.
誕生日 おめでとう, 私 の 男くん! \:D/
Tanjoubi omedetou, watashi no otouto-kun! \:D/
.
Melodi Matahari
By Kie2Kei
I don't own any materials belong Sunrise Studio and CLAMP. I just have the story idea in this fic.
Warnings! AU, 2nd POV, bit OOC, typo(s) every where, fast timeline, etc.
don't like, don't read!
Enjoy there!
.
.
Kau berjalan menyusuri koridor di dalam sekolah. Padahal, bel masuk kelas telah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu. Ah, pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran olah raga. Pelajaran yang sangat-sangat tidak kau sukai. Jadi di sinilah kau, sengaja absen dari jam pertama.
Saat melewati ruang musik, pedengaranmu menangkap alunan melodi yang amat kau kenal. Swan Lake. Alunan musik instrumental itu mengalun dari sebuah tape, pikirmu. Kau mengintip dari celah pintu geser di sana. Pemandangan yang kau lihat sungguh indah, seperti sebuah anugerah dari tuhan. Membuatmu takjub akan keindahannya.
Apa yang kau lihat? Oh ternyata, seorang jelmaan angsa menari-nari mengikuti alunan melodi Swan Lake. Jelmaan angsa itu melakukan lompatan, berputar, dan melangkah dengan anggun. Bisa mengira siapakah dia? Yap, dia seorang balerina.
Tiba-tiba gadis itu berhenti menari. Sepertinya ia merasa diperhatikan. Ia menengok ke arah pintu dan mendapati kau di sana; mematung. Gadis itu segera berjalan menuju pintu, dan kau cepat-cepat beranjak dari situ. Tapi, sebelum kau sempat melenggang kembali ke koridor, gadis itu sudah menahan pergelangan tanganmu.
"Kau mau apa?" tanya gadis itu sinis.
Merasa tertangkap basah, kau akhirnya pasrah dan menjawab pertanyaan gadis itu. Kau kemudian berbalik menghadap gadis itu. Sesuai tata krama yang kau pelajari, kau memperkenalkan dirimu terlebih dahulu. "Aku Lelouch Lamperouge,"
Gadis itu masih menatapmu datar, "Aku tidak tanya namamu."
Akhirnya kau memutar violet-mu jengkel, "Tadinya aku mau memakai ruang musik, tapi sepertinya kau sedang memakainya," dalihmu.
"Bohong," Ia menangkap keganjilan di manikmu.
Kau kembali berkelit, "Aku mendapat dispensasi Latihan untuk mengikuti Piano Glazen ~ en Hamarikyu Asahi National Competition di Tokyo sebagai perwakilan dari Osaka nanti."
Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, "Kau seorang pianis?"
"Iya,"
Gadis itu terkekeh pelan. Kau mulai mengerutkan alismu, "Apa?" tanyamu ketus.
Gadis itu kembali berekspresi datar, "Hanya heran saja," Ia melepaskan genggamannya pada pergelangan tanganmu. "Aku C.C., kau bisa memakai ruang musik dan latihan bersama-sama denganku."
Kau mengerjap tidak percaya, gadis *jutek ini ternyata mempunyai hati juga. "Kau yakin tak akan terganggu?"
C.C. mengangguk pelan. "Ruang seni sekolah kita cukup besar, masa kau tidak tahu?" dengan meninggalkan pertanyaan rektoris seperti itu, ia pun kembali masuk ke ruang seni. Seringai tipis muncul di wajah porselennya. Tentu saja tanpa sepengetahuanmu.
Walau ia baik, tetap saja cara bicaranya menyebalkan. Kau merasakan urat-urat di kepalamu berkedut kencang. Tanpa membalas pertanyaannya, kau segera mengekor di belakangnya masuk ke ruang musik.
.
.
"Hah..." desahmu frustasi. "Bagaimana aku bisa latihan dengan dua lagu berbeda yang berdengung di kepalaku?" Kau mulai berhenti menekan tuts-tuts grand piano itu.
"Berarti kau belum profesional, Tuan Lamperouge," komentar C.C. pedas. Ia masih menari, dan gerakannya tetap selaras dengan melodi Swan Lake.
Urat syaraf di kepalamu kembali berkedut. "Tentu saja. Jika aku sudah profesional, aku pasti sudah terbang ke Eropa dan belajar di sana."
"Manusia tak bisa terbang Lelouch," Seringai muncul di wajah gadis itu.
Sesuatu telah meletup di dalam dadamu, tapi kau tetap mencoba mengontrol emosimu. Kau tak jadi membalas perkataannya. Begitu juga dengan gadis itu yang tidak melanjutkan perbincangannya denganmu.
C.C. kembali fokus pada tarian baletnya. Kau yang tak bisa konsentrasi latihan piano, malah sibuk memandanginya.
Rambut berwarna lime-nya sebagian digelung ke atas, poni dan sisa rambut di kiri dan kanan ia biarkan tergerai, kadang turut bergerak cantik mengikuti irama tubuhnya. Manik topaz-nya tenggelam menghayati melodi musik. Kaos katun berwarna putih polos dan celana olah raga sekolah, menghiasi tubuh proporsionalnya. Kau ehm, cukup kagum akan pesona gadis itu. Kau akui dia memang cantik. Di saat melodi Swan Lake berhenti mengalun, saat itu juga kau menyadari bahwa kau tertarik padanya.
"C.C.," Gadis itu menoleh padamu. "Kau masih mau berlatih?"
C.C. memiringkan kepalanya tidak mengerti, "Apakah kau mau kembali ke kelas?"
Kau berbalik menghadap grand piano, sehingga gadis itu cuma bisa menatap punggung lebarmu. "Tidak, bukan."
"Lalu?" Tidak perlu menunggu jawaban darimu, C.C. langsung mengerti ketika jari-jari lentikmu menari-nari di atas tuts-tuts piano. Kau memainkan Swan Lake. C.C. tersenyum tipis di belakang punggungmu. Lalu ia turut menari mengikuti dentingan melodi dari permainan pianomu.
Selama setengah jam lebih kau mengiringinya. Setidaknya sampai jam pelajaran olah raga berakhir. Kau pun mengucapkan pamit padanya. Tapi sebelum kau pergi, ia sempat berbicara padamu.
"Jika kau ingin mengiringiku lagi, kau bisa datang kemari setiap pagi. Di jam sekolah beroprasi tentunya," tawarnya sambil tersenyum tipis.
Kau menoleh padanya, "Terima kasih, atas tawarannya. Benar-benar suatu kehormataan bagiku." Kau membalas senyumnya, dan melenggangkan kakimu ke koridor yang menuju kelasmu.
.
.
TBC
.
.
Output dari Kei:
Ababil na'as kei buatnya. Ini baru prologue :)) Mohon maaf atas ke-OOC-an mereka berdua.*jedotinkepalakekasur*
Fic special buat yg kangen ProMiss punya saya, buat adik saya yg ulang tahun hari ini; dia makin ganteng aaa *brothercomplex-nyakumat*, dan ReiyKa yang entar ulang tahun tanggal 30 Juli :D
Sedikit curcol aja, saya lagi kagum sama cover-an anisong temen saya di soundcloud. Keyeen~
Silahkan, jangan sungkan untuk mereview!
