NARUTO PUMNYA MASASHI KISHIMOTO

I'M SORRY (hhibin)

HINATA.H X SASUKE.U

RATING: T

NOTE: AU, TYPO, OOC.


23 FEBRUARI

Hari ini adalah hari pertunanganku dengan seorang anak bungsu Uchiha yang terkenal dengan ketampanan dan kepribadiaan nya yang dingin. Sejujurnya, aku belum pernah melihat wajahnya itu. Meskipun begitu... aku tidak memperdulikan sikap dan juga wajahnya, yang aku perdulikan saat ini hanyalah Tousan terkasih yang menginginkan aku menikah dengan anak dari teman lamanya tersebut. Jika boleh jujur, aku tidak masalah ini dijodohkan atau tidak. Lagi pula aku paling tidak mau bertemu lagi dengan manusia terkutuk dan brengsek itu. Selama orang yang dijodohkan Tousan bukan lah orang itu tidak apa, aku menerima dengan senang hati.

"Hinata, apa kau sudah siap?" tanya Tousanku dari luar kamarku. Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan Tousanku, aku akan menjawab pertanyaan Tousan jika aku bertatapan muka dengannya. Karena aku dari kecil sudah diajarkan oleh Kaasan untuk menjawab pertanyaan orang tua dengan menatap wajahnya.

Ceklek...

Aku membuka pintu kamarku. Terlihatlah seorang pria paruh baya yang mengenakan jas hitam senanda dengan celananya yang sekarang ini tersenyum ke arahku.

"Aku sudah siap Tousan," jawabku jujur. Tidak lupa aku memberikan senyum pada Tousan agar ia tau jika aku menyetujui pertunangan ini tanpa adanya paksaan.

"Baiklah, kita pergi sekarang," ucap Tousan menggenggam tanganku lembut. Ia menuntuku turun dari tangga. Ditangga.. Hanabi dan juga Neji-Niisan sudah menungguku. Terlihat raut wajah senang dari kedua orang didepanku ini. Hanabi langsung memelukku ketika aku sudah ada didepannya. Ia memelukku dengan erat tanpa ada niatan untuk melepaskanku. Apakah begini rasanya jika aku akan pergi dari rumah ini sebentar lagi?..

"Hinata Nee-Sama. Aku mendukung pertunangan mu dengan orang itu. Jika orang itu memperlakukanmu dengan tidak baik, bilang pada ku dan juga Neji-niisan."

Hanabi mengucapkan itu tanpa menatapku. Aku pun tersenyum mendengar perkataannya yang diiringi nada kekhawatirannya padaku. Arigato-Gozaimasu Hanabi-chan.

"Iya. Aku pasti bilang. Sudahlah, sekarangkan hanya pertunangan tidak usah khawatir," ucapku mengelus puncuk kepala adik satu-satunya yang kumiliki sekarang. Neji-niisan dan Tousan yang melihat adegan melow kami berdua hanya diam tidak menampakan ekspresi apapun. Aku tau sifat mereka berdua, mereka ini terkesan malu untuk meluapkan perasaanya padaku. Jadi wajar jika mereka begini.

"Tousan.. Ayo kita berangkat," ajakku. Tousan pun mengangguk mengerti dan menarik tanganku. Aku yang ditarik oleh Tousan hanya menurut, perlahan aku melepaskan pelukan Hanabi dengan pelan tetapi pasti. Ia yang tau aku mencoba melepaskan pelukannya pun menurut.

"Jaa.. Hanabi dan Neji-niisan," ucapku berpamitan pada mereka berdua. Mereka berduapun melambaikan tangannya kearahku dan tersenyum senang. Aku pun menanggapinya dengan lambaian kearah mereka berdua, perlahan lambaian tangan itu hilang bersamaan dengan pintu rumah yang aku tutup. Dengan setengah berlari ke arah mobil, aku mengangkat gaun panjang hitam yang aku kenakan hari ini agar tidak terlalu ribet ketika aku berjalan menyesuaikan langkah kaki Tousan yang sekalih melangkah itu lebar. Penampilan ku hari ini hanya mengenakan gaun hitam panjang semata kaki, sepatu hell senada dengan gaun, dan membawa dompet berukuran sedang berwarna sama dengan lipstick yang aku pakai sekarang yaitu merah marun. Jika dilihat-lihat, ini sangatlah bukan gayaku. Tapi tidak apa, aku berpakaian seperti ini agar aku tidak mempermalukan keluargaku sendiri.

