Test Test ._. Ehem, aku bikin fic baru nih :3 Fic multichapter kedua, dan schoollife pertama :) Hehe, coba dibaca dulu saja ya..
My Delinquent Kouhai
Disclaimer : Hiro Mashima
Genre : Romance, Drama
Warning : typo(s), OOC, AU, abal, gaje, ide pasaran, school life
Chapter 1 : Prologue
"Kalian sudah sangat keterlaluan, Natsu, Gray!" Erza Scarlet tengah memarahi 2 orang pemuda dengan bentakan keras yang tidak tanggung-tanggung di ruangannya, Ruang Komite Ketertiban.
Pria berambut dark blue yang berdiri di hadapan Erza, Gray Fullbuster, menundukkan kepalanya, merasa tidak mungkin sanggup untuk menyahuti kata-kata Erza. Sedangkan pemuda yang berdiri di sebelahnya, Natsu Dragneel, mengalihkan pandangannya dengan acuh.
"Aku tak mau lagi melihat pemandangan seperti tadi!" ucap Erza yang berdiri dari kursinya, lalu berjalan mendekati mereka. "Apa lagi kau, Natsu!"
Natsu yang sedari tadi hanya mendengarkan dengan 'masuk telinga kanan, keluar telinga kiri', langsung menatap Erza kesal. "Apaan sih! Kan dia duluan!"
"Tapi saksi mata mengatakan kau yang selalu memulai baku hantam!" Erza memelototi Natsu, yang mulutnya terlihat terbuka sedikit, ingin menjawab Erza, namun ditutup kembali. "Kau juga, Gray! Jangan memancing emosi Natsu! Intinya, kalian sama saja! Jangan cari masalah!"
"A-Aye, Erza," kata mereka bersamaan, sambil menunduk.
"Ya sudah, Gray, kau boleh keluar, Natsu, kau tinggal di sini."
Gray mengangkat kepalanya, melihat Natsu sebentar, lalu beranjak keluar dari ruangan itu.
"Kau sudah amat keterlaluan," desis Erza amat kesal. Seolah-olah perbuatan Natsu sudah tidak dapat dimaafkan. "Kau jauh lebih parah daripada Gray!"
"Ka-Kami kan gak ada bedanya!"
"Pokoknya menurut perhitungan point pelanggaran selama kau bersekolah di sini, sekali lagi kau melakukan kesalahan, serta nilai akademikmu tidak kunjung naik, aku akan menugaskan salah satu siswa teladan untuk membimbingmu!"
Natsu terbelalak. Ia tidak suka diawasi begitu!
"Ta-Tapi–"
"Gak ada 'tapi-tapian' lagi untukmu! Kau sudah sangat keterlaluan," Erza menghela nafas tegas, lalu bicara lagi. "Lagi pula, keputusan itu sudah aku bicarakan dengan Jellal selaku Ketua Dewan Murid, juga para dewan guru, dan mereka setuju."
Natsu menundukkan kepalanya. Sudah lama ia tak berpikir sekeras ini. Ini sama saja mengekangnya kan? Membatasi perilakunya? Iya kan?
"Sudahlah, kau keluar sekarang, jam istirahat akan segera habis," Erza kembali duduk di kursinya.
Natsu langsung berjalan keluar ruangan itu dengan langkah berat dan wajah tertunduk.
Setelah menutup pintu ruangan Erza, Natsu mengambil arah ke kanan lorong, hendak menuju tangga, untuk ke kelasnya yang berada di lantai 2. Namun, suara beberapa pria yang terdengar amat mengganggu memasuki indera pendengarannya. Mengangkat kepalanya, ia melihat seorang gadis pirang yang dikelilingi beberapa orang pria. Wajah gadis itu sarat akan rasa takut. Dan dengan emosi memuncak, dan sepertinya kata-kata Erza beberapa waktu lalu sudah terlupakan, Natsu memukul pria-pria itu dari belakang.
Natsu kembali berada di ruangan Erza. Kedua kalinya hari ini.
"Kau lagi! Kau lupa kata-kataku tadi? Ha?!"
"Tapi kan ini demi kebaikan dan keselamatannya!"
"Cih! Omong kosong! Apanya yang keselamatan?!" Erza menunjuk Natsu dengan berapi-api.
