NARUTO PUMNYA MASASHI KISHIMOTO

STOP IT

TENTEN X SHIKAMARU.N

RATING: M(Jaga-jaga ye kan ahahah)

NOTE: TYPO, AU, OC, EYD GA BENER DAN ALUR KECEPETAN.

.

.

.

.

.

Sekolah Konoha High School adalah sekolah yang bisa dikatakan elit. Dikatakan elit karena hanya orang-orang yang kaya dan berotak cerdas saja yang mampu masuk kesekolah ini. Tak jarang juga ada yang berasal dari kalangan bawah, tapi dia dengan otak yang lebih dari kalangan atas tersebut. Anak perempuan ini adalah salah satu yang berotak cerdas. Ia masuk sekolah ini dengan mengambil jalur prestasi dan bagusnya ia masuk dengan pringkat 3 besar teratas. Usaha yang patut diacungi jempol. Orang yang sedang kita bicarakan ini adalah seorang perempuan bernama Tenten. Ia anak yatim piatu yang kemudian di angkat oleh keluarga yang sederhana sebagai putri mereka. Tapi 3 tahun yang lalu ia menjadi anak yatim kembali, karena ayah angkatnya itu sudah meninggal ketika ia duduk di bangku kelas 2 SMP. Sedih jika orang yang menjadi tulang punggung keluarga seperti ayah itu meninggal sebelum kita menjadi sosok yang bisa membahagiakannya. Terpuruk? itu adalah hal yang selalu dirasakan oleh Tenten dan ibunya. Awalnya ia dan ibunya bisa bangkit oleh itu semua, tapi sepertinya tuhan memberikan cobaan dan masalah pada ia dan ibunya lagi. Ketika ia menginjak kelas 2 SMA, ibunya sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Untuk yang kedua kalinya ia terus seperti ini. Susah untuk mendapatkan uang banyak untuk biaya hidup dan kebutuhan sekolah, hinggah pada akhirnya ia mengambil jalur tengah. Jalur tengah itu adalah menjadi perempuan malam yang menghibur pria tua ataupun muda dengan cara ia sendiri karena sudah tidak ada cara lain. Tak ada yang tau tentang itu semua, termasuk ibu angkatnya sendiri.

Ting..

Handphone canggih keluaran terbaru milik Tenten berbunyi. Itu adalah handphone yang ia dapat dari klien langgananya, padahal ia tidak meminta, tetapi klien itulah yang memberikannya dengan alasan jika ia ingin bertemu akan lebih gampang. Tenten awalnya menolak, tapi orang itu memaksanya. Dengan berat hati, iapun menerimanya. Bunyi tadi itu ternyata adalah PM yang berasal dari Instagram. Biasa, itu adalah orang-orang yang membutuhkannya dan ingin mengadakan pertemuan dengannya.

'Berapa harga sekali pertemuan dengan mu'

Itu adalah isi PM dari orang tersebut. Tenten tersenyum ketika melihat pertanyaan yang ia baca itu.

'Member baru 2.000.000 untuk sekali pertemuan'

Itu adalah balasan PM dari Tenten.

TING.

TING.

TING.

TING.

TING.

TING.

TING.

TING.

TING.

TING.

10 PM from instagram masuk. Itu berasal dari orang-orang berbeda yang ingin memakai jasanya.

TING.

Pesan yang selanjutnya masuk dari orang yang menanyakan harga dengannya tadi sebelumnya.

'Itu terlalu murah, apa itu harga yang sebenarnya?'

Tenten tertawa ketika membaca tulisan itu.

'Iya. Kau akan tau ketika kita bertemu nanti' balas Tenten lagi.

Ting

'Baiklah. Itu untuk berapa jam?'

'1jam'

Ting.

'Baiklah. Kapan waktunya?'

'Hari ini'

Ting.

'Tidak bisa besok?'

'Tidak'

Ting.

'Baiklah jam 10 malam kita bertemu didepan hotel depan sekolahmu. Kau murid di Konoha High School kan?'

'Iya'

Ting.

'Deal'

'Baiklah. Arigato Gozaimasu'

Ting.

'Ya'

Tenten tersenyum-senyum sendiri ketika membaca balasan dari orang itu. Hinata, teman yang sebangku dengannya itu diam sambil memerhatikan Tenten dengan serius. Tenten yang merasa diperhatikan pun menatap Hinata balik.

