Kutemui Pangeranku

AkashixReader, GoM, Kuroko, Seirin, Rakuzan

Tokoh yang bersangkutan hanya milik Fujimaki Tadatoshi

Disini reader sebagai sudut pandang orang pertama 'aku'

Warning : cerita pertama, ide mainstream

Kemenangan Winter Cup pertama kalinya oleh sekolahku, SMA Seirin, benar-benar pencapaian yang sangat luar biasa. Jatuh bangun kami berjuang melawan lelahnya latihan, pertandingan demi pertandingan dilalui hingga menjadi juara, kami berpelukan sambil menangis. Sedangkan lawan final di seberang sana terlihat sendu, sedih dan kecewa. SMA Rakuzan pertama kalinya mengalami kekalahan setelah beberapa tahun terakhir. Lalu wasit menyuruh tim kami dan tim lawan bersalaman dan akhirnya bubar. Tak ku sangka kapten lawan mengucapkan selamat kepada mantan rekan basketnya waktu SMP, Kuroko, sambil menitihkan air mata.

Sebagai manajer basket aku merasa senang dan bangga atas kemenangan ini walau hanya mendukung dari belakang. Namun aku tak menyangka bahwa kami bisa mengalahkan para kiseki no sedai. Anehnya, walau aku senang bisa menang dari mereka, aku merasa sedikit khawatir pada mereka yang belum pernah mengalami kekalahan, terutama Akashi. Sebagai kapten, dia memegang tanggungjawab terbesar atas hasil yang didapat. Terlebih lagi selama enam belas tahun ia hidup, baru pertama ini ia kalah. Ia pernah hampir kalah saat one on one dengan Murasakibara sebab ia menantangnya. Saat terancam kalah, sisi lain akashi bangkit dan akhirnya ia menang.

Ternyata benar, dibalik suatu perbuatan pasti ada alasan. Semua orang berubah juga karena suatu alasan. Aku pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi kapten yang mengayomi anggota-anggota yang penuh keajaiban, pasti sulit dikendalikan. Apalagi motto Teiko saat itu adalah 'menang'. Pasti jadi beban tersendiri bagi sang kapten. Terlebih lagi ada anggotanya ingin datang latihan sesuka hatinya bahkan ada yang menantangnya. Karena beban yang ditanggung cukup berat, sampai-sampai kepribadiannya yang lain mengambil alih dirinya, dan mengatakan bahwa dirinya mutlak dan selalu menang. Benar-benar perkataan yang konyol.

Aku pernah merasa benci dan kecewa karena memiliki pemikiran yang berbeda tentang kemenangan tim dengan dirinya. Sampai-sampai sumpah serapah aku ucapkan karena kekesalan yang tidak bisa tersalurkan, akhirnya kisedai yang lain kecipratan pelampiasan kemarahanku. Aku berpikir sama seperti kuroko bahwa kemenangan yang didapat dari kerjasama tim akan mendapatkan rasa menang yang membahagiakan dan berkesan. Sedangkan kisedai berpikir bahwa kemenangan adalah segalanya, bahkan dengan mengorbankan kerjasama tim, sehingga mereka tidak pernah tersenyum saat mereka menang, semuanya serasa sepi dan hampa.

Sewaktu menjadi manajer kedua di SMP Teiko pernah mengalami kejadian yang menyebalkan.

"Akashi aku ingin berbicara denganmu".

"Ada apa? Bicara saja"

"Sebelumnya terima kasih atas kerjasamanya karena telah mempercayaiku sebagai manajer. Tapi maaf , aku sekarang ingin keluar dari tim basket karena... "

" Silahkan saja jika ingin keluar, toh kau tak dibutuhkan lagi disini." ia memotong pembicaraanku seenaknya dengan ketus dan dingin.

"Kalau gitu ngapain gue pamit ke lu, mending langsung keluar aja, percuma tau." jawabku kesal.

"Kau benar, aku juga tidak butuh pamitan darimu."

"Lu udh berubah ya sekarang, gua ga kenal lagi sama lu." balasku sambil menaikan volume suara. Biar saja dia murka, aku tak peduli.

Tanpa ba bi bu aku langsung pergi lalu ditengah jalan aku bertemu Kise dan Midorima

"Kamu mau kemana? bukannya latihannya belum selesai?" tanya Kise.

"Gua mau pergi, gua udah gak dibutuhin lagi di tim ini." jawab aku kesal.

"Loh kok kamu ngomongnya gitu sih?" tanya Kise lagi dan Midorima hanya bisa diam karena kaget.

"Tanya aja sama kapten kalian." lalu aku langsung pergi meninggalkan mereka.

Saat itu aku ingin keluar dari tim basket bukan hanya karena pemikiranku yang berbeda, namun juga mengikuti ekskul lain, yaitu karate. Tak dapat dipungkiri aku juga salah karena serakah mengambil dua kegiatan olahraga sekaligus, saat itu aku merasa sulit membagi waktu, padahal sebelumnya tidak ada kendala apapun. Mungkin Akashi berkata begitu karena ia tau jika aku mulai tidak fokus ke basket, hanya saja caranya kurang tepat sehingga membuatku sakit hati dan merasa tidak dihargai. Maka dari itu saat ini aku hanya fokus sebagai manajer basket agar tidak mengalami kejadian yang sama.