"Sudah, Erza, jangan sebegitunya," kata Jellal yang sudah berdiri di belakang Erza sambil melipat tangannya di depan dada. "Kau sudah tak dapat diampuni, Natsu."
"Serius! Pria tadi hendak mengganggumu kan?"
Gadis pirang yang diklaim Natsu sebagai orang yang diselamatkannya, Lucy Heartfilia, menggeleng pelan. "Mereka.. pesuruh ayahku, datang memberi kabar."
"Loh?" Natsu menggaruk belakang kepalanya yang entah gatal atau tidak. "Tapi wajahmu kelihatan ketakutan!"
Mendengar itu, Lucy hanya tertunduk.
"Hah! Pokoknya aku tidak akan mengampunimu lagi, Dragneel! Kau harus diawasi!"
"Sabar, Erza," Jellal menahan sebelah pundak Erza. "Kita harus mencari siswa yang bisa cocok dengan Natsu."
Erza berbalik menghadap Jellal. Lalu berbalik lagi, melihat orang-orang yang berada di ruangan itu selain dia dan Jellal, yaitu Lucy dan Natsu.
Eh, Lucy! Itu pilihan yang tepat. Kembali menghadap Jellal, Erza membisikkan sesuatu pada sang kaichou yang merangkap sebagai kekasihnya itu, lalu reaksi Jellal mengangguk-angguk. Natsu dan Lucy hanya dapat melihat mereka dengan bingung.
"Aku setuju Erza, sepertinya itu ide yang cukup bagus."
Erza memejamkan matanya sebentar, lalu membukanya, dan menghadap kembali ke arah Natsu dan Lucy. "Baik! Sudah aku putuskan."
Erza kembali menatap mereka serius, lalu meneguk ludah. "Kau, Lucy Heartfilia," Erza menunjuk Lucy tiba-tiba, membuat Lucy hendak melompat ke belakang karena kaget. "Aku menunjukmu sebagai pengawas Natsu Dragneel."
"WHA–!" Lucy tergagap-gagap, hendak menolak, namun Erza sepertinya tahu apa yang ingin dikatakannya.
"Kami tak menerima penolakan."
Natsu yang sepertinya masih loading dan tak kunjung complete hanya menatap mereka bingung dengan wajah polosnya. " Ada apa sih?"
Lucy menoleh ke arah Natsu dengan cepat. Orang di sebelahnya ini tak mengerti maksud ucapan Erza? Lucy menepuk jidatnya frustasi. Sebesar itukah dosanya, sampai-sampai harus ditunjuk sebagai pembimbing dan pengawas kouhai sebodoh ini?!
Natsu yang baru complete, langsung meneriaki Erza, dengan kuah muncrat-muncrat (?). "Loh?! Kok?!"
"Kenapa? Aku tak butuh penolakanmu," kata Erza, yang sepertinya sudah tak bisa diganggu gugat. Ia memejamkan matanya, sambil melipat tangannya di depan dada. "Syaratnya terpenuhi kok, dia siswi teladan, walaupun dia masih terhitung murid baru, dan dia senpaimu."
"Se-Senpai?! Perempuan ini anak kelas 12?" Natsu menunjuk Lucy shock.
"Aku.. Aku memang seumuran denganmu, tapi aku pindahan homeschooling, baru masuk sekolah ini sekitar 2 bulan lalu."
"Tapi, aku pikir kau anak kelas lain, masih seangkatan denganku!"
"Ah! Tidak penting! Pokoknya, aku mau kau menjalankan tugas yang kami percayakan padamu dengan baik, Lucy Heartfilia!" Erza membuka matanya, menatap Lucy tegas. Yang ditatap tak sanggup menolak lagi, karena aura yang dikeluarkan Erza, amat menyeramkan.
"Ba-Baiklah."
"Dan aku minta, tambahan belajar untuk Natsu Dragneel bisa kalian atur sendiri, secepatnya!"
"Baiklah, Erza."
"Oh iya, biaya sekolahmu akan ditanggung sedikit, karena sudah bersedia menjadi pembimbing murid sebebal dia ini!"
Lucy hanya diam, tidak menyahuti lagi. Biaya bukan masalah kok untuknya. Ia orang kaya, hanya kurang bahagia saja sih.
