Sacrifice © Rain Chan
.
.
Chapter 1
.
Yoochun dapat merasakan Jaejoong semakin erat mencengkram lengan kirinya. Yoochun bahkan dapat melihat rasa cemas dan keraguan di wajah pucat Jaejoong. Namun ia mencoba mengabaikan hal tersebut. Itu pilihan Jaejoong dan mungkin itu menjadi yang terbaik untuk hubungan sahabatnya dengan kekasihnya..
"Ayo jalan!"
Yoochun bahkan dapat mendengar suara halus itu agak serak. Namun Yoochun lagi-lagi mengabaikan perasaan khawatirnya. Ia hanya bisa menuruti perkataan Jaejoong dan berjalan layaknya sepasang kekasih. Terkadang tertawa bersama di koridor sekolah bahkan sesekali memperlakukan Jaejoong layaknya pemuda pucat itu orang yang begitu ia cintai.
Yoochun bahkan mengabaikan tatapan musang mengerikan dari pemuda yang tengah menghadangnya di depan sana. Selama ia hidup, kebahagiaan Jaejoong adalah segalanya. Ia akan rela mengalah asal pemuda itu tetap tersenyum. Dan kini? Yoochun selalu menuruti semua yang Jaejoong katakan. Salahkan perasaannya. Salahkan semua skenario yang sudah di susun oleh sahabatnya.
Yoochun bahkan ikut berhenti berjalan ketika pemuda itu menghentikan langkahnya. Ia hanya diam. Mendengarkan setiap cecok yang dilakukan oleh dua pemuda di depan dan di sampingnya. Yoochun sudah terbiasa, terbisa melihat kemesraan mereka dan bahkan terbiasa mendengar caci maki ketika mereka bertengkar.
"Kau mau kemana?" seru pemuda bermata musang dengan nada meledak.
Yoochun tidak peduli, ia muak dengan semua kelakuan Jung di depannya terhadap Jaejoong.
"Bukan urusanmu?" balas Jaejoong tak kalah ketus.
"Kim Jaejoong!"
Yoochun bahkan terlalu muak dengan sikap Yunho terhadap Jaejoong.
Yoochun masih diam, melihat Yunho mulai mencengkeram erat lengan Jaejoong dan berniat mengajaknya pergi. Bukan, bukan karena Yoochun tidak peduli lantas ia berdiam diri melihat drama picisan murahan di koridor sekolahnya. Ia hanya menghormati sepasang kekasih itu untuk menyelesaikan masalahnya.
"Kubilang aku tidak mau!" Jaejoong kian meronta, "Bukankah kita sudah putus"
Yoochun berjalan mendekati Yunho dan Jaejoong ketika pemuda bermata musang itu berhenti berjalan. Tangan yang mulai kekar itu bahkan menghempas kasar tangan Jaejoong.
"Kita tidak akan pernah putus, Kim Jaejoong!"
Dan cecok itu mulai terdengar lagi dan bahkan kini mulai menjadi pusat perhatian ketika semua murid mulai keluar dari ruang kelas mereka.
"Atas dasar apa kau bisa berbicara seperti itu?" Jaejoong mulai tidak terima atas ucapan Yunho.
Yoochun dapat melihat Yunho terdiam dengan wajah kian mengeras. Pemuda itu kehilangan kata-kata dan tidak sanggup membalas ucapan dari Jaejoong.
"Aku akan pulang terlambat karena aku dan Yoochun akan kencan sambil nonton." Dengan percaya diri bahkan terdengar meyakinkan Jaejoong mengeluarkan kalimat itu, "ayo Yoochun ah!"
Yoochun berjalan mengikuti Jaejoong dan mengabaikan Yunho yang tengah memendam amarahnya sembari mengepalkan jari-jarinya hingga kuku bukunya memutih.
.
.
Rain Chan
.
.
Jaejoong sesenggukan sambil menghabiskan es krim pemberian Yoochun. Terkadang pemuda delapan belas tahun itu mengusap ingusnya dengan lengan jaket yang tengah Yoochun kenakan.
"Aku tidak salahkan, Yoochun ah?"
Yoochun hanya diam. Entah kenapa akhir-akhir ini ia lebih suka terdiam ketimbang berbicara. Semenjak seminggu yang lalu, ketika Jaejoong mendatanginya dalam keadaan menangis dan kacau.
Sruut ... Sroott
Yoochun hanya memandang gemas tingkah Jaejoong. Bagaimana bisa Jaejoong tanpa rasa bersalah menjadikan lengan jaketnya sebagai pengganti sapu tangan.
"A-aku hanya melakukan semua demi yang terbaik. Huweeee..."
Yoochun tidak mampu menjawab pertanyaan dari Jaejoong. Seharusnya ia senang jika si Jung itu benar-benar mau melepaskan Jaejoong. Tapi jujur saja ia tidak suka dan amat benci ketika melihat Jaejoong menangis.