"Kenapa?" Tenten bertanya dengan serius.

"Pekerjaan apa yang kau lakukan sekarang ini Tenten?" tanya Hinata lebih serius. Tenten terkekeh mendengar pertanyaan Hinata itu.

"Menurutmu apa?"

"Aku rasa kau menjadi wanita penghibur, benarkah itu? Jika aku salah, maaf ya," Hinata menjawab dengan tatapan bersalah karena mengatakan hal yang to the point itu. Tenten tanpa ragu ataupun takut pun mengangguk membenarkan ucapan Hinata itu. Hinata yang kaget melihat anggukan itu hanya bisa membungkam mulutnya ia tidak menyangka tebakan ia itu benar.

"Aku tidak percaya dengan apa yang sedang kau jalanin ini, tapi aku harap hubungan mu dengan orang itu tidak hancur karena pekerjaaanmu yang diluar dugaanku sekarang."

Tenten tersenyum mendengar ucapan motivasi dari Hinata itu.

"Iya aku juga berharap seperti itu."

Pukul 22.00 didepan hotel.

Tenten langsung berlari dari taksi yang ia gunakan. Ia sudah telat selama 10 menit. Dengan gerakan yang berlari kencang, ia memakaikan masker dan menutupi kepalanya itu dengan jaket hoodie miliknya yang berwarna hitam. Ia sudah memutuskan untuk selalu mengenakan jaket hitam dan masker ketika memulai pekerjaanya ini. Ia tidak ingin ada yang tau identitasnya itu.

"Gomen aku terlambat," Tenten langsung meminta maaf pada clientnya ketika mereka sudah bertemu sekarang. Ia sedikit terkejut karena clientnya itu kurang lebih seumuran dengannya. Pantas saja client barunya itu mengadakan pertemuan di hotel bintang 4 ini, biasanya kan orang yang mengajak ia selalu pria paruh baya yang mempunyai uang banyak yang berani menyewa satu kamar hotel di hotel bintang 5.

"Tidak apa, ayo kita masuk," Tenten pun menuruti ucapan orang itu dan masuk kedalam hotel berbintang 4. Ia tertawa dibalik maskernya, ia tidak menyangka ia harus melayani orang yang seumuran dengannya itu. Pikiran-pikiran lucu mulai berkeliaran dikepalanya, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia jalani sekarang. Ketika Tenten sedang memikirkan soal orang itu, orang itu tiba-tiba menggengam tangannya yang menyebabkan ia sedikit tersentak dan kaget. Tenten tertawa kedua kalinya dari balik maskernya, ia tidak menyangka sebelum sampai tujuan ada yang menggengam tangannya. Tanpa ada rasa canggung sedikitpun, ia malah memeluk pinggang orang itu dengan lembut.

"Ini untukmu," Tenten berucap dengan pelan kemudian mencubit pinggang clientnya dengan keras untuk beberapa detik, kemudian ia melepaskan dengan kasar. Clientnya itu pun terkekeh dengan kelakuan Tenten yang menurutnya lucu.

"Aku pesan 1 kamar suite room," ucapnya ketika mereka sudah berada di depan resepsionis hotel ini.

"Baiklah. Untuk berapa malam?" tanya resepsionis itu.

"Satu malam."

Resepsionis itu pun langsung mencarikan kamar yang dipesan orang itu dan Tenten.

"Baiklah. 1 kamar suite room untuk satu malam berada di nomor 156 lantai 9. Ingin bayar pakai tunai?" tanya resepsionis itu lagi.

"Tidak pakai ini," ucap orang itu dan menyerahkan kartu kredit gold beserta member hotel ini. Resepsionis itupun mengambilnya dan mulai memprosesnya.

"Silahkan masukan kata sandi anda," perintah resepsionis itu. Orang itupun mulai menekan beberapa digit nomor.

"Baiklah. Transaksi selesai, ini kunci kamar anda. Semoga menyenangkan," ucap resepsionis itu panjang lebar. Seteleh transaksi itu selesai, mereka berdua langsung jalan berbarengan pergi meninggalkan respsionis itu, mereka langsung berjalan menuju lift. Didalam lift, yang ada hanyalah mereka berdua, tidak ada lagi.

