keluarganya, menjadi sampah yang terbuang di jalanan. Menjadi abu yang diterbangkan angin, pergi bebas entah kemana.

Orang tuanya hanya mementingkan kakaknya. Kakaknya yang seorang tentara, jauh lebih hebat darinya. Kakaknya kini menduduki jabatan Mayor, jauh lebih tinggi darinya. Dia yang masih seorang Sersan kepala.

Tapi, dia tidak memusingkan itu lagi. Dia tidak ingin memikirkan tentang itu lagi. Dia ingin melupakan semuanya. Semua masalah harus dilempar jauh-jauh ke langit sana.

Menengadahkan kepalanya ke atas langit yang biru, dia yang bernama Namikaze Naruto, tampak menikmati kesendiriannya. Tubuhnya tinggi dan tegap dilapisi pakaian seragam khas Tentara Angkatan Darat. Rambutnya masih bermodel jabrik acak-acakan. Mata birunya yang kosong, tidak ada cahayanya sedikitpun, menerawang jauh ke langit sana. Memikirkan tentang keberangkatannya yang akan kembali ke kota asalnya.

Jauh di lubuk hatinya yang dalam, dia tidak akan langsung menemui keluarganya jika dia sudah pulang kembali ke kota asalnya, tapi melainkan dia akan pergi menemui Pamannya yang juga tinggal di kota yang sama.

Jika langsung pulang ke rumahnya, hanya mendapatkan sakit hati. Dia tidak ingin terluka lagi, hanya mendengarkan orang tuanya yang selalu mengagungkan kakaknya.

"Kenapa? Tousan dan Kaasan selalu membandingkan aku dengan Kyuu-nii. Tidak pernah sedikitpun mereka mengatakan sesuatu yang membuatku senang. Aaah... Andai... Aku tidak pernah dilahirkan ke dunia ini. Pasti semua ini tidak akan pernah terjadi padaku," gumamnya dengan nada lirih.

Wajahnya diselimuti kegelapan yang samar-samar. Hati dan jiwanya sudah lelah dalam menjalani kepedihan di dalam hidupnya. Dia menginginkan munculnya bintang harapan yang bisa mengubah semua kehidupannya.

Sayup-sayup terdengarlah suara seseorang yang menyapanya.

"Hei, Dobe! Ternyata kau di sini rupanya."

Suara seorang gadis yang sangat lembut, tapi terkesan tegas. Naruto tersentak kaget. Lamunannya buyar seketika.

TAP! TAP! TAP!

Seorang gadis berpakaian seragam yang sama dengan Naruto, berjalan anggun menuju ke tempat Naruto duduk. Rambutnya yang panjang berwarna raven disanggul lalu ditutupi dengan topi tentara. Matanya lentik berwarna hitam kelam. Kulitnya putih bersih. Namanya Uchiha Satsuki.

Naruto menoleh saat Satsuki sudah tiba di dekatnya, persis di sampingnya.

"Teme..."

"Dasar, Dobe baka! Aku sudah capek-capek mencarimu kemana-mana! Kau membuatku pusing saja!"

"Eh? Kenapa kau mencariku?"

"Ya, aku mau bertanya, apa kau jadi pulang ke kota Konoha?"

Mendengar itu, Naruto terdiam sebentar. Kemudian mengangguk cepat.

"Jadi."

"Kalau begitu, kita pergi sama-sama besok ya?"

"Eh?"

Naruto ternganga dan melihat Satsuki yang sedikit tersenyum. Rona merah tipis hinggap di dua pipinya yang tercetak tiga guratan halus.

Sejujurnya Naruto mencintai gadis yang seangkatannya ini karena gadis ini adalah primadona para pria di markas Tentara Angkatan Darat. Gadis yang sangat cantik, siapapun yang memandangnya, pasti akan kagum dan langsung jatuh cinta padanya. Dia adalah aset berharga bagi Tentara Angkatan Darat ini, disebabkan otaknya yang jenius dan penembak jitu yang andal. Selalu ditugaskan sebagai Kapten yang memimpin sebuah tim, jika bertugas di medan perang.