"Jadi kita akan kencan beneran?" Hanya itu yang mampu Yoochun ucapkan ketika ia ingat kalimat Jaejoong ketika di sekolah tadi.
Yoochun dapat merasakan gerakan ringan ketika Jaejoong mengangkat kepala dari bahunya. Mata doe nya menatap Yoochun sebal dan bibir itu mencebil.
"Mimpi saja!" ujar Jaejoong sambil meninju pelan lengan Yoochun. Pemuda itu tertawa dan saat itulah Yoochun tersenyum. Dari semenjak mengenal Jaejoong beberapa tahun yang lalu, hal yang ia sukai adalah senyum Jaejoong.
"Beri aku kissmark!"
Yoochun mengernyit mendengar ucapan gila sahabatnya yang tengah menunjuk lehernya. Pemuda itu memang benar-benar ingin mencari masalah.
"Yunho akan benar-benar percaya kita kencan."
Yoochun kembali diam manakala ia melihat leher putih milik Jaejoong. Haruskah ia?
.
.
Rain Chan
.
.
Jaejoong hampir terlonjak kaget ketika wajah kacau Yunho menyambutnya sesaat setelah ia menekan saklar lampu di ruang tamu apartemen Yunho. Malam ini ia berniat mengemasi barang-barangnya dan keluar dari apartemen putra semata wayang dari nyonya Jung yang terhormat itu.
"Dari mana saja kau?" tanya Yunho sembari memerangkap tubuh Jaejoong di tembok samping saklar. Tangan kanannya terangkat dan jari telunjuknya mengarah pada jam di dinding, "ini sudah hampir tengah malam."
Jaejoong memejamkan matanya ketika mencium bau alkohol setiap kali Yunho berbicara. Ia benci itu. Ia benci dengan alkohol yang sudah membuat ayahnya meninggal.
"Sudah kubilang aku akan pulang terlambat." seru Jaejoong ketus, "aku ada kencan dengan Yoochun."
Jaejoong mulai merasa ngeri ketika mata musang itu menatapnya tajam. Ia merasakan aura yang mengancam ketika pandangan kelam Yunho seolah menelanjanginya.
"Jadi demi Yoochun brengsek itu kau memutuskan aku, hah!" Yunho mulai berbicara keras.
"Jika iya lalu kenapa?" Jaejoong mulai lelah membahas hal yang sama dari seminggu yang lalu. Apa susahnya menerima kenyataan jika ia memang harus meninggalkan Yunho.
"Memangnya apa yang kurang dariku?"
Jaejoong tersenyum sinis. Ia mengangkat tangannnya dan menunjukkan punggung tangannya. Di sana, di jari manisnya nampak cincin putih perak tengah melingkar.
"Kurangmu adalah kau bukan pengecut!" seru Jaejoong dengan memamerkan cincin mahal di jarinya tersebut, "Yoochun bahkan melamarku setelah memperkenalkan aku dengan orang tuanya."
Jaejoong tahu Yunho sudah kehabisan kata-kata. Rasanya ia ingin tertawa melihat wajah kekasihnya memucat syok. Toh kenyataannya memang seperti itu. Yunho itu pengecut karena tidak berani berterus terang terhadap keluarganya tentang hubungan mereka. Yunho itu pengecut yang tidak berani mengambil resiko karena status keluarganya yang terpandang.
Jaejoong menatap Yunho seolah menantang. Namun sedetik kemudian ia terperanjat ketika ia melihat Yunho mengangkat kepalan tangannya. Jaejoong memejamkan matanya bersiap menerima pukulan dari Yunho.
Buaaggh
Namun ...
Jaejoong membuka mata ketika tidak ada rasa sakit itu di tubuhnya. Yang ia dapat malah tatapan Yunho yang tidak dapat ia artikan. Mata itu ... Tengah menatap lehernya.
"Oh shit!" geram Yunho lalu dengan cepat mencengkeram kedua sisi pipi Jaejoong. Dengan butral ia menubrukkan bibirnya ke bibir Jaejoong.
"Mmppptt"
Jaejoong berusaha melepaskan ciuman kasar Yunho. Itu bukan pertanda baik lantaran Yunho habis minum. Dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Yunho. Bukannya menjauh, Jung muda itu malah semakin brutal. Dengan tanpa perasaan Jaejoong menendang 'properti' berharga milik Yunho.
Jaejoong berlari panik ke arah pintu sementara sesekali ia menoleh ke arah Yunho yang tengah merintih kesakitan. Sungguh sial ketika pintu apartemen sulit ia buka. Rasa panik membuat Jaejoong salah memasukkan password.
"Sial! Terbukalah pintu brengsek."
Jaejoong terus berusaha membuka pintu apartemen. Ia sedikit bernafas lega ketika password yang ia masukkan benar. Baru saja ia hendak memutar knop pintu, namun ...
