OOC Forest

Angin musim dingin membekukan tulang. Seorang gadis mungil tengah menyapa seekor burung yang mati beku(?) di halaman rumahnya, sebelum menenggelamkan diri pada buku BL miliknya.

Gadis itu bernama Kozakura Marry. Sudah lama sekali dia tinggal di hutan, sendirian, bahkan lumutan(?) di sana. Namun, dia terus memikirkan betapa dia ingin pergi dari hutan ini.

"Orang-orang luar sekarang baik ga ya..." begitu pikirnya selalu. "Ada yang punya buku BL ga ya..." dan sebagainya (Author: "Ni anak mikir BL mulu. Tobat kek, masih kecil juga!", Marry:"Yee, wong gue 140 taun! Terserah gue dong mau baca BL setiap hari juga!").

Namun, dia teringat masa kecilnya, yang begitu membahagiakan namun juga menyedihkan. Dia teringat ibunya, yang setiap hari selalu membacakan novel BL miliknya (Author:"Wah, wah... Ni sekeluarga Fujo semua ya...").

Ibunya selalu melarang Marry keluar rumah. Anehnya, setiap Marry ingin keluar, pasti ujan.

"Mak, Marry pengen keluar ye! Mau maen!" Marry pun membuka pintu rumah. Namun hujan deras sudah menyambutnya.

"Ujan tuh. Tidur aja sono! Entar gue bacain BL!" kata ibunya, Shion(Author:"Lu turunan betawi, ya?",Shion:"Elo yang bikin naskah. Jangan protes!").

Selain itu, Marry juga dilarang bertatapan dengan manusia. Setiap kali bertanya pada ibunya, Shion pasti menjawab seperti ini:

"Karena mereka tuh jelek, ga kayak kita. Nanti matamu bisa rusak kalo ngeliat mereka. Udah, tidur aja sono, daripada mikirin manusia melulu." begitulah jawaban Shion yang entah kenapa sangat OOC ini.

Namun, di suatu hari yang entah kenapa tidak ujan, Marry pun menyelinap keluar. Dia pun bermain di sana, bahkan berkubang di lumpur bekas ujan (Author:"Kuda nil kali ya?").

Hingga hari yang ditakutkan ibunya pun tiba...

Marry diserang oleh anak-anak tidak waras yang datang dari kota.

"Emaaak! Tolong! Gue dihajar anak-anak bopung!" jerit Marry(Note:Bopung=bocah kampung).

"Tunggu nak! Emak ambil senjata dulu!" dan Shion pun keluar sambil membawa pentungan gede ala orang purba. Dengan gagah berani, Shion memalu semua anak sampai mereka terbang-terbangan(?).

Namun, saat Shion heboh-hebohnya melawan, kepalanya terbentur pentungannya sendiri(?).

Shion pun terjatuh, namun Marry menangkapnya.

"Marry... Ohok-ohok..." Kata Shion sambil batuk-batuk dengan dramatis ala sinetron.

"Ya mak?"

"Pokoknya... Sejak saat ini... Jangan keluar..." kata Shion. "Terus... Kalo kamu bosen... Di gudang banyak koleksi BL punya emak... Kamu baca aja... Terus wariskanlah pada suamimu dan anak cucumu nanti(?)..." kata Shion, sebelum dia mengembuskan nafas kesejuta kalinya(?).

.

.

.

.

Sejak saat itulah Marry hidup sendirian.

Hingga suatu hari, seseorang mengetuk pintu rumah Marry.

"Ano... Permisi... Ada cewek loli(?) gak?" tanya si orang yang mengetuk pintu.

Karena panik, Marry buru-buru membereskan buku BL yang berserakan di lantai, namun dia malah tersandung.

Si orang itu pun membuka pintu karena mendengar kegaduhan yang membuat Marry.

Marry langsung mendekap koleksi BL nya.

"Jangan lihat!" katanya. "Ini BL edisi terbatas! Jangan harap lo bisa nyuri ini dari gue!"

Namun, si orang ini, yang adalah bocah laki-laki, hanya tersenyum.

"Siapa juga yang mau ngambil bukumu? Aku bukan Fujo." dia mengelus rambut Marry.

Dan Marry pun menangis. Bukan karena haru. Tapi karena dia membayangkan perkataan ibunya dulu tentang manusia, dan dia takut ketularan jeleknya.

"Eh, eh, kok nangis? Cup cup..." bocah itu kemudian memasangkan earphone ke telinga Marry.

Marry pun terkejut dan takjub mendengar suara yang keluar dari earphone tersebut. Karena itu adalah... Suara rekaman film BL (sfx:jeng jeng jeng).

"Waah, kamu dapet dari mana?" tanya Marry.

"Dari kota dong... Mau ikut ke sana? Nanti kubeliin BL yang banyak deh..." rayu si cowok "Oh iya, gue Seto."

"E, eh, gue Marry.."

Dan saat itulah, Marry merasa dia telah menemukan cinta sejatinya.

-Fin-