"Tousan. Menurut Tousan rambut ku ini diapakan? Aku bingung," tanyaku pada Tousan ketika aku sudah duduk dikursi belakang mobil limosin milik keluarga kami. Tousan pun terkekeh mendengar pertanyaanku barusan "Cepat jalan," perintahnya pada supir pribadi keluarga kami.

Setelah mengucapkan itu, Tousan langsung menatapku dengan intens dari atas hinggah bawah. Hampir 2 menit Tousan menatapku dan tiba-tiba ia tersenyum manis kepadaku sambil mengelus pucuk kepalaku.

"Tidak usah diapa-apakan. Anak Tousan sudah cantik, jadi itu tidak masalah."

Akupun tersenyum malu dan terkekeh dengan apa yang Tousan katakan barusan. Jika diperhatikan perkataan ini sangat jarang dikeluarkan Tousan. Supir yang ada dikursi kemudipun ikut terkekeh mendengarnya. Apa ia sependapat denganku?..

"Kenapa kau terkekeh? Apa aku salah jika bilang anakku ini cantik?"

Supir itu hanya mengggeleng "Tidak Hiashi-sama. Aku hanya terkekeh karena ekspresi Hinata-hime yang sama denganku. Hinata-hime apa kau berfikiran sama denganku tentang Tousan anda?"

Aku langsung mengangguk setuju dengan pendapat supir kami.

"Tapi hal yang langkah ini harus selalu kita ingat, oke?!"

Paman supir pun mengangguk mengerti dengan perkataan ku. Itulah percakapan awal hari ini kami bertiga, karena sedari tadi pagi aku tidak pergi kemana-mana. Diperjalanan menuju tempat pertunangan ku dengan Uchiha itu, kami bertiga tidak berbicara apa-apa lagi. Suasana seperti ini terasa canggung bagiku, karena biasanya ketika kami bertiga didalam mobil seperti ini selalu membicarakan hal yang sepele. Itu semua dilakukan agar kami tidak jenuh, lagi pula Tousan juga senang jika ada yang memulai pembicaraan duluan.

"Emm Tousan... jika aku tidak menyetujui pertunangan ini, apa tidak apa?" tanyaku memulai pembicaraan. Tousan langsung menatapku. Respon yang dikeluarkan Tousan sangat berbeda dengan apa yang ada dipikiranku. Dengan cepat, Tousan langsung menyuruh supir kami untuk menepi.

"Tidak apa. Apa sekarang ingin pulang?"

Sungguh pertanyaan diluar dugaanku. Ku kira ia akan mengatakan seperti ini 'Tidak apa. Tapi lebih baik jika kau lihat orangnya terlebih dahulu'

"Be-benarkah?" tanyaku ragu. Tousan mengangguk mantap menjawab pertanyaanku.

"Tapi aku hanya bertanya saja Tousan, aku tidak benar-benar ingin membatalkan pertunangan ini," ucapku kaku.

"Benar ini hanya sebuah pertanyaan? Jika memang tidak mau juga tidak apa. Tousan tidak ingin kau terpaksa melakukannya."

"Benar aku tidak terpaksa," ucapku meyakinkan Tousan. Tousan pun langsung tersenyum, kemudian memberikan aba-aba pada supir kami agar jalan lagi.

30 menit kemudian, kami sampai disebuah restoran berkelas bergaya prancis kuno. Sebuah pelayan restoran ini pun menyambut kami dan membukakan pintu untukku beserta Tousan.

"Apa anda Hyuga Hiashi-sama?" tanya seorang dari pelayan yang ada dihadapan kami. Nampaknya orang ini manager di restoran ini.

"Iya."

"Baiklah. Anda sudah ditunggu."

Setelah mengucapkan itu, pelayan tersebut langsung mengantar kami ke lantai dua restoran ini. Setelah sampai di lantai ini, suasanya sedikit berbeda dengan suasana di bawah yang memiliki gaya prancis. Di lantai dua restoran ini, 360 derajat berbeda nuansanya. Karena dilantai ini, bernuasan Italia. Sejujurnya aku sudah sering melihat yang seperti ini, hanya saja yang membuatku terkesan adalah 2 nuansa restoran yang dijadikan 1 dalam gedung yang sama. Menurutku ini sangat lah unik.