"Kau belum tau jasa yang ku jual kan?" Tenten bertanya dengan pelan. Orang itu terkekeh mendengar pertanyaan Tenten

"Iya aku belum tau," jawab orang itu. Tenten tersenyum meremehkan dalam maskernya mendengar jawaban orang disampingnya.

Thing.

Pintu lift terbuka dilantai yang mereka tuju, yaitu lantai 9. Ketika pintu lift itu terbuka, didepannya ada sekitar 5 orang yang ingin menaiki lift itu. Tenten membulatkan matanya ketika melihat salah seorang yang ia kenal ada di antara lima orang tersebut. Ia hanya bisa membulatkan matanya ketika melihat pemandangan didepannya, ia tetap tidak menyangka sahabat karibnya itu ada didepan matanya. Didalam pikirannya sekarang ini adalah apa yang ia lakukan dengan 2 pria semuran dengannya dan 2 wanita yang seumuran dengannya. Tanpa ada rasa kenal dengan Tenten, orang itu masuk tanpa ada rasa kaget, terkejut seperti yang Tenten rasakan sekarang?.. Ia mulai berfikir kenapa sahabatnya itu tidak kenal dengannya?

Ah..

Ia lupa. Keadaan ia sekarang kan sangat tertutup, jadi bagaimana mungkin sahabatnya itu tau. Clientnya yang sudah berada didepan pintu lift ini langsung menarik tangan Tenten ketika ia melihat Tenten masih saja didalam lift tidak mengikutinya.

"Kenapa?"

Tenten baru tersadar ketika ditarik clientanya.

"Aku tidak menyangka," gumamnya pada dirinya sendiri.

"Siapa?" tanya clientnya penasaran.

"Bukan siapa-siapa," Tenten tersenyum manis dari balik maskernya. Clientnya itu hanya beroh ria saja dan pergi berjalan duluan mencari kamar untuk mereka berdua ketika mendengar jawaban darinya. Clientnya itu berhenti didepan kamar yang bertuliskan kamar 156.

"156," clientnya mulai menggesek kunci elektronik kamar hotel itu dan

Klik.

Pintu kamar itu terbuka.

"Kau masuk duluan," perintah clientnya. Tenten pun menurut dan masuk duluan. Tenten tanpa ada rasa malu sedikit pun langsung naik ke atas ranjang kamar hotel ini dan membuka masker hodie jaketnya.

"Cepat kesini," perintah Tenten. Orang itu pun menurut dan langsung duduk di depan Tenten. Mereka sekarang duduk saling berhadapan. Tenten mulai memperhatikan wajah clientnya itu.

"Dari yang aku lihat, kau tau aku dari seorang yang berinisial K. Apa itu benar?" Orang itu terkekeh dan mengangguk berbarengan menjawab pertanyaan Tenten.

"Kau sudah tau apa yang aku jual kan, tapi kau berpura-pura tidak tau. Benarkan?" Orang itu mengangguk dan terkekeh lagi menjawab pertanyaan kedua kalinya dari Tenten.

"Terus, tadi kenapa kau menggenggam tanganku? Padahal sudah tau jasa yang ku berikan." Orang itu pun tersenyum senyum menanggapi pertanyaan Tenten, senyum yang lumayan manis menurut Tenten untuk orang yang seumuran dengannya.

"Aku hanya mengira kau murahan. Jadinya aku mencoba saja, kali saja aku mendapatkan bonus," ucap orang itu to the point. Tenten langsung membulatkan matanya dan memukul lengan clientnya dengan keras. Ia kesal dengan orang yang beranggapan ia murahan padahal kan itu salah besar.

"Hehe.. Gomen."

"Yasudahlah hal itu abaikan. Baiklah katakan apa masalahmu?" Tenten bertanya dengan nada yang masih sedikit kesal karena ucapan orang itu sebelumnya.

"Aku bermasalah dengan pacarku. Ia sudah tidak perawan lagi ketika aku mencobanya," Tenten tertawa ketika mendengar masalah yang ia dengar itu. Ia sudah memperkirakannya, pasti client yang seumuran dengannya itu hanya membicarakan soal pacarnya. Buktinya sekarang sudah ada didepan matanya, clietnya langsung tertawa mendengar tawa yang keluar dari mulut Tenten itu.

"Haha.. apa ada yang lucu dengan masalahku?"

Tenten langsung menggeleng mendengar pertanyaan clientnya.

