Last Day

.

.

Pemuda bernama Lee Jeno itu mengambil ponselnya yang sedari tadi berbunyi. Dengan malas, ia membuka aplikasi chatting yang ia pasang. Terlihat sebuah nama yang mengiriminya pesan sedari tadi terpampang dengan jelas.

Haechan Lee :

(Send a picture)

"Aku kira kau dan dia putus itu pura-pura. Ternyata memang kalian putus beneran ya?"

Jeno mendengus melihat foto yang dikirim Haechan terlebih dengan pesan yang Haechan tambahkan. Anak satu ini, memang pura-pura tak tahu atau sengaja agar Jeno ingat pada mantan kekasihnya itu sih?

Tapi, dia dan Renjun -nama mantan kekasihnya- kan sudah putus lama. Jadi, wajar kan kalau Renjun sudah menemukan penggantinya? Apalagi Renjun itu anak yang manis, baik, dan pintar lagi pasti banyak kan yang mau dengan Renjun?

Memutuskan untuk tak membalas pesan dari Haechan, Jeno memilih untuk berkutat pada album foto miliknya dan Renjun dulu yang akan selalu Jeno simpan. Jika dalam keadaan rumah sepi begini dan sendirian pula, biasanya Jeno lebih memilih untuk melamunkan masa lalunya bersama Renjun. Biarkan saja orang bilang ia gagal move on, memang nyatanya Jeno tak mau menghapus kenangan apapun apalagi cintanya pada Renjun.

Jeno kembali pada masa lalunya, pada masa saat dirinya dan Renjun bersama dalam hubungan kekasih untuk hari terakhir.


Jeno memutar arah kemudi mobilnya menuju sebuah taman bunga yang memang menjadi tempat pertama kali Jeno menyatakan perasaannya pada pemuda manis yang duduk di kursi mobil tepat di sampingnya. Memakirkan mobilnya, Jeno membiarkan Renjun untuk turun terlebih dulu dari mobil tanpa membukakan pintu seperti biasanya. Setelah melihat Renjun berjalan menuju taman yang sudah sepi itu, Jeno menyusul di belakangnya tanpa ada niatan untuk merangkul bahu pemuda yang berjalan di depannya ataupun sekedar menggandeng tangannya.

Keduanya lalu duduk di bawah sebuah pohon, menatapi hamparan bunga matahari yang bermekaran. Terlebih ini musim semi, angin yang berhembus juga matahari yang akan tenggelam menjadi pemandangan yang sulit untuk diabaikan. Namun tidak dengan Jeno, ia sibuk menenangkan degup jantungnya yang berdetak begitu cepat. Ditatapnya wajah manis Renjun yang tengah menatap lukisan langit di atas sana dengan senyum yang menawan.

"Jeno."

Jeno tersentak kaget mendapati wajah Renjun yang begitu dekat dengan wajahnya. Mengerjapkan matanya, Jeno tersenyum canggung membalas tatapan Renjun yang menatapnya khawatir.

"Kau tidak apa-apa?"

Jeno tersenyum tipis sekarang. Renjun memang sangat baik, tapi ini sudah menjadi keputusannya. Renjun terlalu baik untuk dirinya yang brengsek ini, dirinya brengsek karena memacari seseorang yang hampir sempurna seperti Renjun hanya untuk diputuskan agar Renjun juga bisa merasakan apa itu yang namanya sakit hati karena cinta.

Dan setelah hari ini, Jeno tidak akan bisa lagi mendengar kata-kata cinta yang sering kali Renjun katakan padanya untuk membalas perkataannya, tidak akan bisa lagi mendengar kata-kata pedas dari Renjun ketika mereka bertengkar meskipun hanya masalah kecil, dan tidak akan ada lagi yang menghubunginya ataupun ia hubungi pada malam hari untuk menghilangkan penat. Karena hari ini, hari mereka bersama. Besok, mereka hanya akan menjadi sepasang orang asing. Mulai besok, mereka akan melalui hari mereka masing-masing, sama seperti dulu sebelum mereka saling mengenal.

"Renjun."

Renjun menatap bingung pada Jeno yang memasang wajah serius seperti ini. Tidak biasanya Jeno berbicara dengan wajah dan nada benar-benar serius seperti ini. Kecuali dulu, saat Jeno meminta dirinya untuk menjadi kekasih pemuda tampan itu. Dan sekarang, Jeno seperti ini lagi, apakah kekasihnya ini ingin berbicara sesuatu yang sangat serius?

"Ya?"

"Ayo kita putus."

Deg

Jantung Renjun berhenti berdetak tiba-tiba. Kenapa Jeno meminta putus? Apa yang salah darinya?

Jeno memasang sebuah senyum yang bertolak belakang dengan suasana hatinya yang terasa begitu sesak begitu mendapati wajah terkejut dari Renjun. Dirinya bisa mengucapkan hal seperti ini dengan cepat dan tenang, Jeno berjanji akan mengingat hal ini dalam memorinya sebagai kenangan terburuk.

"Ta-tapi kenapa?" Renjun tidak bisa menahan getar pada nada suaranya karena dirinya begitu terkejut. Matanya memerah menahan tangis begitu pula hidungnya yang seperti tersendat sesuatu karena tiba-tiba saja paru-parunya terasa sesak bahkan hanya untuk bernafas.

"Aku bosan."

Dua kata itu berhasil membuat air mata yang ditahan Renjun meluncur seketika ke pipinya. Diusapnya kasar pipinya sendiri dan mencoba menampilkan senyum pedih yang begitu menyakitkan.