Selalu saja Satsuki menolong Naruto jika Naruto mengalami bahaya saat bertugas di medan perang. Sampai dia hampir kehilangan nyawanya demi menyelamatkan Naruto. Naruto sangat berterima kasih padanya dan berhutang budi padanya, meskipun dia sangat menyebalkan.

Mengapa Satsuki dianggap Naruto sangat menyebalkan? Itu dikarenakan Satsuki selalu bersikap tsundere jika Naruto tidak sengaja menyentuhnya. Pasti Satsuki tidak segan-segan lagi untuk menembaki Naruto dengan senapan andalannya. Pasti akan membuat Naruto kewalahan untuk menghindari setiap tembakan yang diluncurkan oleh Satsuki.

Kejadian demi kejadian konyol sudah dilewati Naruto bersama Satsuki dan teman-temannya selama dua tahun bertugas di markas Tentara Angkatan Darat di kota Suna ini. Sungguh mengocok perut dan penuh kebahagiaan. Naruto merasa senang saat bersama Satsuki, ingin selalu di dekat Satsuki walaupun apa yang terjadi.

Jauh dari keluarga, memang terasa berat jika kau memilih hidup mandiri. Pasti rasa rindu muncul di hatimu dan menggebu-gebu kau ingin pulang. Hal serupa yang dirasakan Naruto. Naruto ingin pulang dan ingin beristirahat di rumahnya.

Semua keinginan yang terpendam di hati, telah terwujudkan. Lampu hijau izin pulang sudah dinyalakan.

Terpana akan perkataan Satsuki tadi, Naruto masih menunjukkan ekspresi terkejutnya. Satsuki pun merasa heran dan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Naruto.

"Hei, ada apa sih?"

"Ah?" Naruto sadar dari keterpanaannya dan buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain."Ah, ti-tidak ada apa-apa."

"Masa? Kau melihatku dengan aneh begitu. Apa kau memikirkan sesuatu yang tidak-tidak tentangku? Ayo, mengakulah!"

"Sungguh... Aku tidak memikirkan tentang hal buruk tentangmu."

"Aku tidak percaya."

"Kalau tidak percaya, aku siap ditembak mati sekarang juga."

Memasang wajah yang sangat tegas, Naruto memandang wajah Satsuki dengan tajam. Satsuki sedikit terperanjat dan buru-buru sedikit mundur beberapa langkah. Memilih berkacak pinggang dan menunjukkan wajahnya yang datar.

"Ya sudahlah, jangan dibahas lagi. Sebaiknya kita masuk sekarang."

"Baiklah..."

Pria berumur sekitar 25 tahun itu, bangkit berdiri dari duduknya. Sementara Satsuki malah sudah pergi meninggalkannya.

Menyaksikan kepergian temannya itu, sudut perempatan muncul di kepala Naruto. Dia pun berteriak marah.

"Hei, kau, Teme! Tunggu dulu! Seenaknya kau meninggalkan aku!"

Satsuki menoleh sebentar dan tetap berwajah datar.

"Dasar, kau lambat sekali sih, Dobe!"

"Sekali-kali kau menungguku, kan? Apa susahnya, hah?!"

"Buat apa aku menunggumu. Buang-buang waktu saja."

"Aaargh... Dasar, Teme payah!"

"Dobe... Baka!"

"Hei... Hei... Kalian berdua malah berduaan di sini, Satsuki, Naruto."

Datanglah seseorang yang menyela pembicaraan mereka berdua, membuat mereka menoleh serentak ke arah asal suara.

JREEENG!

Tampaklah seorang gadis yang sedang berkacak pinggang dengan muka yang garang. Rambutnya berwarna merah muda pendek. Bermata hijau seperti emerald. Berpakaian seragam yang sama seperti Naruto dan Satsuki. Namanya Haruno Sakura.

"Sakura, kenapa kau di sini juga?" tanya Naruto dan Satsuki bersamaan.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu, kan? Kenapa kalian berdua di sini? Hmmm... Mencurigakan, apa kalian berdua itu..."

Belum sempat, Sakura melanjutkan kata-katanya, Naruto dan Satsuki menyelanya.

"TIDAK! KAMI TIDAK BERPACARAN!"

Untuk sekali lagi, Naruto dan Satsuki menjawabnya bersamaan. Sakura tercengang dan sweatdrop di tempat.

"Hei, siapa bilang kalian itu pacaran sih?"