"Tidak. Aku hanya lucu saja kau membicarakan masalah ini hingga menyewaku untuk ini? kau itu terlalu banyak menghabiskan uang anak kelas 1 SMA," Tenten berucap seperti orang dewasa. Clientnya pun tertawa balik mendengar ucapan Tenten yang lumayan bijak itu.

"Kau bilang aku banyak menghabiskan uang? Aku menghabiskan uang hanya untuk bertemu denganmu. Lagipula kenapa harus memakai peraturan menyewamu harus dihotel dan jam kerjamu pukul 22.00 Hal itu kan sangat tidak masuk akal kan?" Tenten tertawa ketika mendengar curahan hati orang didepannya.

"Aku memang sengaja agar terkesan serius dan mahal. Aku melakukan itu agar orang-orang penasaran dan memesanku pada akhirnya, dan buktinya kau juga memesan kan?" clientnya mengangguk mengerti dengan apa yang dijelaskan Tenten padanya.

"Itu sepertinya adalah protes dari dalam hatimu karena terlalu mahal kan untuk menyewaku?"

Klientnya langsung tertawa mendengar ucapan Tenten yang 100% akurat itu.

"Hahaha... Sudah terbaca anak muda."

Tenten menarik napas perlahan.

"Baiklah Sabaku Gaara hal itu kita jangan bahas lagi. Tidak ada lagi masalahnya?" Clientnya yang bernama Gaara itupun mengangguk dan sedikit terkejut dengan ucapan Tenten yang memanggil namanya itu tanpa ia memperkenalkan dirinya sebelumnya. Ia sekarang tau kenapa mahal sekali untuk bertemu dengannya, rupanya ini salah satu kelebihan wanita berambut ungu coklat didepannya.

"Sebelumnya aku minta ijin untuk menatap matamu, jangan berkedip untuk beberapa detik," Gaara mengerti dan mulai menuruti apa yang diperintahkan Tenten padanya. Tenten yang sudah mendapatkan persetujuan dari Gaara pun mulai menatap mata hijau Gaara dengan serius.

"Dari gambaran yang aku lihat ditatapan matamu. Kekasih mu itu bermata shappire dan berambut pirang panjang, ia dikenal sebagai wanita dengan badan bagus disekolahmu. Benar?" Gaara mengangguk membenarkan pertanyaan Tenten. Tenten pun masih menatap mata Gaara, tapi sekarang lebih tambah serius dari sebelumnya.

"Kau boleh berkedip," perintah Tenten lagi. Gaara pun menurut dan berkedip karena ia juga sudah perih dan pedas matanya karena tidak berkedip untuk beberapa saat.

"Maaf lagi," Tenten tiba-tiba menggengam tangan Gaara dan masih menatap matanya. Sekarang ini ia sedang menyamakan arti tatapan mata Gaara itu dengan pikirannya.

"Dipikiranmu itu kau ingin tau siapa pria yang pertama mencobanya kan?"

"Iya aku ingin tau."

Tenten semakin mengeratkan pegangan tangannya pada Gaara dan menutup matanya. Keringat di dahinya mulai terlihat, Gaara yang memperhatikananya awalnya biasa saja, tapi kelamaan tangan Tenten berubah menjadi dingin dan berkeringat. Dipelipis matanya juga keringat sudah bercucur dan tangannya sedikit bergetar. Gaara yang khawatir melihat Tenten seperti itupun , menggoyangkan kedua tangan Tenten yang posisinya sekarang itu menggenggam tangannya. Ketika di goyangkan, Tenten tetap tidak membuka matanya. Gaara tidak habis akal, ia pun mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Tenten padanya, tapi apa? Genggaman Tenten semakin kuat dari sebelumnya. Ketika Gaara mencoba melepaskannya, Tenten malah terisak. Gaara yang semakin khawatirpun berteriak memanggil namanya.

"Hey miss. Ti."

"Hey!"

Tenten tetap tidak membuka matanya, ia malah semakin terisak ketika mendengar suara Gaara. Gaara yang melihat Tenten terisak langsung membenturkan dahinya dengan dahi Tenten dengan keras.

Tes.

Tenten membuka matanya ketika merasa ada yang memukul dahinya.

Tes.

Air matanya jatuh lagi ketangan Gaara.