"Uchiha-sama, ini tamu anda. Jika ada yang diperlukan, tinggal memanggil kami," ucap pelayan itu pada 3 orang asing yang belum pernah ku lihat sebelumnya.

"Hn," jawab salah seorang dari 3 orang itu. Satu kata yang sangat singkat.

"Sudah lama kita tidak bertemu Hiashi," ucap orang yang tadi berbicara singkat dan memeluk Tousan beberapa saat kemudian melirikku.

"Rupanya putri mu sudah besar."

"Iya seperti yang kau lihat Fugaku, Hinata perkenalkan dirimu," perintah Tousan dan melepaskan pelukannya dengan orang tadi. Aku pun langsung menurut dan memperkenalkan diri pada mereka.

"Hyuga Hinata."

Ketika aku memperkenalkan diri, seorang wanita paruh baya didepanku tersenyum manis ke arahku. Aku yang mendapat senyuman itu hanya bisa balas memberikan senyum yang sama manisnya dengan senyum wanita ini.

"Anak yang manis, duduk disebelah Kaasan sini."

Aku langsung tersenyum kaku ketika seorang wanita paruh baya yang sudah berumur tapi masih cantik menyuruhku agar duduk disampingnya. Apa ini yang akan jadi calon Ibu mertuaku? Jika iya aku bersyukur. Karena orang ini baik padaku.

"Hmm."

Aku pun langsung duduk disampingnya dan tersenyum manis sedangkan Tousan duduk di sampingku berhadapan dengan teman lamanya. Baru ada 4 detik aku duduk disamping wanita ini, tiba-tiba wanita ini sudah menggenggam tanganku dengan lembut.

"Aku senang jika anakku bisa menikah dengan orang seperti mu."

Aku langsung tersenyum malu mendengar perkataannya yang sedikit membuatku malu sekaligus gugup.

"Tidak usah gugup seperti itu, kita ini kan sebentar lagi akan menjadi satu keluarga. Aku berharap kau tidak menolak anakku ya Hinata-chan," ucapnya dan tersenyum lagi. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum balik kearahnya, tanpa wanita ini bilang aku pasti tidak akan menolak anaknya itu.

"Iya aku tidak akan menolak anak anda," ucapku sedikit gugup. Sejujurnya aku bingung memanggilnya apa.

"Tidak usah seformal itu. Panggil aku Kaasan," perintahnya.

"Baiklah Kaasan," ucapku memanggilnya Kaasan. Wanita ini pun tersenyum manis lagi setelah mendengar ucapan ku yang memanggilnya Kaasan tadi. Aku pun juga ikut tersenyum ketika ada seseorang yang tersenyum manis kearahku. Kalau boleh jujur.. sejujurnya sekarang ini aku sedikit risih dengan pria yang duduk didepanku. Pria ini menatapku dengan tatapan biasa biasa saja, tapi walaupun biasa juga itu membuatku sedikit gugup. Aku bersikap gugup seperti ini juga karena ada orang asing yang menurutku itu sedikit mengganggu, walaupun sebentar lagi ia akan menjadi suamiku. Tapi tetap saja kan.. yang namanya risih ya risih.

Orang yang menatapku itu tiba-tiba tersenyum ketika melihat gerak-gerikku yang tidak nyaman ini. Aku yang melihat senyumannya itupun mendadak bingung dan tambah gugup dari sebelumnya. Aku bingung harus senyum balik kearahnya atau tidak. Tapi lebih baik aku senyum saja agar aku memberikan kesan bagus pada pertama kali.

Akupun tersenyum kaku kearahnya. Sejujurnya senyum ini jadi aneh. Orang yang didepan ku ini pun terkekeh dan mulai mengulurkan tanganya padaku.

"Tidak usah kaku. Aku tau kau risih kan karena aku memperhatikanmu terus?" tanyanya. Akupun mengangguk dan menjabat tangannya.

"Kau ini lucu. Uchiha Itachi, hilangkan pikiranmu soal aku yang akan menjadi suamimu nanti," ucapnya dan tersenyum lagi hinggah kedua bola matanya itu tidak terlihat.

"Bu-bukan suamiku?" tanyaku kaget. Orang ini ternyata bisa menebak pikiranku dengan mudah, aku jadi malu jika menatapnya lagi.

