Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
Danmachi © Fujino Ōmori
.
.
.
Pairing: Naruto x Hestia
Genre: romance/adventure/mystery/humor
Rating: T
Setting: canon (anime Naruto)
Scene battle/Editor: Mahmud Khem
.
.
.
BODY HIDDEN IN THE SNOW VILLAGE
By Hikasya
Chapter 1. Munculnya Yuki-onna
.
.
.
Rabu, 20 Januari 2016
.
.
.
"Baiklah, dengan begini misi kalian sudah kutetapkan selesai. Baguslah, jika Kazahana Kuyoki mau menerima penawaranku untuk membentuk kerja sama dengan desa Konoha. Dengan begitu, desa Yuki akan menjadi daftar desa yang kita jadikan klien jika ada permintaan misi. Aku sangat senang mendengarnya," ucap seorang pria berambut putih dan memakai topeng berwarna hitam. Namanya Hatake Kakashi, sang Hokage keenam yang memimpin desa ninja. Desa yang bernama Konoha.
Dia sedang berhadapan dengan empat orang yaitu Naruto, Sakura, Sai dan Yamato. Empat orang yang diutusnya untuk mengantarkan dokumen penting untuk Kazahana Koyuki.
Kazahana Koyuki adalah Ratu yang memimpin desa salju yang bernama desa Yuki. Koyuki yang dulunya pernah ditolong oleh Naruto dan tim 7 saat melindungi Koyuki sampai ke desa asalnya yaitu desa Yuki. Koyuki adalah seorang artis yang sangat terkenal dengan nama Fujikaze Yukie. Seorang artis yang sangat dipuja-puja semua orang. Awalnya dia sangat angkuh, dingin dan keras kepala. Namun, setelah bertemu dengan Naruto, dia berubah. Dia menjadi Ratu yang sangat baik dan mencintai rakyatnya. Itu berkat Naruto yang berusia 12 tahun, di kala itu.
Kini sudah enam tahun berlalu, Naruto mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Koyuki lagi. Melalui misi mengantarkan dokumen penting ke desa Yuki, Naruto ditemani oleh Sakura, Sai dan Yamato. Hingga dokumen penting itu berhasil sampai ke tangan Koyuki. Koyuki menyetujuinya. Dia begitu senang karena bisa bertemu dengan Naruto dan Sakura. Apalagi mendengar kabar tentang Naruto menjadi pahlawan besar yang telah memenangkan perang shinobi keempat. Banyak gadis mengagumi Naruto di desa Yuki itu. Bahkan Koyuki sendiri. Koyuki menjadi kagum dengan perubahan diri Naruto. Naruto bertambah tinggi, tegap dan gagah. Tidak salah jika banyak gadis yang jatuh cinta padanya.
Begitulah yang terjadi. Naruto benar-benar berbeda sekarang. Usianya sudah menginjak 18 tahun.
Uzumaki Naruto adalah laki-laki berambut pirang jabrik. Bermata biru seindah langit. Ada tiga guratan di dua pipinya. Warna kulitnya kecoklatan. Seperti biasa, pelindung kepala dengan simbol Konoha, melingkari kepalanya. Memakai jaket hitam polos dengan bawahan berupa celana panjang jingga. Kain putih melilit tangan kanannya sampai siku. Sepatu hitam ninja membungkus kedua kakinya.
Begitulah penampilan Naruto sekarang. Begitu juga dengan penampilan Sakura dan teman-teman lainnya. Semuanya sudah berubah menjadi lebih dewasa.
Setelah mendengar komentar Kakashi tadi, Naruto dan kelompoknya mengangguk bersamaan. Yamato pun tersenyum, mewakili kelompoknya untuk berbicara pada Kakashi.
"Baiklah, Hokage-sama. Kami permisi dulu!" sahut Yamato.
"Ya, silakan," Kakashi menganggukkan kepalanya."Tapi, Naruto harus tinggal di sini sementara waktu. Aku ingin berbicara empat mata denganmu, Naruto."
"Eh?" Naruto ternganga.
Sementara teman-temannya pun keluar meninggalkan ruang kerja sang Hokage. Tinggallah Naruto bersama Kakashi di dalamnya.
