[Twoshot]
Title : Sasu Loves You!
Chapter : 01/02
By : Gatsuaki Yuuji
Main Cast : Uzumaki Naruto, Uchiha Sasuke, Sai.
Disclaimer : All Chara punya Papi Kishi. FYI, Papi Kishi itu Papiku.
Genre : Shounen Ai
BGM : Oh Won Bin - I Love You and I Love You


Fanfic rate M pertama saya Yey!
Gomen kalo mamaLemonnya gak berasa.
Ini pairnya NaruSasu+SaiSasu lho.
Karena bagi saya sasUKE itu forever UKE #plak


Uzumaki Naruto.
17 tahun.

Aku adalah pemuda tampan berambut jabrik berwarna kuning, mataku berwarna biru langit, dan juga kulitku berwarna tan eksotis. Semua penghuni Konoha High Shcool tahu siapa aku?

Ya, Namaku Uzumaki Naruto! Anak tunggal dari keluarga Uzumaki sekaligus pewaris Namikaze Corp!

Selain tampan dan kaya, aku juga merupakan murid terpintar, aku juga menjabat sebagai Ketua OSIS di sekolahku. Jadi jangan heran kalau aku menjadi sosok yang diincar oleh banyak wanita.

Karena aku adalah pemuda yang sempurna dengan kehidupan yang 'wah', jadi sangat wajar kan jika aku bersikap sombong? Fufufu...

"Na, Naruto... Apa yang kau tertawakan?", tanya seorang perempuan dengan gagap.

Karena keasyikan memperkenalkan diri, aku sampai melupakan sosok perempuan yang dari tadi di sampingku.

Mari kuperkenalkan, namanya Hyuuga Hinata anak dari keluarga Hyuuga yang juga merupakan partner bisnis keluargaku. Hinata sangat pemalu dan sedikit gugup jika berbicara denganku. Well, tidak masalah! Aku menyukainya!
Dia pacarku yang paaaaaling manis! Dia juga calon istriku, kami telah bertunangan lho. Aku tidak sabar untuk menikahinya dan ingin keluar secepatnya dari sekolah yang busuk ini!

"Onigiri buatanmu... Numero Uno!", pujiku pada bento buatan Hinata.
"A, arigatou~ Naruto-kun~", wajah Hinata langsung memerah.

Lihat! Dia manis bukan?


Di atap sekolah.

Aku mencari spot yang aman untuk merokok. Saat ini aku ingin merokok. Ya, merokok adalah caraku untuk mengosongkan pikiran dari kepenatan.
Aku harus merokok sembunyi-sembunyi, akan sangat berbahaya jika ada yang melihat Ketua OSIS yang teladan ini merokok.

Ketika sedang memeriksa sekeliling, aku mendapati segerombolan murid yang sedang tertawa.

"Kalian sedang apa?", tanyaku penasaran.

Aku berjalan mendekati mereka. Kulihat seorang siswa bertubuh besar sedang duduk di atas tubuh seorang siswa yang matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat ke atas.

"Pembullyan?", tebakku.

Menyadari aksi mereka terpergok olehku, mereka langsung lari meninggalkan lokasi dan juga meninggalkan siswa yang terikat tersebut. Seragamnya terbuka lebar sehingga mengekspos tubuh bagian atasnya, di bagian leher dan dadanya ada beberapa tanda merah.

"Hei, hei, hei, ini pembullyan atau pemerkosaan?", pikirku sambil menyentuh tanda merah di lehernya.
"Ja, jangan... Senpai...", lirihnya bergetar.
"Jangan takut", aku mengusap-usap rambut hitamnya yang halus. Ini aku lakukan supaya dia tenang.

Aku membuka tali tambang yang melilit pergelangan tangannya. Setelah bebas, aku membuka kain yang menutup kedua matanya.

Mata onix yang tampak berair.

"Mereka telah pergi", kataku.

Siswa itu merapatkan seragamnya dan perlahan menjauh dariku.

"Aku tidak akan menyakitimu", aku tersenyum lembut padanya, "Kau tidak mengenalku?",

Dia hanya menatapku keheranan. Aku tidak percaya bahwa ada juga yang tidak kenal siapa aku? Apa dia murid baru?