"Eh- aku lupa. Hyuga Hinata."

Aku langsung melepaskan jabatan tangannya tadi.

Orang ini pun terkekeh lagi mendengar ucapanku yang spontan tadi dan gerak-gerikku. Ibu mertuaku yang melihatnya pun sama terkekehnya.

Dasar Hinata baka, kau malah mempermalukan dirimu sendiri.

"Itachi-kun, Kaasan tidak bisa membayangkannya jika gadis semanis ini tinggal bersama dengan Otouto-mu itu."

"Iya, aku juga tidak bisa membayangkannya," jawab orang yang bernama Itachi ini. Jika dilihat-lihat, keluarga ini mayoritas memiliki rambut berwarna Hitam sama dengan warna bola matanya. Indah...

Itu adalah devinisi yang tepat untuk keluarga ini.

"Gomen. Aku terlambat," ucap seseorang yang tiba-tiba sudah ada disampingku. Aku hanya bisa gugup karena orang yang akan bertunangan dengan ku sudah datang. Aku hanya bisa menunduk menatap air dimeja ini. Jika aku menatap wajahnya , aku bingung harus menampilkan ekspresi apa. Kaget?.. Bingung?... Senang?... atau tidak senang?... Aku jadi tambah bingung. Oh Kami-sama, tolong aku.

"Kenapa kau datang lama sekalih Sasuke. Kaasan kan sudah mempringatkan mu dari kemarin-kemarin agar tidak terlambat. Dasar kau ini."

Aku langsung terkekeh mendengarnya.

"Gomen Kaasan. Ada rapat mendadak dan tidak bisa di batalkan, apa ini Paman Hiashi?" tanya orang asing ini.

"Iya. Ini paman Hiashi dan ini putrinya Hinata," ucap Kaasan menerangkan pada orang asing ini.

"Uchiha Sasuke. Salam kenal Paman, Hime."

Deg.

Hime?

Aku langsung bingung dengan perkataan orang ini. Kenapa ia bisa tau panggilan orang yang kutemui di paris waktu lalu? Apa dia orang yang sama?

Dengan perlahan, aku mulai menegakan kepalaku untuk memastikan wajahnya sama atau tidak dengan orang yang kutemui 6 tahun lalu di paris.

"Bisakah kita bicara disana?" tanyanya padaku ketika aku sudah menatap wajahnya. Ternyata orang ini sama persis dengan orang yang ku temui. Orang ini adalah orang yang mempermalukanku diparis. Jadi ini adalah Uchiha Sasuke si brengsek itu.

"Bisakah?" tanya sekalih lagi. Akupun hanya bisa mengangguk pelan tanpa bisa mengalihkan pandangan ataupun mengucapkan iya.

Baru aku ingin bangun, Sasuke sudah menarikku pelan agar duduk di tempat yang berbeda. Tousan yang melihat perlakuan Sasuke padaku hanya diam tidak berekspresi, sedangkan Itachi-nii dan Kaasan tersenyum.

"Bersikap lah baik pada anakku," ucap Tousan tegas. Sasuke hanya mengangguk, kemudian berpamitan dan pergi ke bangku pojok kiri sambil tetap menarik tanganku lembut.

"Kita bertemu lagi," ucapnya dingin berbeda dengan nada yang sebelumnya. Aku hanya bisa diam bercampur bingung.

"Kita harus bicara," perintahnya. Aku pun mengangguk kemudian duduk dan melepaskan pegangan tangannya padaku.

"Kau sudah tau kita dijodohkan?"

Akupun mengangguk lagi.

"Kau juga sudah tau?" tanya ku balik padanya. Ia pun mengangguk.

"Tidak ada masalah berarti."

"Terlalu percaya diri."

Aku langsung tercengang mendengar ucapannya.

"Percaya diri? Apa maksudmu?" tanyaku lagi.

Ia tersenyum meremehkan ke arahku. Senyum itu adalah senyum yang paling kubenci, senyum yang mengingatkanku betapa sakitnya hati ini jika mengingat-ngingat kejadian ketika ia mempermalukanku.

"Aku sudah mempunyai orang yang kucintai. Jadi aku harap kau jangan terlalu berharap dengan pertunangan ini."