Menyaksikan Kakashi yang duduk di kursi panasnya, berada di belakang mejanya, Naruto bertanya-tanya dalam hatinya. Raut muka Kakashi begitu serius tatkala meletakkan dokumen ke atas meja. Di mana meja itu banyak dipenuhi dokumen-dokumen yang menjulang tinggi. Bahkan ada beberapa tumpukan dokumen yang berserakan di lantai, di dekat meja sang Hokage. Tampak berantakan seperti keadaan gudang saja.
"Ada apa, Kakashi-sensei? Kenapa Kakashi-sensei mau bicara empat mata denganku?" tanya Naruto penasaran.
Kakashi menatap Naruto dengan intens. Kakashi pun menjawabnya.
"Akhir-akhir ini, aku mendapatkan sebuah permintaan yang aneh-aneh dari para gadis. Permintaan ini menyangkut tentangmu, Naruto."
Naruto sedikit mengerutkan keningnya.
"Eh, permintaan apa?"
"Permintaan ingin menikah denganmu."
"Haaaah ~~?!"
DOEEEENG!
Naruto ternganga lebar disertai kedua mata yang membulat. Dia benar-benar kaget. Kaget setengah mati mendengarnya. Permintaan ingin menikah dengannya? Yang benar saja?
Spontan, Naruto pun meledak-ledak sendiri di ruang Hokage itu. Wajahnya merah padam karena kesal.
"APA-APAAN ITU? PERMINTAAN INGIN MENIKAH DENGANKU? AKU TIDAK MENGERTI! APA MAKSUDMU, SENSEI?" teriak Naruto sekeras mungkin sambil menunjuk ke arah Kakashi.
Kakashi menghembuskan napas beratnya setelah mengatakan semua ini pada Naruto. Ia melipat tangannya di dada.
"Ya, begitulah. Banyak permintaan yang datang dari dalam desa ini dan bahkan dari luar desa. Banyak gadis dari kalangan biasa, bangsawan dan terkaya, menginginkan kau menjadi suaminya. Banyak surat permintaan para gadis itu sampai padaku. Mereka menginginkan kau, Naruto. Dari yang gadis, janda dan perawan tua. Bahkan Terumi Mei juga ingin meminta aku untuk mengatakan hal ini padamu. Kau mendapatkan banyak gadis yang sangat menyukaimu. Jadi, bagaimana Naruto? Apa kau memilih antara dari mereka yang bisa menjadi istrimu? Aku rasa tidak ada salahnya jika kau cepat menikah. Aku sebagai walimu, menurut saja dengan pilihanmu. Tapi, itu terserah padamu saja. Aku tidak memaksamu."
Tentu saja, hal ini sungguh aneh buat Naruto. Seketika Naruto bertambah kesal saja mendengarnya.
"TIDAK! TIDAK! AKU TIDAK INGIN MENIKAH SEKARANG! AKU MENOLAK PERMINTAAN MEREKA SEMUA!"
Kakashi pun terdiam. Menyaksikan wajah Naruto yang mengeras. Dia benar-benar tidak mau menanggapi permintaan pernikahan ini dengan serius. Naruto bersikeras dengan pendiriannya yang kuat.
"Begitukah? Keputusan yang tepat sekali."
"Haaaah, jangan bahas itu lagi, sensei. Aku benar-benar lelah," Naruto berusaha menghembuskan napas kekesalannya."Boleh aku pergi sekarang?"
"Ya, pergilah."
"Terima kasih, sensei."
Kakashi menganggukkan kepalanya. Naruto pun berbalik badan dengan muka yang sangat kusut. Ia pun keluar dari ruang itu dengan perasaan yang tidak menentu. Meninggalkan Kakashi yang tersenyum di balik topengnya.
"Hm ... Cepat atau lambat. Pasti kau mendapatkan gadis yang lebih baik daripada Sakura. Naruto, aku tahu kalau kau masih menyukai Sakura sampai saat ini," gumam Kakashi yang kembali menjalani pekerjaannya di sore hari yang cerah ini.
Saatnya untuk merilekskan badan dan menenangkan pikiran.
.
.
.
