Project terbaru dari saya dan ini termasuk fic serius (fic yang sudah di-planning-kan). Saya harap reader sekalian terhibur dengan fic baru ini.


Last of Us

Naruto by Masashi Kishimoto

High School DxD by Ichiei Ishibumi

Ditulis tanpa mengharapkan keuntungan materil sedikit pun

Warning: Canon, Dark Naruto!

Summary: Menari di panggung supranatural adalah pilihan hidupnya. Berinteraksi dengan mereka sambil menyembunyikan kekuatan sebenarnya adalah kegiatan sehari-hari. Lalu ia akan mengalahkan mereka semua di balik kegelapan. "Entah apa pun caranya, jika pada akhirnya aku yang akan menang akan kulakukan."

.

Fanfiction 2019/Eins-Zwei/Fanfiction 2019

.


Chapter 1: Epic of Prologue

Apa yang dialami oleh gadis itu sekarang adalah pertama kalinya dalam seumur hidup. Gemertak gigi terdengar menggema di ruang tak tersentuh manusia selama puluhan tahun ini. Merasakan ketakutan sesungguhnya, tak pernah ia sangka akan begini jadinya.

Seorang gadis tanpa satu benang menutupi tubuhnya diam tak bergerak bagaikan tertimbun oleh ribuan serpihan es. Sorot matanya tertuju pada apa yang ada di depan–sudut ruangan yang terselimuti oleh gelapnya malam. Matanya menyelam dalam kegelapan sampai ia menemukan cahaya kecil berwarna merah.

Cahaya yang memancarkan aura keputusasaan, cahaya yang membuat bulu kuduknya merinding, cahaya yang bersumber pada mata seseorang.

Kakinya melangkah ke belakang ketika aura itu semakin kuat menguliti dirinya. Di bawahnya genangan darah menari sempurna dalam balutan sinar rembulan menciptakan visual indah sekaligus mengerikan. Beberapa potong daging menjadi pelengkap pemandangan itu.

Gadis tanpa busana menari di genangan darah bersama potongan tubuh manusia.

Hal yang sangat tabu di dunia ini, tetapi akan menjadi normal jika pelakunya adalah salah satu dari makhluk supranatural.

Gadis–tidak bisa disebut gadis juga sebenarnya–itu merupakan iblis terbuang. Iblis liar yang kehilangan akal dan pikirannya untuk hidup lebih baik di dunia busuk ini. Mereka hanya memikirkan bagaimana memburu mangsa dan memakannya sampai kenyang. Kini pemikiran itu harus ia kubur dalam-dalam.

"Kenapa kau tidak melanjutkan acara makanmu?"

Pertanyaan tanpa emosi itu terdengar layaknya suara peringatan dari malaikat maut. Mengembalikan kesadaran gadis itu setelah tertelan dalam ketakutannya.

Mulut yang masih menyisakan noda darah itu tertutup. Meneguk ludah dengan keras. Tak bisa menjawab. Ia hanya diam membisu.

"Apa kehadiranku mengganggumu?"

Kali ini ketakutannya semakin bertambah saat suara itu terdengar bersamaan langkah kaki yang menggema di telinganya. Hingga akhirnya ia bisa melihat bagian bawah orang itu yang terkena sinar bulan masuk melalui celah jendela rusak.

Manusia. Sesosok makhluk lemah itu berdiri di depannya. Makhluk yang sama dengan yang baru saja ia makan. Sekaligus makhluk yang membuatnya merasakan ketakutan seperti ini.

Suara dari kaki yang melangkah kembali terdengar, rinar bulan menyoroti penampakan dari sosok itu. Seorang remaja berambut blonde dengan pakaian seragam sekolah. Uzumaki Naruto.

Kibaran mata merah itu kian membesar membuat iblis liar di depannya menjadi susah berdiri. Langkah demi langkah yang Naruto lalui menjadi siksaan bagi iblis liar itu. Sampai akhirnya Naruto berdiri di hadapan iblis liar yang tersungkur di lantai tanpa bisa melawan. Beban aura terlalu berat untuk ia tahan.

Terkesan ironis melihat iblis liar tersungkur lemah di antara potongan tubuh manusia yang baru saja ia makan. Meski ironis, Naruto menikmati pemandangan di depannya. Tangannya teracung ke atas bersamaan dengan terciptanya belati dari ketiadaan.

Kedua bola mata gadis itu membulat, orang di depannya bukan manusia sembarangan, ia tahu itu dan ia merutuki kebodohannya karena sempat menantang Naruto.

"Tu-tunggu!" ia memberanikan diri untuk berucap dengan tangan terangkat sebagai isarat, "Akan kulakukan apa pun asal jangan membunuhku."