"Eh, bukan ya?" Naruto mengangkat salah satu alisnya."Aku kira kau akan mengatakan itu, Sakura."

"Hmmm... Kalian menjawabnya bersamaan, itu berarti kalian saling suka, kan?"

"TIDAK! AKU TIDAK SUKA SI TEME INI/ TIDAK! AKU TIDAK SUKA SI DOBE INI!"

Untuk ketiga kalinya, Naruto dan Satsuki berteriak keras bersamaan sambil menunjuk ke arah diri masing-masing.

Benar-benar kejadian yang tidak terduga, Sakura malah tertawa.

"Hahaha... Seperti biasa, kalian berdua kompak sekali."

"Huh... Kenapa kau malah tertawa?"

"Maaf, Naruto."

"Ya sudahlah. Jangan dibahas, lebih baik kita masuk saja. Sudah mau gelap nih."

Dengan cuek, Satsuki melangkahkan kakinya santai dan melewati Sakura. Sakura melihatnya sekilas dan memasang wajah yang bengong.

"Ah, kapan kau akan menembak Satsuki?"

Pertanyaan itu tertuju pada Naruto yang datang menghampiri Sakura. Naruto yang memasukkan kedua tangannya di saku celana panjangnya, hanya bertampang polos.

"Menembak? Matilah Satsuki, Sakura."

Sakura menepuk jidatnya dan menjitak kepala Naruto agar otak Naruto bisa bekerja keras untuk memahami apa yang dikatakannya itu. Karena terkadang Naruto itu bersikap tidak peka terhadap apapun yang ada di sekitarnya.

CTAK!

Secara refleks, Naruto memegang kepalanya yang dijitak keras oleh Sakura. Dia mengadu kesakitan.

"Aw, sakit, tahu. Kenapa kau malah memukul kepalaku?"

"Jangan bersikap bodoh begitu! Kau itu tentara! Arti menembak saja, kau malah tidak tahu!?"

"Aku tahu. Arti menembak adalah meluncurkan sesuatu pada musuh dengan senjata, kan? Itu yang diajarkan sejak di Akademi Tentara dulu."

"Payah! Bukan itu maksudku!"

"Lalu apa?"

"Menembak Satsuki itu artinya sampaikan perasaanmu pada Satsuki. Kau mencintai Satsuki, kan?"

"..."

Naruto malah terdiam setelah mengetahui maksud Sakura yang sebenarnya. Dia pun melihat ke arah Satsuki yang sudah berjalan jauh di ujung sana. Raut wajahnya berubah menjadi sangat serius.

"Soal itu... Belum kupikirkan sama sekali. Lagipula jatuh cinta sesama angkatan itu dilarang di sini. Aku tidak berani menyatakan perasaanku sekarang pada Satsuki. Biarlah rahasia ini tetaplah menjadi rahasia. Lalu tetaplah menjaga rahasia ini, Sakura."

Menampilkan senyum khasnya, Naruto menepuk pelan pundak Sakura. Lantas berjalan santai ke arah Satsuki pergi tadi.

Sakura yang ditinggalkan, hanya memasang wajahnya yang kusut. Dia tidak habis pikir tentang Naruto.

"Dasar, dia payah sekali. Padahal banyak pria di sini, yang berlomba-lomba ingin mendapatkan Satsuki. Tapi, dia malah mengabaikan perasaannya sendiri."

Menggeleng-gelengkan kepalanya karena bingung, Sakura yang merupakan rekan setim Naruto sekaligus teman baik Naruto, bergegas melangkahkah kakinya untuk menyusul Naruto. Dia berharap di dalam hatinya agar Naruto segera menyatakan cintanya pada Satsuki sebelum terlambat.

.

.

.

Keesokan harinya.

Di stasiun kota Konoha, sebuah kereta bertenaga listrik berhenti. Kereta yang datang dari kota Suna, tiba dengan selamat tanpa kendala sedikitpun. Para penumpang bernapas lega karena sudah sampai di tempat tujuan.

Satu persatu penumpang turun dari kereta tersebut, tampak Naruto yang keluar bersama Satsuki. Kebetulan Naruto dan Satsuki pergi bersama ke kota Konoha ini, dalam satu kereta yang sama.