Naruto kembali ke rumahnya. Rumah yang sederhana dan hanya ditinggali oleh dirinya sendiri. Orang tuanya sudah lama meninggal sejak dia baru saja dilahirkan ke dunia ini. Tinggallah dia sendirian di dunia ini. Tanpa ada kasih sayang orang tuanya. Tanpa kebahagiaan dan kehangatan sebuah keluarga yang amat dia rindukan. Hanya sebuah angan dan imajinasi belaka yang selama ini di otaknya.
Namikaze Minato, sang Hokage keempat, itulah Ayahnya. Uzumaki Kushina, sang wanita berambut merah yang berkibar-kibar, itulah Ibunya. Mereka sudah tinggal kenangan yang selalu hidup di hatinya.
Biarpun tinggal sendirian di dunia ini, ada keluarga besar yang menemani dirinya sekarang. Seluruh warga desa sudah menerima dirinya dengan hangat dan terbuka. Semuanya menyayanginya. Bahkan dia sudah memiliki banyak fansgirl yang berdatangan dari berbagai desa. Lebih banyak daripada fansgirl-nya Sasuke.
Tiba di dalam ruang keluarga, Naruto menghidupkan lampu untuk menerangi seluruh ruangan itu. Tampak keadaan ruang keluarga itu tampak kacau balau. Banyak tumpukan sampah seperti cup ramen instan dari berbagai ukuran, kaleng minuman, bungkusan plastik dan apa saja menghiasi meja makan. Lantai ruangan itu tidak luput dari sampah-sampah kertas. Pokoknya semuanya sangat berantakan.
"Haaaaaaaah ...," Naruto hanya mendesah panjang setelah memperhatikan keadaan rumahnya yang kacau balau. Otaknya menjadi mampat dan kelelahan menjalari seluruh tubuhnya. Berjalan gontai tanpa alas kaki. Memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang benar-benar kusut.
Dibukanya pintu kamarnya, Naruto segera menghempaskan tubuhnya yang lelah itu di atas tempat tidurnya. Tempat tidur yang juga berantakan. Dia pun tidak sempat mengganti pakaiannya. Dia terbaring begitu saja dengan posisi tengkurap. Kepalanya agak miring ke kanan dan disanggah dengan bantal. Ia benar-benar capek pada sore hari ini.
Dalam pikirannya yang bermain-main, Naruto mengingat tentang perkataan Kakashi barusan itu.
"Ya, begitulah. Banyak permintaan yang datang dari dalam desa ini dan bahkan dari luar desa. Banyak gadis dari kalangan biasa, bangsawan dan terkaya, menginginkan kau menjadi suaminya. Banyak surat permintaan para gadis itu sampai padaku. Mereka menginginkan kau, Naruto. Dari yang gadis, janda dan perawan tua. Bahkan Terumi Mei juga ingin meminta aku untuk mengatakan hal ini padamu. Kau mendapatkan banyak gadis yang sangat menyukaimu. Jadi, bagaimana Naruto? Apa kau memilih antara dari mereka yang bisa menjadi istrimu? Aku rasa tidak ada salahnya jika kau cepat menikah. Aku sebagai walimu, menurut saja dengan pilihanmu. Tapi, itu terserah padamu saja. Aku tidak memaksamu."
Kedua mata biru Naruto menyipit karena mengingat perkataan Kakashi itu. Menikah? Satu kalimat yang sangat mengejutkan. Apalagi umurnya masih menginjak 18 tahun. Tapi, tak lama lagi umurnya menginjak 19 tahun. Jadi, Kakashi sebagai walinya, menyarankan Naruto untuk mencari calon pendamping. Membentuk sebuah keluarga dan akan ada yang bisa mengurus dirinya. Agar dirinya tidak kesepian dan sendirian lagi seperti ini.
'Menikah? Menikah ya?' batin Naruto dalam hatinya.'Menikah? Aku akan menikah dengan gadis yang sangat kucintai. Tapi, gadis yang kucintai sekarang. Dia ...'