Gestur tubuh Naruto mengindikasikan bahwa ia menimbang perkataan iblis liar di bawahnya. Tangan yang tadi teracung dengan belati di genggaman kini turun ke samping pinggang.

"Apa yang bisa kau tawarkan kepadaku?" nada itu masih sama seperti sebelumnya. Berat.

Iblis liar itu meneguk ludah dengan kasar. "Tubuhku."

Naruto tak membuat raut wajah apa pun setelah mendengar perkataan itu. Matanya melirik, menyusuri setiap bagian tubuh gadis itu yang jika dilihat bentuk tubuhnya sama seperti model papan atas.

Belati yang semula ada di genggaman kini kian memudar dan pecah menjadi butiran cahaya. Aura yang senantiasa membebani gadis itu perlahan mulai redup dan ia bisa mengontrol pernapasannya.

Naruto berjongkok. Meraih belakang kepala iblis liar itu lalu ciuman terjadi. Sebuah ciuman ganas diberikan Naruto pada gadis itu pertanda ia menerima tawaran. Kedua lidah mereka saling bertemu dan menari di dalam sana.

Gadis itu rerangsang merasakan bibir Naruto. Ia melingkarkan kedua tangannya sambil menghimpitkan dua buah dada besar pada Naruto. Butiran debu yang terosot oleh cahaya rembulan menjadi penghantar dua insan yang saling bercumbu panas.

"Hhmm~"

Gadis itu mengeluarkan desahan nikmat saat sebuah tangan besar dan kekar meremas dadanya. Sentuhan tangan itu kian menjadi. Rasa nikmat kian membara. Desahan penuh nafsu kian membesar.

"Ahhh~"

Pekikan kecil terdengar saat jemari Naruto mencubit puting gadis itu. Ia semakin tenggelam dalam kenikmatan yang baru saja ia rasakan. Ia ingin lebih lagi … ia ingin lebi dari ini. Sementara Naruto terus menciumnya dan memainkan dada iblis liar. Sampai rabaan itu mulai turun perlahan, menuju perut … hingga iblis liar itu membuka mata karena apa yang ia pikirkan tidak kunjung terjadi–ia berpikir akan merasakan nikmat yang lebih dari ini.

Detik berikutnya mata itu melebar bersamaan dengan suara tubuh tertusuk oleh belati. Ia merasakan hangat di bagian sensitifnya. Darah segar mengalir deras di lubang kemaluannya.

Itu bukan kenikmatan, itu merupakan kesakitan tiada henti.

Sebuah belati menancab di lubang kemaluannya. Sakit. Sangat sakit.

"ARGHHHHHH– "

Crash!

Teriakan memiluan itu terhenti saat Naruto memenggal kepala itu tanpa ampun. Tubuh yang sempat ia nikmati sebentar tergeletak kaku di lantai dengan darah yang menggenang. Perlahan tubuh itu memudar menjadi abu hitam yang terbang ke langit menyisakan belati Naruto di lantai–belati bekas menusuk lubang kemaluan iblis liar tadi.

Naruto menjilat darah yang membekas di sudut bibirnya. Darah yang ia dapat saat bercumbu panas dengan gadis tadi. Darah yang merupakan milik manusia bekas makanan iblis liar tersebut.

"Seperti biasanya, kau sangat sadis." Suara menggema di belakang. Di balik kegelapan bekas posisi Naruto.

Naruto menyeringai tipis. "Sangat nikmat jika melihat makhluk supranatural meminta ampunan kepadaku dengan tawaran tubuhnya. Lalu puncak kenikmatannya saat mereka mulai terangsang dan aku langsung membunuh mereka."

"Jadi kau ke sini untuk tujuan itu, Bagaimana dengan gadis manusia yang tadi ia makan?"

Naruto terkekeh pelan seakan menertawai kebodohan orang yang berbicara dengannya. Ia menoleh. "Kenikmatan tambahan adalah melihat wajah orang yang menderita meminta bantuan kepadaku."

"Kalau begitu kau sudah ada sejak gadis itu belum menjadi santapan iblis liar."

Naruto diam seakan tidak menyanggah perkataan orang itu.

"Aku tidak peduli pada apa pun, bahkan manusia yang menjadi ras sama sepertiku. Aku tidak peduli sama sekali. Yang aku pedulikan adalah bagaimana aku menjadi pemenang. Entah apa pun caranya, jika pada akhirnya aku yang akan menang akan kulakukan."

Kini nampaklah dua mata merah yang mengerikan.

Seorang manusia terlahir untuk menari dalam panggung dunia supranatural.

Bersambung

End of Prologue


AN: Ini adalah fanfic di mana Naruto saya buat sangat dark. Words akan bertambah di chapter depan.

Jangan lupa review.

[24/06/2019]