"Hei itu Sasuke Uchiha kan?"
"Shinobi yang menghianati desa dan berguru pada Orochimaru itu?"
"Che! Sudah sepuluh tahun lebih menjadi penghianat desa, untuk apa dia kembali lagi? Ingin menghancurkan Konoha seperti Orochimaru dulu?"
"Uchiha penghianat!"
"Apa yang dipikirkan Uzumaki Naruto sampai harus membawanya kembali ke desa?"
''Dia dan kakaknya sama-sama penjahat".
Cibiran dan cemo'ohan dengan lancarnya mengalir keluar dari mulut warga Konoha, yang siang itu ramai berkumpul di kompleks pertokoan. Mereka memandang sinis pada dua sosok yang terlihat mencolok diantaranya.
Dua orang shinobi berusia sekitar dua puluh sembilan tahunan tengah berjalan diantara kerumunan itu. Mata blue ocean-nya memandang kesal para penduduk yang menatap mereka dengan pandangan sinis.
"APA YANG KALIAN LIHAT?" bentak Uzumaki Naruto kesal menyadari akan ketidak nyamanan pemilik crimson dingin di sampingnya. Ia tak terima mantan rekan satu timnya digunjingkan seperti itu. Terlepas dari dia –Uchiha Sasuke— pernah menghianati Konoha dengan mengikuti Orochimaru. Tapi tetap saja bagi Uzumaki Naruto, teman tetaplah teman selamanya takkan pernah berubah.
"Eh? Sasuke?" Langkah kaki pemuda berambut pirang jigrak itu terhenti, saat Sasuke juga berhenti melangkah.
"Apa aku masih pantas untuk kembali ke sini. Naruto?"
Missing Honey
Naruto © Masashi Kishimoto
.
T rated
Drama / Friendship/ Hurt & Comfort
Canon, OOC, Bad Language, Pasaran, Typo & Miss Typo, RnR!
Don't like, don't read!
.
Summary: Kembalinya Sasuke Uchiha ke Konoha, setelah sepuluh tahun lebih menghilang sebagai seorang missing-nin./ 'Semuanya sudah berubah... Sasuke-kun'./ "Kata Ayah, kau teman ibuku. Benarkah itu Paman?" Sasuke menghela nafas berat, diliriknya anak dari wanita merah jambu yang dulu tak pernah berhenti tuk memikirkannya.
.
.
.
"Apa dia membuat masalah lagi?" tanya lelaki berambut perak keabuan itu dengan nada bosan sambil mengamati bocah laki-laki berusia lima tahun yang bergelantungan cemberut di tangan Sarutobi Konohamaru –shinobi muda berpangkat chunin yang pagi itu telah direpotkan oleh ulah sang bocah yang mengacau, menggegerkan desa dengan ulah nakalnya.
"Dia—" Konohamaru mendelik menatap bocah tampan berambut coklat yang bergelantungan imut di tangannya, "—menghancurkan kelasku, membuat Ebisu-sensei kehilangan banyak darah –karena mimisan- melihat anak sialan ini menggunakan oiroke no jutsu, membuat paman Teuchi jantungan, dan yang terakhir dia hampir menghancurkan salah satu patung kepala hokage", geram Konohamaru. Mata hazelnya menyipit menatap bocah sok imut di tangannya.
Tak membantah satupun perkataan Konohamaru, anak kecil itu malah menoleh dengan senyuman menantang, sambil menjulurkan lidah kecilnya. Mengejek Sarutobi muda itu.
"Grrr... Kau.."
Kakashi menghela nafas berat dan memberi isyarat pada Konohamaru tuk menurunkan tubuh mungil itu agar ia bisa berdiri sendiri. Hokage keenam itu tak habis pikir akan kelakuan anak kecil di depannya, yang entah kenapa mengingatkannya pada sosok Naruto dulu. Walau anak ini bukan anak Naruto, lihat saja rambut coklat jigrak dan mata hijau klorofilnya, tak ada kemiripan sedikitpun dari segi fisik antara mantan muridnya dengan anak itu, tapi...
"Kenapa kau memandangiku seperti itu kakek tua mesum? Naksir?"
"Heh?" Hampir saja Kakashi dan Konohamaru jatuh terjengkal mendengar ucapan anak itu. 'Oh Kami-sama betapa tidak sopannya anak kecil ini. Berbeda sekali dengan orang tuanya'.
"Kaji!" Hardik Konohamaru kesal, "sopanlah sedikit pada orang tua".
"Che!" desis Kaji buang muka, tak mau mendengar nasihat si chunin muda.
"Apa masalahmu, Kaji?" tanya Hokage muda pengganti dari Tsunade tersebut. Mencoba tuk bersabar menghadapi kenakalan Kaji yang selama ini meresahkan warga Konoha.
"Tak ada," dengusnya, mata hijaunya menatap crimson teduh milik Kakashi, menantang.
"Lalu kenapa kau tidak bisa berhenti tuk membuat kekacauan?"
"Siapa yang membuat kekacauan?" elaknya tak terima. Hampir ia menerjang ke meja Kakashi, kalau saja Konohamaru tidak menarik kerah belakang bajunya dan kembali mengangkat bocah kecil itu, seperti anak kucing lucu. "Lepaskan aku! Aku tidak pernah membuat kekacauan!" Berontak Kaji. Membuat Konohamaru mendesis kehilangan kesabaran.
