Like a Sun
Nielwink
Daniel
Jihoon
Ia hangat
Ia bersinar
Ia bercahaya
Park Jihoon. Pemuda mungil dengan pipi chuby yang bersemu secara alami. Jika kau tanya siapa Park Jihoon itu pada mahasiswa di kampusnya, maka akan banyak sekali jawabannya.
"Jihoon itu baik." Itu kata teman sekelasnya. Park Woojin.
"Jihoon itu definisi dari kesempurnaan." Itu kata seniornya. Hwang Minhyun.
"Jihoon hyung itu senior paling di dambakan," Itu kata adik tingkatnya. Lee Daehwi.
"Jihoon ya, dia itu matahari," Itu kata salah satu pengagummnya atau mungkin orang yang menyukainya. Kang Daniel.
Kang Daniel. Mahasiswa jurusan arsitektur semester 4. Primadona kampus. Sempurna bukan.
"Berkediplah Hyung, Jihoon Hyung tidak akan tiba-tiba menghilang karna kau berkedip." Sebuah celetukan ringan membawa Daniel kembali ke sadarnya.
"Diamlah Bae Jinyoung," jawab Daniel ringan sambil meminum jus di depannya.
"Mana bisa aku diam sedangkan Hyung terlihat akan kesurupan begini." Ucapan Jinyoung membuat Daniel terkekeh pelan.
"Tembak saja Hyung, apa susahnya?" Apa susahnya? Sangat susah. Bahkan Daniel lebih memilih untuk mengukur luas kantin berpuluh kali daripada menembak Jihoon. Ya Jihoon, Park Jihoon. Sudah sejak lama Daniel menyukai Jihoon, mungkin sejak pertama kali Jihoon menjadi mahasiswa baru di kampus ini.
Atensi Daniel tidak lepas dari sosok manis yang berjarak kurang lebih 20 meter di depannya. Sedang bercanda dengan teman-temannya. Sebenarnya alasan Daniel tidak mau mendekati Jihoon itu simpel. "Aku merasa bisu seketika di hadapannya. Dan jantungku berdetak dengan cepat. Apa mungkin aku sakit?" Itu jawaban yang terlontar darinya.
"Hei Jinyoung," Jinyoung hanya menggumam menanggapinya, "Kau tau-"
"Tidak, aku tidak tau," jawaban cepat dari mulut Jinyoung dan secepat itu pula dahinya berdenyut pelan. Daniel menyentiknya.
"Dengarkan dulu bodoh." Lupakan cengiran tak berdosan Jinyoung.
"Jihoon itu bagaikan matahari dan aku hanya bumi." Jinyoung mengeryit tak paham.
"Bumi butuh matahari, tapi matahari tak butuh bumi. Ia hangat, ia bersinar, ia bercahaya. Tapi kehangatannya, sinarnya, dan cahayanya tidak ia pancarkan untuk bumi saja tapi untuk semuanya. Bagaimana mungkin aku yang hanya bumi ini menginginkan matahari hanya untukku saja." Jinyoung hanya melongo mendengarkan penjelasan panjang dari Daniel.
"Hyung, apa kau tidak salah jurusan?"
Tuk
Dan sekali lagi dahi Jinyoung menjadi korban.
"Serius Hyung, kau lebih cocok masuk ke sastra dari pada arsitek."
Daniel hanya membiarkan adik tingkatnya ini bermonolog sendirian. Ia terlalu sibuk memandangi Jihoon dari kejauhan.
End
Nielwink untuk yang pertama kalinya.
Ehehe hope you like it.
Albus Shiroi
