WARNING : DON'T LIKE DON'T READ, AUTHOR NEWBIE, MEMBOSANKAN, ALUR LAMBAT, YUNJAE PAIR, NO BASH, NO PLAGIAT (kaya bakal ada yg mau plagiatin aja (' 3 ')),GS FOR UKE,TYPO BERTEBARAN, NC, CERITA PASARAN

Cerita ini murni punya saya, kalau ada kemiripan dalam hal apapun, itu ketidaksengajaan –bow- saya author newbie jadi maklum kalo berantakan khe~ Cuma ingin meramaikan lapak yunjae yang mulai sepi. Jangan sampai pair legend kita satu ini punah yosh~ (ikat bandana, mata berapi ala Rock Lee) So…hope you like it

Joongiekitty presents

Enjoy~

Prolog

Matahari bersinar redup, angin muism gugur yang dingin menerbangkan helaian daun maple kecoklatan yang menjadi cirri khas kota kelahirannya ini membuat si lelaki yang berdiri sambil memasukkan tangan ke dalam saku jaket yang ia kenakan tersenyum tipis.

Merekam apa yang kini ia lihat agar suatu saat ketika ia merindukan tempat ini ia dapat memutar kembali semua kenangan indah disini, di tempat ini. Karena kurang dari dua jam ia akan meninggalkan kota tempat ia dilahirkan sekaligus dibesarkan, Kanada. Menatap daun yang berguguran di bawah kakinya membuatnya teringat akan kenangan kelam diantara kisah-kisah bahagianya di Negara ini. Ibunya , wanita hebat yang beberapa bulan lalu harus kembali ke sisi Tuhan.

Menghela nafas, otaknya secara otomatis menggali ingatan tentang sosok tercintanya yang berjuang selama hampir enam tahun dalam rasa sakit yang mendalam. Kanker. Satu kata menakutkan dalam sejarah hidupnya. Satu kata , yang merenggut orang terkasihnya. Namun ia senang, karena akhirnya setelah sekian lama berada dalam ketidakpastian, ibunya dapat tidur dengan tenang. Ia bersyukur Tuhan meringankan beban ibunya.

" Yunho, lebih baik kita masuk ke dalam. Papa sudah mengurus semuanya, kau yakin tidak ada yang tertinggal ?" seorang pria paruh baya dengan tinggi menjulang menghampirinya, tinggi yang diturunkan kepadanya. Jung Il Woo menatap putranya yang hanya diam sambil memperhatikannya mengecek barang bawaan mereka yang berupa dua tas punggung sedang, meneliti apakah barang pokok mereka seperti dompet, passport bahkan handphone ada pada tempatnya, koper- koper besar mereka telah dikirim dengan pesawat kargo dua hari sebelumnya.

" Ya papa, dan aku sudah mengecek tas kita" Il Woo menatap Yunho dengan alis terangkat "dua kali" tambabahnya, membuahkan kekehan kecil keluar dari mulut Il Woo.

"Good boy" balasnya mengacak helaian rambut dark brown Yunho, warna rambut ibunya.

Mengedarkan pandang sekali lagi, yunho tersenyum tipis dan berbalik melangkah mantap menuju Departure Gate yang akan membawanya menuju Negara kelahiran sang ayah, Korea Selatan. Meninggalkan kenangan tentang ibunya, Sabina Mushtaevich wanita asli Rusia yang dipertemukan dengan ayah yunho oleh takdir. Wanita cantik berambut coklat dengan warna mata yang sama.

Memasuki pesawat yunho duduk tenang di kursinya. Pesawat telah lepas landas, meninggalkan daratan benua amerika. Yunho memasang earphone di telinganya, menatap gumpalan awan yang terlihat bagai buntalan kapas, mengabaikan ayahnya yang berbincang akrab dengan orang di seberang kursi mereka.

korea, tidak buruk juga

Memejamkan mata, menyambut kantuk. Tanpa menyadari bahwa sebuh takdir menantinya di negeri ginseng itu, benang merah terikat di kelingkingnya, benang merah yang akan membawanya pada sebuah kisah yang entah akan menjadi indah atau sebaliknya, namun satu yang pasti, apapun itu Yunho tidak akan menyesalinya.

.

.

.

"Astaga mommy, kenapa tidak membangunkanku ?"

Gadis tinggi bertubuh indah dengan rambut yang diikat ponytail menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Mommy sudah membangunkanmu anak nakal. Tidurmu saja yang keterlaluan"

Kim Tae Hee, wanita cantik di usianya yang lebih dari 40 tahun menatap geli pada putrinya. Memberengut Jaejooong menyambar roti panggang diatas meja , mencium pipi ibunya lalu memacu langkah keluar rumah. Sial, sekolahnya dimulai 10 menit lagi dan ia masih menggenjot sepedanya sekuat tenaga dengan roti dimulut. Double shit.