"Uzumaki Naruto. Ketua OSIS! Dan kau?", aku memperkenalkan diri padanya.
"U, Uchiha... Sa...suke...", jawabnya bergetar, dia masih takut rupanya.
"Uchiha? Hey! Kau adiknya Sai?", tanyaku terkejut.

Dia langsung mendekat dan mencengkram seragamku.
"Aku... ingin pulang~", pintanya memelas, mata onixnya tampak berair, bibirnya bengkak dan berdarah.

Aku memeluknya dan mengusap-ngusap punggungnya supaya dia tenang. Dia pasti trauma dengan kejadian barusan.

Setelah dia merasa tenang, barulah aku menghubungi Sai dari ponselku. Sai adalah teman sekelasku, dia pintar, kaya, tampan dan murah senyum, julukan untuknya adalah si Nomor 2. Ya, tentu saja si Nomor 1 nya itu aku. Dia soulmateku, dialah satu-satunya orang yang tahu sisi hitamku. Begitu pula sebaliknya.

Tak lama kemudian Sai datang, wajahnya tampak cemas.

"Sasu? Kau baik-baik saja?", tanya Sai sambil memeriksa tubuh Sasuke.
"Aku ingin pulang, Sai-nii~", pinta Sasuke.
"Kita pulang ya?", Sai tersenyum lembut pada adiknya itu.

Sai memposisikan dirinya berjongkok membelakangi Sasuke.
"Kau tidak bermaksud untuk menggendong dia kan?", tanyaku pada Sai sambil menunjuk Sasuke yang siap menaiki punggung kurus Sai.
"Why not?", tanya Sai balik.
"Tulangmu bisa kropos kalau mengangkat beban seberat dia!", aku menunjuk Sasuke dengan kasar, sedangkan yang ditunjuk hanya mencibir.
"Biar aku saja!", tawarku.
"Dia berat lho!", kata Sai.
"Aku tidak berat!", protes Sasuke.
"Naiklah ke punggungku!", perintahku pada Sasuke.

Sasuke tanpa menolak langsung naik ke punggungku, tangan putihnya melingkar di leherku. Sepertinya anak ini suka digendong.
"Aku tidak berat kan?", tanya Sasuke.
"Kau ringan", jawabku.

Serius, dia lebih ringan dari yang kukira.

"Maaf telah merepotkanmu", Sai merasa segan.

Aku hanya bisa membalasnya dengan tersenyum mentari. Sementara Sasuke merasa nyaman di punggungku.

Dasar bocah!


Setelah mengantar Sasuke pulang, aku dan Sai berencana kembali ke sekolah.
Ah~ Mengapa harus kembali ke sekolah?

"Kau tidak ingin berkeliling sebentar?", tanya Sai yang duduk di sebelahku, dia sambil tersenyum penuh arti.
"Kau ingin berkeliling?", tanyaku.
"Ya, aku bosan dengan sekolah!", jawab Sai sambil merenggangkan otot pinggangnya.
"Kau yang mengemudi!",
"It's OK!",

Aku menepikan mobilku ke pinggir jalan untuk berganti posisi dengan Sai.

"Sasuke baru masuk?", tanyaku.
"Hn! Baru seminggu", jawab Sai singkat.

Pantas saja dia tidak mengenalku.

"Aku tidak menyangka kalau kau punya adik",
"Akupun tidak menyangka", jelas Sai tersenyum.
"Dia bukan adikmu?", tanyaku.
"Bukan!",
"Lalu?",
"Dia anak haram. Hasil selingkuhan ayahku", jelas Sai dengan santai.

Aku baru tahu hal itu, soalnya Sai sangat tertutup soal keluarganya. Kudengar kedua orang tua bercerai dan dia memilih tinggal bersama ayahnya di apartment mewah milik ayahnya. Dan aku juga tidak tahu bahwa Sasuke juga tinggal bersamanya.
Mungkin inilah alasannya mengapa orang tuanya bercerai, ayahnya selingkuh dan mempunyai seorang anak dari hubungan gelapnya itu.