"Syukurlah kau membuka matamu. Apa yang kau lihat hinggah seperti itu?" Tenten langsung menatap Gaara, baru beberapa detik menatap Gaara ia menangis lagi. Gaara langsung melepaskan genggaman tangannya dengan Tenten dan menggoyang-goyangkan lengan Tenten.

"Hey kau kenapa mis. Ti? Kau membuatku bingung."

"Hikss... Sebaiknya kau putus dengannya," ucap Tenten disela sela tangisannya. Gaara langsung mengerutkan alisnya ketika mendengar ucapan Tenten.

"Kenapa harus seperti itu? Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Hikss... Aku kasihan denganmu Gaara."

"Ada apa memangnya? dan juga berhentilah menangis," Tenten ketika mendengar nada tegas Gaara pun langsung berusaha menghentikan tangis yang keluar dari mulutnya sendiri. Gaara yang melihat Tenten sedang berusaha menghentikan tangisannya pun langsung mengambilkan sapu tangan miliknya dan memberikannya pada Tenten. Tenten pun menerimanya dan kemudian mengusap air mata yang membanjiri pipi mulusnya.

"Apa yang terjadi? Katakanlah dengan pelan," Tenten pun mengangguk.

"Ia berpacaran denganmu karena kau mempunyai teman akrab yang lebih tampan darimu. Ketika kau jauh darinya, pacarmu itu bermain dengan teman akrabmu itu dan alasan kenapa aku menangis tadi adalah karena aku melihat pacar dan teman mu itu sedang bermain seks dibelakang tanpa ada perasaan bersalah sama sekali dengan mu Gaara."

Gaara tertawa mendengar penjelasan Tenten yang menurutnya itu tidak masuk akal. Tenten yang tidak suka ditertawakan seperti itupun tertawa balik, tawa yang keluar dari mulutnya itu adalah tawa meremehkan dan tawa kasihan.

"Hahaha.. Aku tau kau tidak percaya dengan ucapanku, tapi 98.5% ramalan ku itu benar, jika ramalan ku salah sudah pasti aku tidak akan tepat menggambarkan masalah serta pacarmu itu Tuan Sabaku Gaara," ucapan telak yang keluar dari mulut Tenten itu langsung membuat pemuda yang seumuran dengannya itu terdiam sejenak dan berfikir.

Ting.

Handphone Tenten berbunyi, 1 pesan baru dari kekasihnya.

'Sedang dimana? Jika masih diluar aku akan menjemputmu'

Tenten tersenyum bahagia membaca pesan dari kekasihnya.

'Iya aku masih diluar. Ingin benar-benar menjemputku?' itu balasan pesan Tenten untuk kekasihnya.

"Bagaimana?" Tenten bertanya memastikan orang didepannya itu percaya dengan ramalannya.

"Aku tetap tidak percaya." Tenten langsung mengeluarkan cengiran khas miliknya.

"Baiklah. Kalau tidak percaya juga tidak apa-apa, aku hanya meramal dan menyarankan saja oke!"

Drrt..

1 pesan masuk.

'Dimana?' itu pesan dari kekasihnya. Tenten hanya membacanya sekilas, tidak membalasnya.

"Lagipula, waktu kita sudah habis. Arigato Gozaimasu sudah mencoba layananku, mohon maaf jika pelayanan ku tidak membuatmu nyaman. Jika kau tidak keberatan, bisakah kita berfoto bersama dulu?"

Gaara yang mengerti rules itu pun mengangguk mengerti.

"Aku akan post di instagramku. Wajahmu aku harus sensor kan?" Tenten pun mengangguk tersenyum menjawab pertanyaan Gaara. Gaara yang baru 1 jam dekat dengan Tenten inipun tiba-tiba merasa senyuman gadis didepannya itu sangatlah manis.

Plak.

Tenten menepuk jidat Gaara dengan kencang tanpa ragu, ia tau apa yang ada dipikiran Gaara. Sedangkan Gaara yang sedang memikirkan soal itupun hilang dengan cepat.

"Jangan punya perasaan apapun padaku. Aku hanya partner kerjamu okay?!" ucapan Tenten sukses membuat Gaara tertawa.

"Haha.. Dasar peramal, jika terus didekat mu, pikiranku semua akan terbaca terus."

"Hahaha.. Makanya jika sedang denganku jangan mencoba berfikir apapun, walaupun itu hanya pikiran yang melintas ya," Gaara tertawa lagi mendengar ucapan Tenten yang benar itu.