Sesaat hati Naruto terketuk ketika mengingat tentang gadis berambut merah muda dan bermata hijau itu. Haruno Sakura, teman kelompoknya yang baru saja selesai menyelesaikan misi dengannya. Sakura yang dulunya adalah teman seakademinya dan satu anggota dalam tim 7 dalam bimbingan Kakashi. Tapi, tim 7 itu telah bubar setelah Sasuke keluar dan kabur dari desa Konoha. Lalu Sasuke pun kembali dan bersamanya memenangkan perang shinobi keempat itu. Setelah perang shinobi keempat berakhir, Sasuke pun pergi lagi untuk melakukan sebuah perjalanan demi menebus semua dosa yang pernah ia lakukan. Sakura pun setia menunggu Sasuke. Sakura begitu mencintai Sasuke. Hal tersebut sudah diketahui Naruto sejak dulu.
Untuk apa lagi? Untuk apa lagi, dia mengharapkan Sakura? Hati Sakura hanya berpaut pada Sasuke. Bukan dirinya. Dia harus tahu diri. Ya, dia sudah tahu dirinya siapa.
Bodoh. Payah. Lemah. Itulah yang diumpat-umpatnya dalam hatinya. Terlebih dia pun mengingat tentang perjuangan dan pengorbanan besar yang dilakukan seorang gadis berambut indigo. Gadis yang bernama Hyuga Hinata. Gadis yang manis, baik, pemalu, dan lemah lembut. Dia sudah tiada sekarang. Dia sudah meninggal dunia karena mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Naruto dari serangan invasi anggota Akatsuki yang bernama Pain. Hinata merelakan dirinya menerima semua serangan mematikan dari Pain. Dia ingin melindungi Naruto. Pada akhirnya, dia menghembuskan napas terakhirnya setelah mengatakan isi hatinya pada Naruto. Saat itu, Naruto baru mengetahui kalau Hinata menyukai dirinya. Demi dirinya, Hinata mengorbankan nyawanya. Hinata sudah berjasa besar untuknya.
'Hinata ... Gadis itu tidak akan pernah kulupakan. Seandainya aku bisa menyelamatkanmu dari serangan Pain. Pasti kejadian itu tidak akan terjadi. Kamu tidak akan mati seperti itu, Hinata. Aku memang payah dan lemah karena aku terlambat untuk menolongmu. Maafkan aku, Hinata. Aku sangat menghargai semua pengorbanan yang telah kamu lakukan untukku. Juga perasaanmu yang tulus padaku. Aku telat menyadarinya. Maafkan aku, Hinata. Maafkan aku ...,' batin Naruto lagi.
Dia benar-benar terguncang setelah mengingat kejadian di mana Hinata melawan Pain. Hatinya berguncang hebat. Pengorbanan Hinata melekat kuat di ingatannya. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia berjanji tidak akan membiarkan seorangpun mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan dirinya. Naruto tidak mau ada seorangpun yang berbuat senekad Hinata lagi. Dia harus menjadi pelindung bagi orang lain. Bukan dilindungi lagi. Seperti yang dilakukan Hinata.
Kedua mata Naruto meredup. Perlahan-lahan kedua matanya menutup. Dia tergeletak masih dalam posisi semula. Posisi tengkurap. Dia masih belum mengganti pakaiannya. Tubuhnya terasa lelah. Memaksanya untuk segera beristirahat untuk merilekskan dirinya.
Dalam hitungan detik, Naruto benar-benar tertidur pulas. Wajah tidur yang damai dan bersinar. Ia beristirahat dengan penuh perasaan yang kosong. Hatinya sudah tertutup rapat dan tidak mau menerima sinyal cinta lain lagi. Begitulah kenyataan yang terjadi padanya.
SRIIIING!
Tiba-tiba muncul partikel-partikel cahaya putih yang berkilauan di dekat Naruto. Angin dingin berhembus menerpa kamar Naruto sehingga menerbangkan rambut dan pakaian Naruto serta apa saja di kamar itu, sehingga berkibar-kibar seperti bendera. Naruto tidak merasa terganggu dengan angin dingin seperti es itu.
Entah apa yang terjadi. Partikel-partikel cahaya putih itu mengerubungi tubuh Naruto. Angin dingin terus bertiup seiring partikel-partikel cahaya putih seakan memeluk Naruto. Terasa kehangatan yang terpancar dari dalam Naruto. Menimbulkan perasaan yang damai bagi partikel-partikel cahaya itu.