"Kau membencinya?", tanyaku mendadak KEPO.
"Mmmm~ Tidak juga!",
"Ah! Kau menyukainya!", tebakku.
"Tidak juga!", bantah Sai.
"Lalu perlakuanmu tadi terhadapnya itu apa?",
"Hanya mencoba menjadi kakak yang baik... Di hadapannya", seringai Sai.
"Oow, jangan-jangan insiden pemerkosaan tadi kaulah dalangnya?", tanyaku mulai curiga.
"Pemerkosaan?", Sai tampak bingung.
"Adikmu itu hampir diperkosa tadi, apa benar kau tidak terlibat?", tanyaku mengintrogasinya.
"Oow, jadi kau menuduhku dalang di balik kejadian yang menimpa adikku barusan?", Sai menatapku tidak suka, senyuman palsunya mendadak hilang.
"Hahahaaa! Selow, bro! Aku hanya menebak!", tawaku garing.
"Lagi pula kau pasti ingin menyakiti adik harammu itu, bukan?", seringaiku.

Sai kembali tersenyum, kali ini aku tidak mengerti dengan senyumannya itu, tapi aku bisa merasakan bahwa senyuman ini adalah senyuman terlicik yang pernah kulihat.

"Aku tidak akan menyakitinya, dia itu kan manis. Apalagi ketika aku mengajaknya bermain, dia akan sangat patuh pada perintahku", jelas Sai.
"Yeah! Kuakui dia itu manis!", anggukku.
"Kau ingin bermain dengannya?",
"Yeah! Kapan-kapan!",

Sai tersenyum lagi.


"Naru-senpai merokok?", tanya seseorang mengagetkan aksi merokokku.

Dengan cepat aku membuang dan menginjak rokokku, dan menoleh ke belakang. Sosok siswa emo berambut pantat ayam sedang tersenyum padaku.
Aku seperti melihat Sai, tapi itu bukan Sai. Dia Sasuke, anak haram dari keluarga Uchiha.

"Kau mau coba?", tawarku.

Aku tidak perlu menyembunyikan ini darinya, dia sudah terlanjur lihat.

"Aku benci perokok!", cibir Sasuke.

Sasuke mengambil posisi duduk di sebelahku.

"Oow? Sai itu perokok lho!",
"Dia bukan perokok!", ketus Sasuke.

Aku mengacak-ngacak rambutnya.
"Jangan sentuh aku! Kau bau!", tepis Sasuke kasar.
"Hey! Kalau aku bau mengapa kau mau duduk di sebelahku?",
"Aku ingin mengadu!",
"Mengadu?", tanyaku.

Sasuke menudukkan wajahnya, aku bahkan tidak bisa melihat ekspresinya saat ini karena tertutup dengan poninya yang panjang.

"Mereka memberiku ini!", Sasuke menggulung lengan seragamnya dan menunjukkan tangan kirinya yang penuh dengan lecet dan lebam.
"Sebagai Ketua OSIS, apa yang akan kau lakukan, Senpai?", tanya Sasuke miris.
"Siapa yang melakukanya?",
"Tidak tahu!",
"Kau bahkan tidak tahu siapa pelakunya!", omelku.
"Mereka terlalu banyak, aku tidak mengingatnya!", cibir Sasuke.
"Kita ke UKS!", aku menarik lengan kanannya yang tidak terluka.
"Otch!", rintih Sasuke.

Jangan katakan bahwa tangan yang satunya ini juga terluka.

Aku menggulung lengan seragamnya, dan ternyata benar, kondisinya hampir sama dengan lengan yang satu lagi.

"Ini sudah kelewatan!", geramku.


Sebuah lorong yang sempit, terlihat anak buahku sedang menghajar 5 siswa dari sekolahku. Ya, mereka pantas mendapatkannya karena telah menyakiti Uchiha Sasuke, adik dari Sai, sahabatku.
Aku tidak tega melihat makhluk semanis dia terluka ataupun disakiti.


"Yo, Sasuke!", seruku ketika melihat Sasuke sedang mengendap-ngendap di luar kelasku.
"Ah! Naru-senpai!", sahut Sasuke sambil tersenyum, pipi bakpaonya tampak menggemaskan.
"Mencari kakakmu?", tanyaku.
"Hn!", angguknya.
"Di atap!", aku mendekatkan wajahku di telinganya, "... sedang merokok",

Raut wajah Sasuke berubah menjadi sendu. Dia meramas kotak bento yang sedang dipegangnya. Itu pasti untuk Sai, Ah~ ini membuatku iri~
"Kau harus cepat, sebelum dia kelaparan", bujukku.
"Hn!", angguk Sasuke.