Aku hanya diam tidak mengeluarkan ekspresi apapun ketika orang ini berbicara. Sudah ada orang yang kucintai?.. Tidak masalah. Mau kau sudah mempunyai orang yang kau cintai atau tidak itu bukanlah urusanku.

"Lalu? Apa yang akan kau lakukan selanjutnya Sasuke? Lagi pula kau mempunyai kekasih atau tidak itu bukanlah urusanku Uchiha. Jadi inti pembicaraan ini apa? Kau ingin membatalkannya?" tanyaku dingin padanya.

"Aku ingin kau membatalkan pertunangan ini."

"Baiklah jika itu maumu, apa sekarang juga bisa aku batalkan?"

Ia mengangguk menjawab pertanyaan ku barusan.

"Baiklah."

Aku langsung bangun dari bangku yang sedang kududuki sekarang ini kemudian pergi meninggalkan manusia ini dan berjalan kembali lagi ke meja keluarga kami.

"Paman aku ingin memutuskan masalah pertunangan ini."

"Maksudmu Hinata?"

"Aku ingin memutuskan dan menolak pertunangan ini."

Tousan yang mendengar ucapanku hanya diam tidak memberikan komentar apapun.

"Benarkah? Apa kau bersungguh-sungguh?" tanya paman Fugaku serius padaku. Aku yang ditanya pun mengangguk dengan tegas.

Hinata POV END

Suasana di sekitar dua keluarga ini mendadak menjadi dingin berbeda dari sebelumnya.

"Hinata tidak bisakah kau pikirkan lagi? Bukannya tadi bilang tidak akan menolak? Kenapa sekarang kau menolak? Apa Sasuke yang menyuruhmu?" tanya Ibu Sasuke yaitu Mikoto.

Hinata menggeleng.

"Tidak. Ini keputusanku Kaasan."

Ibu Sasuke masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Ibu Sasuke dan Itachi langsung menatap Sasuke dengan tatapan yang terlihat marah, malu dan juga kesal. Sasuke yang melihat tatapan dua orang itu langsung bangun dari bangkunya dan berjalan menuju meja keluarganya dan keluarga Hinata.

"Sasuke apa yang kau katakan pada Hinata? Kenapa tiba-tiba Hinata tidak mau bertunangan denganmu. Cepat katakan pada kami semua," tanya Mikoto tegas. Semua yang ada disana hanya diam tidak ada yang mengluarkan suara.

"Aku hanya mengatakan aku sudah mempunyai,,,," ucapan Sasuke langsung terputus oleh ucapan Hinata.

"Orang yang dicintai."

Orang tua Sasuke langsung terkejut dengan ucapan Hinata.

"Sasuke yang bilang seperti itu Hinata?" tanya Mikoto tidak percaya dan bangun dari duduknya. Hinata pun menggeleng.

"Jadi pertunangan ini dibatalkan. Kami pulang Fugaku, aku kecewa dengan anakmu itu. Sejujurnya aku merasa anakmu itu mempermalukan anakku."

Ayah Hinata langsung pergi sehabis mengucapkan itu sedangkan Hinata mengucapkan salam dulu baru kemudian pergi meninggalkan keluarga Uchiha ini. Mikoto hanya bisa memandang punggung calon menantunya yang sudah menghilang dari ruangan ini dengan tatapan sedih.

Bugh

Satu pukulan tepat di perut Sasuke. Pukulan itu berasal dari ayahnya yang sudah emosi akibat kelakuannya yang mempermalukan keluarga didepan teman dekat ayahnya sendiri.

"Besok kita kerumahnya dan meminta maaf pada Hiashi, terutama kau minta maaf pribadi pada Hinata."

Sasuka hanya bisa diam memegangi perutnya yang mendapat pukulan keras dari ayahnya tadi.

"Sasuke, Kaasan tidak mau tau kau harus tetap menikah dengan Hinata," ucap Ibu Sasuke lemas. Itachi yang ada disamping ibunya itu langsung memegangi tubuh ibunya agar tidak jatuh.

"Kaasan dan Tousan tidak usah menyudutkan Sasuke. Aku yang akan menikahi Hinata, jadi tidak usah pusing seperti ini."

Semua yang ada di ruangan ini diam dan kaget dengan ucapan Itachi sekarang. Termasuk Sasuke yang bingung setengah mati.

#TBC

Mohon kritik dan saran ya minna :)