Jadi, apa itu? Entahlah. Tiada yang tahu.
.
.
.
Keesokan paginya, Naruto terbangun ketika sinar matahari datang menerpa dan menembus jendela kamarnya. Menimpa dirinya yang terbaring dalam keadaan terlentang.
Kedua mata birunya terbuka dengan cepat. Menghalangi sinar matahari yang masuk ke retina matanya dengan tangannya. Dia pun terbangun dan terduduk sebentar di tempat tidur. Melihat ke arah jendela yang telah terbuka lebar. Gorden jendela berwarna hijau muda tampak melambai-lambai karena tertiup angin pagi yang berhembus lembut. Mendinginkan suasana kamar yang akan menghangat.
"Ah, sudah pagi rupanya," kata Naruto yang baru menyadari kalau hari ini sudah pagi. Dia baru teringat kalau dia tertidur pada sore harinya karena kelelahan. Lalu ia pun tidak sempat makan malam hingga sekarang, barulah dia menyadari perutnya sudah berbunyi dengan nyaring.
KRIUK!
Naruto menghembuskan napasnya. Sedikit tersenyum sambil memegangi perutnya yang terasa kosong. Dia pun mulai bangkit berdiri dari tempat tidurnya dan menyadari sesuatu yang ganjil.
Pakaian yang dikenakannya sudah berganti dengan kaos putih dan celana pendek berwarna hitam selutut. Keadaan kamar yang semula berantakan menjadi lebih rapi, bersih dan sedap dipandang. Membuat Naruto terkejut disertai dengan kedua mata yang membulat sempurna setelah mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamarnya.
"Eh?" Naruto ternganga habis."A-Apa yang terjadi? Siapa yang telah mengganti pakaianku dan membersihkan kamarku?"
Spontan, Naruto pun langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari cepat sambil membuka pintu kamarnya.
Ia keluar dengan penuh perasaan yang penasaran dan aneh. Panik karena takut jika ada seseorang yang masuk ke rumahnya tanpa seizinnya.
Diperiksanya semua sudut rumahnya dengan teliti dan cermat, keanehan menjalari perasaannya. Mendapati keadaan rumah yang sudah bersih, rapi, dan teratur. Lantai rumah bersih dan berkilau seakan-akan habis dipel. Tumpukan sampah di meja dan lantai, sudah dibuang ke tong sampah di dekat dapur. Pakaian-pakaian kotor sudah dicuci dan sudah dijemur di dekat belakang rumah. Bahkan sarapan pagi sudah terhidang lengkap di atas meja, di dekat ruang keluarga itu. Pokoknya semuanya benar-benar rapi dan bersih. Seperti ada seseorang yang baru saja melakukannya. Jadi, apa yang telah terjadi di rumah Naruto sekarang?
Syok. Syok sekali. Pucat. Pucat sekali. Kini raut wajah Naruto syok dan memucat ketika menyaksikan perubahan pada dirinya serta keadaan rumahnya. Ia terpaku berdiri di dekat meja yang telah dipenuhi makanan dan minuman. Dia membeku dan merasakan hawa dingin mengerubungi seluruh sudut rumahnya. Seperti es. Membuat tubuhnya dingin dan gemetaran.
"Apa yang terjadi? A-Apa mungkin ini adalah perbuatan makhluk halus? Semacam hantu ...? Seingatku, semua pintu dan jendela rumah sudah kukunci rapat. Aku masih mengenakan pakaian ninjaku yang kemarin. Tapi, sekarang, pakaianku sudah berganti dengan sendirinya. Keadaan rumah sudah bersih dan rapi, seperti ada yang membersihkannya. Padahal semuanya berantakan semalam. Jadi ...," gumam Naruto yang benar-benar pucat dan gemetaran.
Tanpa aba-aba lagi, Naruto berlari cepat dan kabur dari rumahnya sekarang juga. Ia benar-benar ketakutan dan merasakan ada seseorang yang sedang mengikutinya. Hawa dingin seperti es menusuk punggungnya. Dia benar-benar dilanda sesuatu yang mengerikan.
"WAAAAAAAAH!" Naruto berteriak kencang saat berada di luar rumahnya. Dia berlari kencang tak tentu arah karena ketakutan.
