.

.

.

RunaFia Presents

Restu

.

Copyright Aoyama Gosho

.


Pagi itu di kediaman Akai, bunyi bel kediaman tersebut menjerit-jerit. Entah siapa yang membunyikan bel tersebut—

—Masumi mengutuknya karena mengganggu ritual bangun-siang-setiap-Minggu.

Oh ayolah, sebagai siswi SMA tentu membuatmu jenuh belajar dan hari Minggu adalah hari yang sangat sempurna untuk meninggalkan segala jenis kegiatanmu yang berkaitan dengan BELAJAR-BELAJAR-BELAJAR. Yah, Masumi Akai adalah siswi SMA dan berpangkat detektif pemula. Dia memang jenius, dan kejeniusannya jangan dibandingkan dengan Shinichi Kudo—sang Wizard.

Oke, back to topic.

Dengan langkah terhentak-hentak, Masumi menggebrak pintu rumah dengan piyama bergambar kelinci.

"Yo, Masumi-san."

Masumi melotot, menatap pemuda rupawan yang merupakan pelayan di Cafe Poirot. Pemuda yang bernama Amuro Tooru.

"Amuro-san. Kau kenapa berada di sini?"—sebuah usiran tidak langsung. (Jangan ditiru di rumah).

Amuro terkekeh innocent. "Menurutmu?"

Sialan, batin Masumi menjerit kesal.

"Nah, kau tidak mempersilakan tamu masuk? Biasanya adab orang itu—"BLAM.

Pintu dikunci dan Masumi melangkah kembali ke kamar, berpapasan dengan Shuichi yang sedang minum kopi.

"Masumi, ada apa di luar?" Shuichi menenggak habis kopi kalengan itu, lalu membuangnya asal.

"Ada setan." jawab Masumi asal, membuat Shuichi melangkah ke luar dan langsung membuka pintu. Amuro rupanya.

"Rei Furuya-kun." Shuichi tersenyum ala Subaru Okiya. Seketika Amuro muntah.

"Akai-san, tumben di rumah." sapa Amuro enteng. "Dan jangan sebut nama asliku, please."

Shuichi menyeringai maut. "Benar kata Masumi, ada setan, ya."

Seketika Amuro bengong. "Hah?"

.

Di sinilah ia berada, Amuro sedang menyesap segelas bourbon dengan santai. Tatapan tajam Shuichi, Shukichi, dan Masumi yang sedang duduk di sofa, terkesan mengintimidasi, membuat Amuro agak merinding.

"Apa tujuanmu?!" Masumi mengangkat dagu. Amuro menyeringai.

"Aku mau pergi, aku tidak mengerti apa yang terjadi, [Translate: Aku ada kencan dengan Yumi-tan.]" Shukichi beranjak dari sofa, lalu meninggalkan kediaman Akai. Sementara Shuichi stay cool sambil menaruh rifle-nya di belakang sofa.

"Aku mau minta restu." ucap Amuro tiba-tiba. Masumi dan Shuichi melotot.

"Restu apaan?!" Masumi menatap Amuro ganas.

"Mau meminang Masumi." jawab Amuro enteng.

Hening.

"Wat. E. Dei. [Parodinya What. A. Day.]" Masumi diam.

Shuichi mengarahkan rifle-nya ke arah Amuro. "Say Goodbye, Dude."

"Tunggu dulu, Niisan." interupsi Masumi. Shuichi dan Amuro menoleh.

"Kenapa, Masumi?" Shuichi bingung akan sikap adiknya yang membiarkan makhluk jahanam seperti Rei ini tetap hidup.

"Aku tidak minta restu Niisan, harusnya NIISAN yang minta restu ke aku sama Kichi-nii."

Pfffft—

"Hei, Masumi-san—" Amuro melotot speechless.

"MASUMI." hardik Shuichi galak.

Masumi meringis.


Author Note :

Ahahahahah. Apa ini. Habis UAS bikin ginian. Otakku error, gugigugiiii

Sebenernya mau bikin lebih panjang, tapi mager, gyahahaha.

Dadaahh

RunaFia.