Rasa benci dan kesal saat SMP memang menyiksaku karena saat kelas sembilan aku sekelas dengannya, bahkan sekelompok tugas dalam kurun waktu satu semester. Aku benar-benar ngebatin sampai-sampai ingin pindah kelas, namun itu dilarang oleh guruku, sehingga mau tidak mau harus bersikap professional. Lalu aku berpikir bagaimana caranya agar terbiasa dengannya dan syukur-syukur dia berubah jadi baik lagi dan aku tidak membencinya. Akhirnya selama setahun aku bisa melaluinya dengan baik walau sempat bersitenggang dengannya lagi-lagi masalah kerjasama kelompok. Aku lelah kawan-kawan.

Saat di kuarter terakhir final Winter Cup, Akashi kembali ke dirinya yang dulu. Aku, anak-anak Seirin, Rakuzan, Kisedai, serta Momoi benar-benar terkejut. Setelah ia kembali ternyata tim Rakuzan semakin kuat, bahkan mereka masuk zone bersamaan berkat kemampuan court vision nya. Untung saja Kagami berhasil masuk zone yang lebih dalam sehingga kami bisa menang.

Akhirnya pertandingan final Winter Cup selesai. Aku berjalan membeli minuman di sekitar Gymnasium. Namun tiba-tiba aku ditabrak seseorang dan aku marah-marah sendiri. Ternyata oh ternyata aku ditabrak Akashi, entah kenapa aku berhenti marah, tiba-tiba minta maaf dan langsung kabur seperti habis bertemu hantu, padahal ia belum berbicara sepatah katapun. Lagipula itu salah dia melamun, mungkin karena sedih telah kalah sampai menabrak orang. Aku merasa seperti orang bodoh tiba-tiba kabur.

Akhirnya aku sampai dirumah, aku benar benar lelah, lelah karena terlalu bahagia. Tanpa kusadari aku pergi ke alam mimpi. Aku melihat pemuda tampan memegang bola basket lalu memberikannya kepadaku sambil tersenyum. Angin musim gugur beriringan menjatuhkan mahkota bunga sakura. Sungguh romantis seperti di film-film. Bedanya jika di film memberi bunga, sedangkan disini bola basket. Kok beda jauh ya?

Lalu tiba-tiba ada suara yang memanggil namaku, suara seseorang yang sangat aku cintai, dan entah mengapa seperti ada air hujan membasahi wajahku.

"Anak gadis sore-sore kok tidur, sambil senyum senyum gajelas lagi, cepat mandi sana!" Omel ibuku sambil membawa gayung. Lagi mimpi indah kok diganggu. Lalu ibu pergi dari kamarku. Tunggu dulu, apa apaan mimpi itu, bisa bisanya aku bermimpi di sore hari bertemu laki-laki yang aneh tapi tidak asing. Aku lupa siapa laki-laki itu. Lalu aku merenung kembali isi mimpi itu. Pemuda itu lebih tinggi dariku, senyumnya manis, kulitnya putih, rambutnya dan matanya seperti stoberi, menggunakan mahkota dan jubah bewarna merah, seperti pangeran. Anehnya pangeran itu memakai jersey basket warna biru putih dan ada angka empatnya. Tunggu sebentar, jangan-jangan mimpiin si Akashi? Demi apa? Hanya karena menabrak eh ditabrak langsung kebawa mimpi? Memang waktu SMP aku pernah berdoa agar tidak membenci dia lagi, tapi tidak kebablasan menjadi cinta juga kan. Karma oh karma, ternyata kau benar-benar ada.

Saat aku pergi ke kamar mandi, aku membawa ponsel lalu menyetel radio, dan tiba-tiba diputarkan sebuah lagu

"Jangan benci bilang cinta, jangan benci bilang sayang, jangan kau dustai hati".

What the hell that song? Itu lagu Radja dari zaman kapan ? Akupun tak tahu keberadaan band tersebut. Lalu aku pindahkan ke saluran selanjutnya.

"Kau datang dan jantungku berdegup kencang..

Kau buatku terbang melayang..

Tiada ku sangka getaran ini ada..

Saat jumpa yang pertama..

Mataku tak dapat terlepas darimu..

Perhatikan setiap tingkahmu..

Tertawa pada setiap candamu..

Saat jumpa yang pertama..

Could it be love, could it be love...

Could it be could it be could it be love...

Could it be love, could it be love...

Could this be something that i never had...

Could it be love... "

Tanpa kusadari aku menyanyikan lagu Raisa itu sampai selesai, dan selama bernyanyi aku teringat si dia lagi, sang kapten lawan di final yang tak ingin kusebutkan namanya.

"Oh my God, why this is happening to me?" Aku berteriak alay sambil menatap siraman air shower.

Continue or finish? Please review