Partikel-partikel cahaya putih tampak mengikuti Naruto dari rumahnya. Entah apa itu. Namun, yang pasti, memang ada seseorang yang memang sedang mengejar Naruto sekarang. Hanya saja, dia tidak kasat mata.
.
.
.
"HAH? ADA HANTU DI RUMAHMU, NARUTO?" sembur Shikamaru saat bertemu dengan Naruto di tepi jalan, tepatnya di depan toko bunga milik Ino. Ino dan Chouji juga sedang ada di sana.
Kebetulan Shikamaru dan dua temannya berkumpul karena ada permintaan misi dari sang Hokage. Kebetulan juga, Naruto datang menemui mereka dengan tergesa-gesa.
"Iya, semuanya serba aneh. Mendadak pakaianku sudah diganti. Rumahku juga sudah dibersihkan oleh seseorang padahal aku sendiri di rumah. Aku juga merasakan hawa dingin yang bersemayam di dalam rumahku. Aku pikir itu hantu karena badanku merinding sendiri. Jadi ...," ucap Naruto bertampang kusut sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Aku ingin kalian bertiga melihatnya langsung ke rumahku. Aku mohon temani aku ya teman-teman."
"Ah, tidak bisa, Naruto. Kami harus segera pergi ke kantor Hokage sekarang. Mungkin saja kau bermimpi padahal kau sendiri yang membersihkannya, kan? Karena kelelahan, jadinya kau lupa, Naruto," Ino berkacak pinggang dengan muka yang sewot.
"Ya, itu benar," Chouji menganggukkan kepalanya. Membenarkan perkataan Ino.
"Tapi ... Teman-teman ..."
"Maaf, Naruto. Kami sangat sibuk. Cari teman yang lain saja ya," Shikamaru menepuk bahu Naruto dengan pelan. Naruto hanya memasang wajah kecewa yang begitu suram.
Toko bunga milik Ino ditutup. Shikamaru dan teman-temannya pun meninggalkan Naruto yang terpaku sendiri di depan toko bunga itu. Di mana tampak beberapa orang yang sedang lalu lalang di jalanan tersebut, Naruto memandangi kepergian teman-temannya dengan perasaan yang sangat kecewa.
"Haaaah, lebih baik aku menceritakan ini pada Sakura saja. Pasti dia akan percaya padaku," gumam Naruto yang menghelakan napas kecewanya.
Seketika itu, dia sedikit tersenyum. Berusaha berpikir positif dan mengontrol denyut jantungnya agar stabil. Dia akan menemui Sakura, teman sekelompoknya. Pasti Sakura akan mempercayainya dan mau menemaninya untuk membuktikan kalau memang ada hantu di rumahnya. Begitulah di pikirannya.
DRAP! DRAP! DRAP!
Naruto pun berlari cepat menyusuri jalan desa yang mulai dipenuhi orang-orang. Langkahnya tertuju ke arah rumah Sakura. Dia sendiri merasa berdebar-debar saat ingin pergi ke rumah Sakura. Tapi, ditepisnya jauh-jauh perasaan itu. Dia harus berusaha bersikap biasa di depan Sakura nantinya. Bersikap seperti dirinya sendiri.
Matahari mulai naik perlahan-lahan. Sinarnya yang hangat menerangi seluruh dunia. Masih terdengar nyanyian burung-burung yang merdu dalam menyambut harmoni pagi. Langit biru cerah tanpa awan. Membuat suasana pagi menjadi lebih ceria. Saatnya untuk menempuh kehidupan yang bersemangat.
.
.
.
Sama saja.
Sakura juga tidak mempercayainya. Mulai dari Sai, Neji, Kiba, Shino, Lee, Ten Ten, Yamato, Iruka dan semuanya tidak ada yang mempercayainya. Semuanya menganggap Naruto pasti bermimpi dan menghayal yang tidak-tidak. Mereka menganggap Naruto sendiri yang mengganti pakaiannya dan membersihkan rumahnya setelah pulang dari melaksanakan misi. Mana mungkin hantu yang mengganti pakaianmu dan membersihkan rumahmu ketika kau tertidur? Begitulah perkataan yang sama dilontarkan oleh teman-temannya.