"Ya sudah, karena kita sudah menghabiskan waktu cukup lama, dan daripada kalian mengganggu jam pelajaran, lebih baik kalian aku berikan izin untuk membicarakan jadwal pelajaran tambahan di luar!"
"Aye, Erza."
Mereka berjalan beriringan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Erza dengan sang kaichou.
"Hah, kau sepertinya harus banyak bersabar, Erza," ucap Jellal, maju selangkah sehingga berdiri tepat di sebelah Erza.
Erza menghela nafas panjang. "Anak itu benar-benar susah diatur!"
"Sudah-sudah, istirahat dulu," Jellal, merangkul pundak Erza dengan lembut, lalu membawanya duduk di kursinya semula.
Lucy hanya berjalan terus, lalu suara Natsu menginterupsi kesunyian lorong itu. "Na, siapa namamu?"
'Loh, orang ini dari tadi gak mendengar namaku terus-terusan disebut Erza?'
"Ya, maaf sih, aku kan gak terlalu menyimak," Natsu bicara lagi, bahkan sebelum dijawab Lucy. Lucy terbelalak kaget. Apa orang ini paranormal, bisa membaca pikirannya?
"Bukan, aku bukan paranormal," kata Natsu lagi-lagi, ia menjawab apa yang Lucy pikirkan, tapi tak Lucy suarakan.
'Dia membaca pikiranku!"
"Enggak kok, aku gak sengaja, hanya seperti mendengar suaramu saja."
Wajah Lucy merona sedikit. Bukankah ini telepati tanpa sengaja?
"Jadi, siapa namamu?"
"Lucy. Lucy Heartfilia."
"Oh, Luigi! Namaku Natsu Dragneel!" jawab Natsu, sambil memamerkan grinsnya.
"Namaku bukan Luigi! Tapi Lucy!" jawab Lucy jengkel. Di dalam ruangan tadi, Erza menyebut namanya berulang-ulang, namun tak disimaknya. Lucy menyebutkan namanya ulang, orang ini salah dengar. Entah orang ini punya penyakit telinga macam apa, atau artikulasi Lucy yang kurang jelas?
"Oh, gomen, Luce! Aku salah dengar," ucap Natsu masih nyengir-nyengir, dan menggaruk belakang kepalanya.
'Tuh kan, dia salah dengar lagi!' pikir Lucy sebal. Dan lagi-lagi, diketahui Natsu.
"Hah? Aku yakin kok aku gak salah dengar, namamu Luce kan?"
'Waduh, dia baca pikiranku lagi,' batin Lucy lagi.
"Suer deh aku gak sengaja tahu pikiranmu begitu," jawab Natsu santai, sambil berjalan di depan Lucy. Kini mereka sudah hampir sampai di kantin.
"Ya sudahlah, terserah kau saja," Lucy menyerah. Daripada orang ini bisa baca pikirannya lebih jauh.
"Jadi, kenapa kau harus diawasi begitu?"
"Entahlah, Erza amat merepotkan! Aku kan setiap harinya cuma memukul si ice-brain, atau terkadang Elfman, atau juga kadang Gajeel! Atau paling hanya terlibat perkelahian dengan mereka semua! Itu saja kok! Erza saja yang lebay!"
Dan Lucy hanya bisa sweatdrop. Orang ini bercerita amat ringan tentang ulah-ulahnya yang lumayan parah itu?
"Ah, ya, pantas ya, kau sampai harus diawasi begitu.."
"Apanya yang pantas! Itu berlebihan! Pertengkaran kami kan gak parah! Paling hanya memecahkan jendela kelas, atau pintu kelas, atau papan tulis, atau meja kursi siswa! Itu saja kok!"
Dan ya, Lucy memang harus banyak-banyak introspeksi diri, mengenai kesalahannya, sehingga mendapat karma konyol, yaitu menjadi pembimbing Natsu Dragneel, kouhainya yang duduk di kelas 11-C, peringkat 2 terakhir di kelas, dan selalu membuat kericuhan dan kerusakan dimana-mana. Lucy memang harus banyak bersabar. Masalah hidupnya bertambah lagi sekarang.
TBC
Bagaimana? Jelekkah? Masih banyak kesalahan? Bisakah reader yang terhormat menuangkannya di kotak review? :3 Hehe, aku gak akan lama-lama.. Jaa~