Dengan sedikit berlari, Sasuke menemui kakaknya di atap. Dan aku tidak ingin ketinggalan untuk melihat betapa akurnya kakak-beradik Uchiha ini.
Aku juga ingin bergabung dengan Duo Uchiha itu.


KLooooNTaaaaNG
Sai membanting kotak bento yang dibawa Sasuke.

"Sai-nii~", lirih Sasuke sambil berjongkok dan memungut isi bento yang berantakan.

Sai mengambil nasi yang terjatuh di lantai dan langsung menyumpalnya ke mulut Sasuke.
"Kau pasti lapar", seringai Sai.

Sasuke dengan patuhnya menelan nasi kotor di mulutnya.
"Habiskan semuanya!", Sai mendorong kepala Sasuke ke lantai.

Tanpa perlawanan Sasuke memakan bento yang berserakan tersebut dengan mulutnya.

"Sai! Kau keterlaluan!", teriakku keluar dari persembunyian.
"Oow! Kau mengintip rupanya!", seringai Sai.
"Kau mau bergabung denganku?", tawar Sai, "Bermain dengan anak haram ini",

Sai menginjak kepala Sasuke. Merasa tidak suka dengan perlakuan Sai, akupun langsung mendorongnya hingga terjatuh. Kemudian aku menarik Sasuke supaya dia berdiri. Aku membersihkan wajahnya yang belepotan nasi dan pasir.

"Hahahaaa!", Sai tertawa keras.
"Kau mulai bersimpati padanya?", tanya Sai mengkerutkan keningnya.
"Dia adikmu, perlakukan dia dengan baik!", makiku.
"Aku hanya bermain dengannya, dan dia juga tidak keberatan. Dia menyukai perlakuanku padanya, bukankah begitu, adikku?", Sai tersenyum manis pada Sasuke.
"Hn! Aku menyukaimu, Sai-nii!", Sasuke tersenyum pada Sai.

Ini gila! Sasuke pasti diancam oleh Sai!

"Ayo, kita pergi!", aku menarik tangan Sasuke.
"Eits! Mau kemana? Kita belum selesai bermain!", Sai menarik Sasuke dengan kasar sehingga peganganku terlepas darinya.
"Bukankah kau juga ingin bermain dengan adikku yang manis ini?", Sai menjilat pipi Sasuke.

Sasuke menatap Sai dengan pandangan horror.

"Kita butuh tempat yang sepi untuk bermain", Sai menyeret Sasuke dengan paksa menuju sebuah ruangan penyimpanan.

BRaaaaK
Sai melempar tubuh Sasuke dengan kasar.

"Kau mau ikut?", tanya Sai sebelum mengunci pintu ruangan.
"Aku ikut!", jawabku cepat.

Aku tidak akan membiarkan Sai menyakiti Sasuke. Aku akan melindunginya! Aku penasaran dengan permainan apa yang akan dimainkan mereka?


Cekleek
Pintu ruangan dikunci oleh Sai. Ruangannya tidak begitu gelap, karena hari masih siang. Hanya saja ruangan ini sangat kotor dan bau, aku tidak suka.

"Aku akan melakukan pemanasan! Tunggu giliranmu!", pesan Sai.

Sai menarik rambut Sasuke.
"Buka pakaianmu, sayang! Kita akan bermain!", seringai Sai.
"Ti, tidak! Aku tidak ingin bermain!", protes Sasuke.

PLaaaaK
Sai menampar pipi Sasuke.

"SAI!", teriakku.
"Kau hanya perlu diam dan perhatikan!", bentak Sai.

Pandangannya sangat menakutkan, dia bukan Sai yang kukenal!

"Come on, brother! Bersikap manislah seperti biasa~", desis Sai.
"A, aku tidak mau, Sai-nii~ Ada Naru-senpai~", lirih Sasuke.

BuuuuGH
Sai menendang dada Sasuke dengan kuat, Sasuke mulai terbatuk-batuk.