"Haha.. Iya.. iya.. Ayo cepat kita berfoto," ajak Gaara. Tenten pun mengangguk dan langsung pindah posisi di samping Gaara. Gaara yang melihat sikap Tenten itu hanya tertawa.

"Baiklah, 1.. 2.. 3.."

Klik.

1 foto mereka pun jadi.

"Mana aku lihat," ucap Tenten. Gaara pun memberikannya.

"Ini," Tenten langsung tertawa melihat fotonya yang ia buat sedikit terkesan imut itu. Padahal berbeda sekalih dengan sifat dan kelakuannya yang menurut dirinya itu tidak imut. Padahal kalau pria yang melihatnya pasti akan berfikiran ia imut, itu adalah salah satu alasan yang membuat kekasihnya itu sangat mencintainya.

"Aku akan post sekarang," Gaara mulai mengedit fotonya dengan Tenten, setelah di edit ia langsung mengunggahnya diakun instagram miliknya itu setelah selesai diedit.

'Malam yang menyenangkan Miss_tii'

Itu adalah postingan Gaara untuk akun fake milik Tenten.

1 notifikasi muncul di handphone Tenten.

' sabaku_sg menandai photo anda'.

Tenten yang melihat postingan Gaara langsung merepostnya.

'Arigato gozaimasu' Itu postingan ulang dari akun fake milik Tenten.

Ting.

1 pesan masuk. Itu balasan pesan dari kekasihnya.

'Dimana? aku akan menjemput sekarang. Aku sudah membawa pesanan yang ibumu inginkan'

Tenten tersenyum lagi melihat balasan pesan dari kekasihnya itu.

'Aku ada di depan toko ramyun dekat sekolah. Aku tunggu :)'

Itu balasan dari Tenten. Gaara yang melihat Tenten tersenyum membalas pesan itupun terkekeh.

"Ayo kita keluar," ajak Gaara. Ia berjalan duluan pergi meninggalkan Tenten, Tenten yang sadar ditinggalpun langsung buru-buru lari dari kasur hotel ini tapi kemudia ia masuk lagi kedalam. Ia menuju kamar mandi. Setelah 5 menit, ia berlari dari kamar mandi menuju ke arah Gaara.

"Kenapa?"

"Aku mencuci muka dulu agar tidak terlihat sembab."

"Oh begitu. Yasudah, mana nomor rekening mu? aku ingin transfer sekarang," ucap Gaara sebelum benar-benar keluar dari hotel ini.

Tenten langsung menunjukannya tanpa ragu.

"Aku memberikan lebih 500.000 untukmu. Kau orang yang lumayan asik menurutku," ucapan Gaara yang jujur itu langsung dibalas oleh senyuman Tenten. Ia tersentum karena untuk kesekian kalinya pasti ada yang akan memberikan uang tip lebih bagi jasanya itu dan bisa membayar tagihan rumah sakit semuanya tanpa tunggakan.

2 pesan masuk dari bank miliknya.

"Sudah masuk. Aku cukup senang bekerja sama denganmu."

"Aku juga sama miss ti."

Sebelum benar-benar masuk lift, Tenten memakai masker dan hodienya lagi. Ia berjalan keluar duluan, Gaara yang melihat Tenten berjalan duluan pun mengikutinya dari belakang.

Mereka sekarang sudah berada di dalam lift, didalam lift ini hanya mereka berdua. Mereka juga tidak ada yang memulai pembicaraan sedikitpun, hanya hening yang ada diantara mereka.

Thing.

Akhirnya mereka berdua sampai di lantai 1 hotel ini.

"Kita berpisah disini. Bye," Tenten menepuk tangan Gaara sekilas dan berlari meninggalkan Gaara sambil melambaikan tangannya. Gaara pun balik melambaikan tangan ke arah Tenten.

TBC

...

NEXT CHAP..

"Sakura apa benar kau menyukainya?"

"Iya aku menyukainya."

...

"Kau tau masalah ini kan Shikamaru?"

"Masalah apa?"

"Masalah Gaara, dan kekasihnya. Kau sendiri yang melihat pacar Gaara dan teman mu yang bernama Sasuke itu melakukan seks ketika di toilet pria. Kenapa kau diam saja?"

...

"Kenapa kau mencium Sakura Kakasih-sensei?! Kau tidak menghargaiku!"

...