"Diamlah bocah tengil!" Konohamaru menggeram kesal.
"Aku hanya ingin membantu mereka," Kaji berkata lirih.
"Kau menghancurkan pekerjaan mereka Nak, bukan membantu."
.
.
.
Dia masih terlihat kacau, si Sasuke itu... Sepertinya penolakan penduduk Konoha tadi membuatnya sedikit enggan untuk kembali ke desa ini.
Dia terlanjur dicap sebagai penjahat sejak kepergiannya ke tempat Orochimaru di usia tigabelas tahun. Tapi bagiku Sasuke tetaplah Sasuke yang dulu, teman sekaligus saudaraku. Biarpun mereka –warga Konoha- itu tidak menerimanya, aku, Kakashi sensei, dan Sakura-chan tentu akan menerima Sasuke dengan senang hati.
Ngomong-ngomong soal Sakura-chan, aku harap dia...
.
.
.
"Eh?" Mata biru Naruto sesaat membulat melihat remaja berusia dua belas tahun dengan kaus coklat pas badan yang berdiri di depan ruangan Hokage. "Kojiro," panggilnya riang sembari menghampiri genin muda bernama Kojiro tadi. Diikuti Sasuke.
Kojiro menoleh, pemuda itu kemudian tersenyum sopan pada Naruto dan Sasuke,
yang lebih tua darinya.
Sasuke mengernyit melihat senyuman genin bernama Kojiro itu, mengingatkannya pada senyuman Itachi dulu.
"Apa yang kau lakukan di sini Kojiro-kun? Ada misi?" tanya Naruto mengacak lembut rambut Kojiro, sedikit berbasa-basi dengan anak sahabatnya itu.
Remaja berambut coklat panjang-dikuncir itu, kembali tersenyum sopan sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "A-ano aku mau menjemput Kaji, Paman Naruto. Dia berbuat masalah lagi pagi ini," jelas Kojiro terlihat canggung. Sekilas ia bertemu mata dengan Sasuke, dan membuat lelaki Uchiha itu sesaat terperangkap dalam masa lalunya.
Mata anak itu.
Pandangan mata Kojiro, mengingatkannya pada pandangan mata Itachi yang selalu sabar dalam menghadapinya saat masih kecil. Dan juga pandangan mata Sakura, saat di taman pada malam kepergiannya.
'Siapa anak ini?'
"Heh? Kaji-kun bermasalah lagi? Aish... Ibumu bisa membunuhku kalau dia tahu," suara frustrasi Naruto mengembalikan Sasuke ke alam sadarnya.
"Hehehe tenang Paman. Ayah dan Ibuku sedang ada misi di desa Ringgogakure sejak seminggu yang lalu jadi aman," ujar Kojiro nyengir lebar, membuat Naruto sedikit tenang mendengarnya.
Dan lagi-lagi senyuman Kojiro mengingatkan Sasuke pada Itachi.
'Anak ini... Sebenarnya dia anak siapa?'
"Paman Naruto", panggil genin muda berwajah tampan itu, sambil menarik ujung jubah putih Naruto, mata keperakannya melirik Sasuke penuh tanya.
"Apa Kojiro?"
"Siapa dia?" tanyanya dengan raut wajah ingin tahu.
Kembali mata keperakan itu bertemu dengan mata hitam pekat milik Sasuke.
Naruto tersenyum menatap Sasuke dan Kojiro bergantian.
"Dia Sasuke."
"Eh?" Kojiro tersentak. Ia seperti mengenali nama itu.
"Uchih Sasuke, sahabat Paman—"
Mata Kojiro membelalak sempurna, kemudian ia kembali menatap intens pada wajah tampan lelaki dewasa di depannya.
'Jangan-jangan dia..."
"—dan Ibumu."
'A-apa?'
"Oiroke no jutsu!"
"Kajiiii!"
Suara teriakan geraman Konohamaru dari dalam kantor Hokage, membuat ketiganya tersentak dan segera menghambur ke dalam ruangan.
.
.
"Kau kenapa Sakura?" tanya jounin tampan itu sedikit heran melihat kunoichi rekan satu timnya yang memperlambat lompatan melewati dahanpohon.
"Entahlah. Perasaanku tak enak," jawabnya lirih sambil memegangi dadanya sendiri. Perempuan itu terlihat gelisah.
"Memikirkan Kaji dan Kojiro?" dihampirinya Sakura yang terduduk lemas pada salah satu dahan pohon.
Sakura menunduk. "Aku tak tahu. Perasaanku benar-benar tak enak, aku khawatir".
"Hm?"
"Entah itu pada Kaji ataupun Kojiro".
.
.
.
To be continue.
.
.
.
Sebenernya fic ini punya keponakanku, si Umi yang penname-nya PinkBlue RedSand, tapi dia udah keluar dari FFN dan ngehapus semua fic-nya. Berhubung aku tertarik ama fic-nya jadi aku mutusin buat ngedit, republish, dan ngelanjutin *soalnya masih in progress =_=*
Ijin sudah didapat kok ^_^ mohon sarannya.