"Cukup, Sai! Hentikan permainan gila ini!", teriakku.

ZeeeeT
Sai melempar sesuatu ke arahku.
Pipiku terasa perih.

"Cih! Meleset!", cibir Sai.
"Kau... Gila...", aku terduduk lemas sambil memegang pipiku yang berdarah.

Dia monster! Dia bukan Sai!
Dan aku sangat takut dengannya!
Sangat takut...
Mengapa aku mendadak kehilangan nyali seperti ini?

"Akh!", Sasuke berteriak kesakitan saat Sai meremas milik Sasuke dengan kuat.
"Sa, sakit, Sai-nii~", lirih Sasuke dengan nafas terputus-putus.

Sai dengan liarnya meraup bibir Sasuke, tangannya masih betah meremas milik Sasuke.

Sai menarik paksa seragam Sasuke hingga dada putih Sasuke yang kurus terekespos. Bagai serigala kelaparan, Sai langsung menerjang leher jenjang Sasuke. Menciumnya, mengulumnya, menggigitnya, hingga leher dan dada putih tersebut dipenuhi tanda merah.

"Mendesahlah, manis~", bisik Sai di telinga Sasuke.

Sasuke hanya menggeleng. Dia menatapku, mata onixnya memerah dan berair, seakan meminta pertolongan dariku. Aku terlalu takut untuk bergerak, dan aku merutuki diriku mengapa aku jadi terangsang!

PLaaaaK
Sai menampar Sasuke lagi.

"Mendesahlah!", perintah Sai.

Sasuke mejamkan matanya, diapun mulai mendesah. Aku tahu dia tidak menikmatinya.

Sai melepaskan celana Sasuke, hingga terlihatlah celana dalam berwarna putih yang dikenakan Sasuke.

"Kau belum basah?", tanya Sai.

Sai kembali meremas milik Sasuke dengan brutal. Meremas dan meremas, sesekali menarik dan menepuknya dengan kuat.

"Akh! Ah~ hnhn~ah~ akh!", desahan Sasuke bercampur dengan rasa sakit pada selangkangannya.

Tangan Sasuke berusaha untuk menjauhkan tangan Sai dari miliknya.
"Hen, hentikan, Sai~", pintaku pelan.

Sai terlalu asyik dengan kegiatannya, dia bahkan tidak mendengarkan panggilanku. Aku ini kenapa? Mengapa aku tidak bisa berbuat apapun untuk menolong Sasuke?

"Kau sudah basah rupanya... Hehehee..", seringai Sai sambil menjilat tangannya yang dipenuhi dengan cairan bening milik Sasuke.

Sasuke hanya bernafas terputus-putus sambil menutup wajahnya dengan lengan. Dia sangat malu melakukan ini di hadapanku.

Sai menarik celana dalam Sasuke, aku bisa melihat milik Sasuke yang basah, menegang dan memerah.

"Mana yang lebih besar? Milik adikku atau milik Gaara?", tanya Sai.
"A, apa maksudmu?", tanyaku.
"Jangan munafik! Aku tahu kau suka yang batangan!", ejek Sai.

Aku hanya bungkam, bagaimana dia bisa tahu hubunganku dengan Gaara?
"Kau tidak ingin memanjakan adik kecilmu itu?", goda Sai sambil menunjuk ke arah bawahku.
"Damn!", umpatku sambil menutup bagian celanaku yang tampak menonjol.
"Kemarilah! Adikku ini pandai mengoral!", bujuk Sai.
"AKH!", teriak Sasuke tiba-tiba.

Kulihat kedua jari Sai sudah masuk ke lubang Sasuke.

"Aaah~ aah~ nnn~", desah Sasuke.
"Ayo, bermain dengan adikku!", ajak Sai.

Sai mulai membuka celananya.

"Tidak!", aku memilih untuk menatap lantai, aku tidak peduli dengan rasa sakit di milikku, aku tidak ingin menyakiti Sasuke.

"AKHHH! Sai-nii sakiiiiit!", teriak Sasuke.

PLaaaaK
Sai menampar pipi Sasuke lagi.

"Kecilkan suaramu! Ukh! Jangan menghimpitku!", maki Sai dengan kejantanannya menancap di lubang Sasuke.
"Mengapa kau masih sempit? Padahal aku sudah memasukimu berkali-kali!", rutuk Sai.

Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Sai sering melakukan ini pada Sasuke?

"Sa, sakiiiit~ pelan, pelan ah~", pinta Sasuke menangis.

Sai mendesah sambil memaju-mundurkan pinggulnya dengan cepat. Tangannya dengan semangat memompa milik Sasuke. Darah mengalir dari lubang Sasuke. Itu pasti sangat perih.

Damn! Milikku semakin sakit!

"Kemarilah, Sasuke akan memanjakanmu", bujuk Sai yang masih setia mengenjot di lubang Sasuke.
"Cepat selesaikan permainanmu! Biarkan aku keluar dari sini! Brengsek!", makiku tertahan.
"Fufufu!", Sai tertawa licik.
"Ah~ aaaah~ nikhmath~ aaah~", desah Sai mulai menggodaku.

Aku hanya menggigit bibirku, menulikan pendengaranku. Tapi itu tidak berguna! Damn! Desahan Sasuke sangat erotis!

"Aaah~ Sasssuu~ khau... Shemphit.. Dhan nihkmath~ aah~",
"Aaah~ Sai-nii~ lepas~ kumohon~", pinta Sasuke mendesah sambil menepuk pelan lengan Sai.
"Uhk~ sedikit laghih~ uhk~",

Sasuke sudah mencapai klimaks, cairan putihnya menyemprot ke perut Sai. Tak lama kemudian Saipun klimaks dan menumpahkan cairannya ke dalam Sasuke.

"Haaah~ kau manis, adikku~", Sai mengecup singkat bibir Sasuke.

Sasuke hanya terdiam dengan mata terpejam, dia sangat kelelahan.

Sai menarik hidung Sasuke dengan kuat.
"Akh! Sai-nii~", teriak Sasuke terbangun.
"Mana senyumanmu setelah aku memuaskanmu!", bentak Sai sambil memelintir hidung Sasuke.
"Aku... menyukaimu...", Sasuke tersenyum manis pada Sai.

Sai melepaskan tarikannya dari hidung Sasuke, dan menendang wajah Sasuke dengan kasar.

DuuuK
Kepala Sasuke membentur dinding dengan kuat. Darahpun mengalir dari lubang hidungnya. Sasuke memejamkan matanya sambil tersenyum.

Baka! Mengapa dia tersenyum!

"Berikutnya giliranmu!", perintah Sai.

Setelah Sai berpakaian, dia langsung meninggalkan kami.

BLaaaaM
Pintu ruangan kembali tertutup rapat.

"Sasuke?", aku menghampiri tubuh Sasuke yang tidak bergerak.
"Ja, jangan... lihat..", lirih Sasuke setengah sadar.

Aku membuka seragamku dan menutupi bagian bawah Sasuke yang terekspos.

"Punyamu... Apa tidak sakit?", tanya Sasuke pelan, tangannya berusaha menyentuh milikku yang masih mengeras.
"Ja, jangan lakukan itu!", tolakku menepis tangannya.
"Sai-nii akan marah padaku, jika aku tidak bermain denganmu", jelas Sasuke berusaha mempertahankan kesadarannya.

Aku berpikir sejenak. Kemudian aku mengangguk, aku sudah tidak tahan lagi menahan milikku yang tersiksa minta dimanja.

Aku membuka resleting celanaku, milikku langsung menjulur keluar.

Damn! Betapa malunya aku!

Sasuke mendekatkan wajahnya dan mulai mengoral milikku di mulutnya.

Sasuke memaju-mundurkan kepalanya, gigi-giginya menggelitik milikku. Rasanya hangat dan... Nikmat~

Ya, sangat nikmat, melebihi Gaara~

Tak lama kemudian, akupun keluar, cairan putihku menyembur ke dalam mulut Sasuke, dan ditelan habis oleh Sasuke, dia bahkan tidak merasa jijik ketika menelannya.

"Maafkan aku~", lirih Sasuke tersenyum manis.

Aku memeluk tubuh Sasuke yang lemas, perasaanku sangat aneh, jantungku berdebar tidak karuan. Ada apa denganku?


Terputus


Ahay!
Review Please ^^v