Kim Jaejoong, gadis cantik dengan kulit putih susu nyaris pucat, rambut hitam legam dan bibir semerah darah. Amat cantik. Dengan lekuk tubuh yang mulai terlihat diusianya yang ke 17. Begitu ranum, menggoda tatapan setiap lelaki. Menumpukan badan pada pedal sepedanya Jaejoong mencoba mengayuh lebih kuat. Sialan ia dan taruhan bodohnya dengan yoochun.

Berangkat dengan sepeda, yoochun pabbo akan kusebarkan foto mesumnya kekeke~

Batinnya tertawa nista, namun sekejab matanya membelalak menatap gerbang kokoh sekolahnya yang hampir tertutup. Well, secara otomatis gerbang itu memang akan tertutup jika waktu menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Layaknya pembalap dalam film yang selalu ditonton Changmin sepupunya jaejoong berhasil masuk saat detik-detik terakhir, mengundang senyum geli beberapa siswa yang melihat tingkah ajaibnya.

" Ahjussi selamat pagi, aku masih mempertahankan rekorku dengan tidak terlambat kan" menyapa satpam gendut yang ramah sambil memarkirkan sepedanya di belakang pos satpam. Menghadirkan tawa khas pria yang lumayan akrab dengannya itu.

"Benar sekali manis, rekormu tak terpecahkan. Tapi apa kau beniat membolos seharian hmm ?" alis jaejoong mengkerut manatap pria yang menatapnya dengan sorot jenaka.

"Ahjussi apa yang kau bicarakan?"

Tawa pria itupun meledak "Kau sekolah tapi mana tasmu Jaejoongie ?"

"Aigo ! " tersentak kaget, mata Jaejoong membelalak lucu dengan kedua tangan menutup mulutnya, membuat si pria tambun akhirnya melepaskan tawa. Jaejoong menatap punggungnya yang biasanya membawa tas hitam dengan gambar gajah, namun kini kosong.

"Ahjussi jangan tertawa, bagaimana ini?" dengan mata berkaca-kaca Jaejoong menatap satpam yang sudah bekerja bertahun-tahun di sekolahnya ini.

Menghentikan tawa, satpam itu menatap mata jernih Jaejoong. Belum sempat mengeluarkan suara, terdengar suara lain memanggil nama gadis yang masih berdiri dengan mata berkaca-kaca dan bibir mencebil itu.

"Joongie..sayang kau melupakan tasmu" menatap geli pada Jaejoong yang berjalan kearahnya sambil menghapus lelehan air mata. Well, Tae Hee sudah mengamati putrinya itu sejak berbincang-bincang dengan satpam.

"mommy…love you" Jaejoong menunjukkan cengiran yang membuat wajahnya terlihat lucu karena matanya masih merah bekas air mata. Senang mendapati ibunya ada di depan gerbang dengan tas ditangannya.

"Hahaha…mommy juga mencintaimu aegya. Cepatlah masuk" menyerahkan tas Jaejoong dari balik gerbang,Tae Hee tersenyum manis disambut anggukan Jaejoong.

Berlari menuju lantai tiga dimana kelasnya berada Jaejoong mengendap-endap di koridor yang telah sepi. Setelah sampai di depan kelasnya, Jaejoong mengintip suasana dalam kelasnya lewat jendela kecil yang ada di pintu geser. Menghembuskan nafas lega, dengan senyum terkembang Jaejoong memasuki ruang kelasnya dan menjatuhkan diri dikursinya.

"Kau terlambat Jaejoongie" Yonghwa, salah seorang temannya menyapa

"itu semua gara-gara jidat lebar" Jaejoong mengerucutkan bibirnya menunjuk Yoochun "aku kalah taruhan Yonghwa…dan si jidat membuatku ke sekolah naik sepeda" memelas menatap kawan-kawannya yang lain.

"Aigo, jahat sekali kau pada Joongie kami Park Yoochun" Yoochun yang disebut-sebut hanya mengeluarkan tawa geli, sudah biasa dengan Jaejoong yang suka merengek pada siapapun yang dekat dengannya.

Belum sempat Yoochun membalas dengan kalimat yang akan membuat celotehan mereka makin seru, guru mereka Miss Yuri sudah memasuki kelas.

Duduk dengan baik, Jaejoong beralih menatap jendela besar disamping tempat duduknya. Menatap langit cerah dengan awan-awan putih besar. Sebuah pesawat terlihat melintas, membuat Jaejoong ber-wah pelan. Menatap pesawat itu hingga hilang dari pandangan Jaejoong lalu mnegelihkan perhatiannya ke muka kelas.

Sebelah tangannya memangku dagu,

Pesawat itu dari mana dan terbang kemana ya?

Jaejoong penasaran sendiri. Membuat benang merah kasat mata di kelingkingnya menebal, menguat, mendekatkannya pada suatu kisah dengan rahasia-rahasia tak terduga. Sebuah ruang dengan jutaan pintu, yang harus ia buka untuk melihat cerita-cerita yang digoreskan tangan Tuhan, hanya untuknya.

Takdir yang akan mengatur semuanya.

Apa kau siap ?

TBC

Bagaimana ? haruskah saya lanjut ?