Buaagghh
Yunho datang dan menarik bahunya. Rasanya tubuh jaejoong remuk ketika kekasih yang sudah ia putuskan itu menghempaskan tubuhnya ke lantai. Dan rasa remuk itu kembali bertambah ketika beruang yang sedang marah itu menindihnya dengan kasar.
.
.
Rain Chan
.
.
Yunho memandang tanda ciuman di leher kanan Jaejoong. Ia marah, marah karena Jaejoong tidak hanya nonton tapi juga melakukan ciuman.
"Sudah kubilang kau tidak akan kemana-mana!" ujarnya dengan nada penuh amarah.
"Lepas brengsek!"
Yunho semakin mencengkeram kedua pundak Jaejoong. Berusaha agar Jaejoong tidak lepas dari tangannya. Yunho menurunkan wajahnya lalu menjilat bekas kissmark di leher Jaejoong. Lembut dan semakin kasar, hingga ...
"ARRGHHH BRENGSEK!" Jaejoong berteriak merasakan perih di lehernya. Jung bodoh itu menggigit lehernya dan membuat Jaejoong menendang udara.
"Itu hukuman kau berani berhubungan dengan orang lain." Yunho melepas kaos oblongnya dan melemparnya asal. Terlalu banyak minum alkohol membuat tubuhnya kepanasan. Atau memang karena suhu yang tiba-tiba naik karena ciuman tadi.
Yunho menghempas bahu Jaejoong ketika pemuda itu hendak bangun. Yunho kembali menindih Jaejoong. Ia mencium lagi bibir Jaejoong. Sementara salah satu tangannya mulai merangkak turun dan masuk ke sarang 'properti' Jaejoong.
"Mmpphht!
Belum bangun. Tanganya naik lagi. Mulai membuka kancing baju Jaejoong. Satu minggu tanpa jatah membuat Yunho kelaparan. Yunho melepas ciumannya dan membiarkan Jaejoong mengambil nafas. Sementara Jaejoong sibuk dengan udara, Yunho melepas sabuk Jaejoong dan menarik sisa kain yang melekat di tubuh Jaejoong.
Ia tidak akan bosan dengan kekasihnya itu. Ia menyeringai melihat wajah kekasihnya yang kaget karena sudah telanjang. Yunho menatap dada Jaejoong. Ia mulai menurunkan wajahnya dan menjilat nipple Jaejoong. Sementara itu pria di bawahnya kembali meronta. Tidak tahan menghadapi perlawanan Jaejoong, Yunho pun menggigit nipple Jaejoong.
"Brengsek!" teriak Jaejoong terengah-engah.
Yunho hanya cuek. Ia setengah berdiri. Lalu melepas celana yang ia kenakan dan melorotkan celana dalamnya. Ia belum mabuk jadi ia bisa melihat wajah kepanikan Jaejoong ketika ia memijat kejantanannya.
"Tidak ada pengaman malam ini!" serunya membuat Jaejoong berteriak.
"Andwae...!"
Yunho menindih Jaejoong kembali. Bibirnya sibuk dengan dada Jaejoong, sementara tangannya berkelana di sekitar pinggang Jaejoong.
"Berhenti kataku!" Jaejoong kembali menendang udara kosong.
Yunho menggeram kesal lantaran junior nya enggan masuk ke sarangnya. Ia mencengkeram erat pinggang Jaejoong sementara junior-nya ia lesakkan perlahan.
"Engghh... Se-lalu sempit. Shit!"
Jaejoong menggeliat seperti cacing kepanasan. Ia harus menggagalkan usaha Yunho untuk membobolnya tanpa pengaman. Tapi ...
"Arghh..." Jaejoong hanya bisa berteriak. Sementara hatinya mengumpat. Tidak ada penetrasi sama sekali.
"Hah hah..." Yunho mengatur nafasnya setelah berhasil membobol sarang milik Junior-nya. Yah walau hanya setengah yang masuk.
Yunho mulai memaju mundurkan pinggulnya, merasakan sensasi yang membuatnya melayang. Ia memejamkan matanya merasakan junior-nya dipijat dengan keras oleh rektum Jaejoong.
Malam ini ia lupa jika seharusnya tidak hanya memuaskan dirinya sendiri, namun juga Jaejoong. Yunho pikir itu hukuman untuk Jaejoong karena pemuda itu berusaha kabur darinya.
"Engghh..."
Yunho kian mempercepat genjotannya. Membuat tubuh Jaejoong terlonjak di atas karpet ruang tamu. Ia tidak menyangka jika rasanya lebih nikmat jika tanpa pengaman.
"Shit!" Yunho kembali menggeram ketika junior-nya membesar sementara rektum Jaejoong kian menyempit.
Yunho mempercepat lagi genjotannya walau agak kesusahan. Hingga akhirnya ...
Yunho bernafas lega ketika junior-nya memyemburkan sperma ke lubang Jaejoong. Ia langsung ambruk di samping tubuh Jaejoong yang tidak lagi bergerak.
.
.
.
To be Continue...
.
Disclaimer: TVXQ © Themselves