Di antara hiruk-pikuk keramaian yang membludak di stasiun kereta tersebut, Naruto tersenyum senang sambil memegang topi tentaranya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya memegang tali tas ranselnya.

"Wah, akhirnya kita tiba juga di kota ini! Rindu sekali rasanya!"

Suaranya yang begitu semangat, mengukir senyum di wajah Satsuki. Satsuki juga memegang topi tentaranya yang menutupi rambutnya yang disanggul.

"Ya, tiba waktunya untuk kita berpisah, Dobe."

"Eh? Berpisah?"

Ekspresi senang Naruto luntur begitu saja. Berubah drastis menjadi ekspresi bengong. Dia menoleh ke arah Satsuki yang meletakkan tangan kanan di atas mata untuk memberi hormat ala tentara padanya.

"Kalau begitu, aku permisi dulu. Sampai jumpa sebulan yang akan datang ya."

Tanpa menunggu jawaban dari Naruto, Satsuki berbalik dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Naruto. Dia memegang erat dua tali tas ransel yang digendongnya di punggungnya. Dia tidak sempat melihat ekspresi Naruto yang sebenarnya.

"Teme... Satsuki... Aku tidak tahu nomor teleponnya...," mendadak Naruto mengingat itu dan buru-buru bergegas mengejar Satsuki."TEME! TUNGGU! SETIDAKNYA KAU MEMBERITAHU NOMOR TELEPONMU AGAR AKU BISA BERKOMUNIKASI DENGANMU!"

Tapi, terlambat, Satsuki sudah menghilang di antara keramaian itu. Naruto kehilangan jejaknya dan menghentikan larinya.

"Ah... Dia sudah pergi. Aku terlambat..."

Dia pun terpojok di tempatnya berdiri. Seakan-akan suasana sekitarnya menjadi kegelapan yang abadi, sebuah cahaya muncul dari atas kegelapan dan menyorotinya dengan sinar putih seperti cahaya senter. Menandakan kekelaman hatinya yang terlambat menanyakan tentang nomor telepon Satsuki.

Dia memang tidak tahu tentang Satsuki sedikitpun. Dia hanya tahu bahwa Satsuki adalah gadis tsundere yang sangat bermusuhan dengannya. Satsuki adalah penembak jitu yang menjadi primadona para lelaki. Satsuki adalah Kapten yang memimpin tim perang yang dapat diandalkan dalam medan perang. Satsuki adalah orang yang berarti dalam hidupnya dan menjadi satu-satunya orang yang membuat hidupnya ceria. Dia sangat mencintai Satsuki.

'Benar. Aku sangat mencintai Satsuki. Sakura selalu menasehati aku agar aku cepat menyatakan cintaku pada Satsuki. Tapi, di dalam Tentara, sesama angkatan tidak boleh saling jatuh cinta. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan agar aku bisa menyatakan cintaku pada Satsuki?'

Itulah isi batin yang dirasakan Naruto. Menjadi penuntunnya agar bisa bergiat untuk bersemangat menjalani kehidupannya. Walaupun dia selalu merahasiakan perasaannya itu, tapi perasaan itu semakin besar saja dan menuntutnya agar bisa mengeluarkan apa yang dia rasakan. Cinta tulus untuk Satsuki, ingin diberikannya sesegera mungkin.

Dalam keterpurukan yang melandanya sebentar saja, Naruto pun tersadarkan karena tepukan halus di bahunya. Seseorang berdiri di belakangnya sambil menyengir lebar.

"Hei, sepupu... Akhirnya kau pulang juga rupanya."

Si Namikaze sangat mengenali suara cempreng yang keras itu, buru-buru dia menengok ke belakang dan...

"Karin!"

Kaget setengah mati melihat seorang gadis berambut merah panjang yang diketahui bernama Uzumaki Karin, sepupunya yang dikenal sebagai orang berpenampilan aneh.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Fic request untuk Namikaze632 sudah jadi. Maaf, telat buatnya.

Bagaimana? Apa sudah sesuai harapanmu?

Nantikan kelanjutannya di chapter 2.

Fic ini ditargetkan hanya tamat 5 chapter saja.

Sekian sampai di sini dan terima kasih.

Bye.

Jumat, 12 Mei 2017