"Tapi aku belum siap Jeno."

"Maaf Renjun. Ini sudah keputusanku. Aku ingin berpisah denganmu. Aku tahu aku mungkin jahat, tapi aku sudah tak mempunyai perasaan apapun padamu."

Bohong! Jeno berteriak pada dirinya sendiri ketika mengatakan hal itu. Nyatanya, Jeno sangat mencintai Renjun, tapi ambisi dan keegoisan yang memenuhi hatinya, membuat Jeno tak bisa berfikir jernih lagi.

Dengan segera, Jeno meraih Renjun ke dalam pelukannya. Membiarkan 'mantan' kekasihnya itu menangis dan mengeluarkan segalanya di dalam pelukannya itu. Jeno juga tidak mempedulikan pukulan-pukulan Renjun pada dada dan bahunya, karena Jeno tahu, rasa sakit yang Renjun rasakan lebih dari yang Jeno rasakan. Dirinya juga sempat dalam posisi Renjun dulu, jadi Jeno mengerti bagaimana rasa sakit hatinya.

"Maaf Renjun, tapi hari ini adalah hari kita terakhir bersama. Hari terakhir kita berbagi segalanya. Setelah hari ini, aku akan berdo'a agar kau segera cepat mendapat penggantiku dan lebih baik nantinya." Jeno berbisik di telinga Renjun yang dibalas gelengan oleh sang pemuda manis.

"Tidak Jeno. Aku hanya mau kamu." Renjun terus saja terisak dan mengeratkan pelukannya pada Jeno. Jeno tersenyum sendu, tangannya mengusap punggung Renjun mencoba menenangkannya.

"Maaf Renjun, tapi tidak bisa."

Setelahnya, Jeno hanya bisa mendengar suara isakan di tengah malam yang mulai menjemput. Jeno mendongak, menatap langit yang bertabur bintang. Dulu, jika mempunyai waktu yang senggang pada malam hari, dirinya dan Renjun pasti akan bertemu walau hanya sekedar untuk menatap langit malam dan bintang yang bersinar terang. Namun malam ini, sinar bintang yang menerangi mereka pun terlihat redup. Jeno mendesah, bahkan langit pun ikut merasakan kesedihan Renjun? Sejahat itukah dirinya pada Renjun?

Melepas pelukannya, Jeno mengusap pipi Renjun yang basah menggunakan ibu jarinya. "Mulai besok, kita hanya teman biasa atau hanya orang asing yang tidak saling mengenal. Kau mengerti Renjun?"

Sekali lagi Renjun kaget, bahkan Jeno menyuruhnya untuk berpura-pura tidak mengenalnya? Apa yang salah dengan dirinya sebenarnya?

"Baiklah Jeno."

Dan malam itu, diakhiri dengan ciuman manis di bibir Renjun namun tetap ada bumbu pahit yang terasa. Ciuman pertama dan terakhir mereka. Di hari terakhir mereka bersama.


Jeno mengerang kesal begitu suara bel dari arah depan mengganggu pendengarannya yang membuat lamunan tentang masa lalunya pudar begitu saja. Dengan langkah lebar-lebar, Jeno keluar dari kamarnya, menuruni tangga dengan terburu-buru, dan membuka pintu depan rumahnya dengan kuat.

Rahang Jeno hampir saja jatuh begitu melihat orang yang berdiri di depan pintu rumahnya. Itu Renjun. Sudah berapa lama mereka tidak bertatap muka seperti ini? Sudah sangat lama. Semenjak mereka putus, tak sehari pun mereka benar-benar bertemu. Renjun ternyata benar-benar menghindari Jeno, sehingga Jeno terkadang memilih untuk menjadi stalker dadakan ketika rasa rindu yang mendera hatinya tidak bisa dibendung lagi.

"Kau tertidur atau bagaimana? Lama sekali membuka pintu." Suara dengan nada kesal dari arah sampingnya membuat Jeno buru-buru sadar dari lamunannya. Ada Mark sang kakak di situ, tapi sejak kapan?

"Oh iya Jen, kenalkan ini Renjun. Kekasihku."

Tubuh Jeno membeku. Dia memang sering mendapati Renjun bersama pemuda lain akhir-akhir ini, foto yang didapatnya dari Haechan juga menunjukkan Renjun bersama pemuda lain. Tapi, wajahnya memang tidak pernah bisa Jeno lihat dengan jelas.

"Annyeong. Senang berkenalan denganmu, Jeno-ssi."

Senyuman manis Renjun terlihat, membuat Jeno menahan nafasnya. Penampilan manis Renjun hari ini, sontak membuat kenangan samar tentang mereka, terlihat menjadi lebih jelas.

.

.

.

END


A/N :

FF ini terinspirasi dari lagunya "BTOB - Last Day" karena aku memang sebenarnya seorang Melody dan Cube stan. Jadi sebenarnya banyak ff yg aku buat itu terinspirasi dari lagu-lagu BTOB.

Ps : Ini spesial buat NoRen ship yg semakin hari semakin kekurangan asupan moment ataupun ff.

2: Jungwoo tambah cakep, Lucas keliatan real maknae diantara HanKunWooCas(? Kun nya tambah manis dan sok kecakepan (tapi emang cakep). Tapi dimana Jihan?

3: Aku semakin ngeship WooCas(? Gimana dong?

4: Ini ff gagal ya(?