Sungguh bodoh. Sungguh payah. Kau benar-benar tidak berubah. Tetap payah seperti dulu. Padahal kau adalah pahlawan besar dan banyak gadis yang mengagumimu. Itulah umpatan Naruto untuk dirinya sendiri. Tatkala melangkahkan kakinya kembali pulang ke rumahnya. Merasakan lapar yang mulai menggerogoti usus-usus dan lambungnya, dia memutuskan untuk pulang. Untuk makan ramen di kedai Ichiraku, dia lupa membawa uang karena terburu-buru pergi. Terpaksa dia pulang dalam keadaan menyedihkan, kecewa berat dan kesal setengah mati karena tidak ada yang percaya padanya.
BLAM!
Pintu ditutup Naruto dengan keras. Dia melangkah masuk dengan langkah yang gontai. Menyisir jalan sampai ke ruang keluarga, di mana terdapat meja makan di tengah ruangan. Masih terhidang sarapan pagi di atas meja tersebut. Mata biru Naruto menyudut ke arah meja makan itu. Merasakan hawa dingin yang menusuk kulitnya. Hawa dingin yang bertebaran di sekitar dirinya.
Bulu kuduk Naruto merinding. Dia gemetar sedikit. Merasakan suatu keganjilan yang aneh. Namun, dia harus menghadapi situasi ini dengan hati yang berani.
Ditelusurinya setiap sudut ruang keluarga itu dengan tatapan tajam, ia pun berteriak dengan keras dan penuh amarah.
"HEI, HANTU! KALAU KAU BERANI, TUNJUKKAN WUJUDMU ITU PADAKU! JANGAN PERMAINKAN AKU SEPERTI INI. KALAU TIDAK, AKU AKAN MENCARI KEBERADAANMU SECEPATNYA DAN AKU AKAN LANGSUNG MENGHAJARMU TANPA AMPUN. KAU MENGERTI, HANTU?"
Tidak ada jawaban. Naruto terdiam sebentar. Kedua matanya semakin menajam. Wajahnya mengeras dan menegang.
"HEI, KAU DENGAR AKU, TIDAK? CEPAT KELUAR! HADAPI AKU! AKU TIDAK TAKUT BERHADAPAN DENGANMU! KALAU BERANI, TUNJUKKAN RUPAMU! KITA BERTARUNG SEKARANG JUGA!"
Kali ini teriakan Naruto lebih keras sebelumnya. Menggema di setiap sudut ruangan. Naruto sudah kehilangan kesabarannya.
"HEI!" Naruto berteriak lagi untuk mengeluarkan semua kekesalannya. Hingga muncullah partikel-partikel cahaya putih yang bertebaran dan berkumpul di depan Naruto sekarang.
SRIIING!
Tatapan Naruto tampak nanar ketika partikel-partikel cahaya putih membentuk sosok manusia secara perlahan-lahan. Angin dan hawa dingin menerpa diri Naruto. Sehingga rambut dan pakaian Naruto berkibar-kibar karena angin itu.
Dalam sedetik, partikel-partikel cahaya putih itu berubah menjadi sosok gadis berambut putih panjang diikat twintail dengan pita berwarna putih. Bermata putih kebiruan saat telah terbuka sempurna. Mengenakan kimono putih terusan sampai menutupi kakinya. Di bawah dadanya, terdapat obi atau kain putih yang mengikat kimononya agar tidak lepas dan dibentuk simpul di belakangnya. Ia tersenyum pada Naruto. Senyuman yang manis.
Kaget dan syok sekali yang tercetak pada diri Naruto. Kedua matanya membulat sempurna. Mulutnya ternganga lebar.
"Si-Siapa kau? Ka-Kau adalah yuki-onna. Ha-Hantu wanita salju!" sahut Naruto dengan tampang pucatnya yang sangat parah.
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
A/N:
Fic baru update!
Di sini, Neji masih hidup dan selamat dari perang shinobi keempat. Fic ini saya buat bersama Mahmud Khem. Inilah cerita kolaborasi kami yang baru.
Salam
HIKASYA
Jumat, 22 Januari 2016
Berikan reviewmu sebagai respon setelah membaca cerita ini. Terima kasih.
