Chapter 1
Taste The Feeling
Rated T
Genre Romance,school life,humor
TaeYu slight!TaeTen
Warn: BL, OOC,typo,non-EYD
Enjoy!
.
.
.
" Namaku Nakamoto Yuta, aku berasal dari Jepang. Mohon bantuannya semua" Yuta menundukkan kepala nya lalu tersenyum manis kepada teman temannya, berharap teman-temannya akan menerima dirinya yang merupakan orang asing.
"terimakasih yuta,baiklah selanjutnya" kim saem –wali kelas Yuta- menunjuk orang yang berada dibelakang Yuta.
"namaku Lee Taeyong,aku berasal dari seoul" ucapnya dingin dan berkharisma dimata Yuta. Ahhh, Yuta suka kelas ini. Kelas ini tentram,damai dan nyaman. Lihat saja temannya, mereka semua terlihat seperti orang baik dan Yuta yakin mereka akan menerima Yuta.
Benar saja, sehari disana Yuta sudah punya teman yang cukup akrab dengannya. Namanya Minki, orang yang yuta ragukan gendernya . ' mukanya sangat cantik,namun di kartu pelajar ialah seorang lelaki,terlebih ia memakai celana. Tch dasar penipu!' yuta tak tahan untuk mengumpat,walau hanya dalam hati sih. Yuta tak berani bilang langsung, Minki sepertinya orang yang berbahaya. Yuta takut diamuk,sungguh.
" Yuta ,kau tau tidak?"
"kau belum memberitahu ku,bagaimana aku akan tau?" Yuta hanya menatap malas pada temannya,yang sedang mengerucutkan bibirnya kesal.
"aish ,kau tidak asik" Minki langsung cemberut mendengar ucap Yuta.
"iya, iya, ada apa minki?" Yuta berusaha untuk menunjukkan raut penasarannya pada Minki. Yuta itu malas untuk bermain tebak-tebakkan, dia buruk dalam hal itu, jadi lebih baik to the point saja.
Mendelik sebentar, Minki membalas " katanya kelas kita akan ditambah loh-"
"lalu?"
"aish Yuta,dengarkan aku dulu!" Yuta langsung mengangguk mendengar minki mulai menaikkan suaranya.
" jadi, beberapa murid akan diambil perkelasnya untuk mengisi kelas tersebut"
"ahh,jadi siapa saja yang akan diambil?"
"entahlah, katanya setelah makan siang ,kertas akan ditempelkan di depan kelas,apabila tidak ada nama mu dalam kertas tersebut berarti kau berada dikelas yang baru" Minki menjelaskan itu pada Yuta yang hanya menganggukkan kepalanya. Yuta setidaknya yakin bukan ia yang akan pindah kelas. Ya benar,bukan Yuta yang akan pindah!
Mereka mulai untuk makan siang bersama. Di kantin seluruh anak membicarakan tentang 'kelas baru' yang membuat Yuta yakin dengan Keyakinan –harapannya- bukan ia yang akan pindah.
Setelah makan siang,mereka mulai melihat depan kelas masing-masing. Begitu pun Yuta, ia hendak melihat lembaran kertas yang terpampang di depan ruang kelas mereka. Namun—
"Yuta, bersabarlah. Semoga sukses dengan kelas mu yang baru. Minki ini akan selalu mendukungmu"
-ternyata ia yang pindah kelas. Duh, Yuta jadi ingin menangis rasanya. Keyakinannya tadi lenyap sudahh. Kini, ia hanya memandang minki yang memasang wajah –sok- sedihnya.
.
.
.
Dikelasnya yang baru Yuta sungguh tak mengenal siapapun,apa hanya ia dari kelasnya yang dipindahkan kesini? Masa bodoh, Yuta sedang kesal. Ia kemudian duduk asal-asalan melihat orang yang sedang bersosialisasi dan beradaptasi dengan kelas baru. Yuta bukannya tak mau beradaptasi apalagi bersosialisasi, Yuta malas melakukan hal itu dua kali dalam sehari , 'menyebalkan' pikirnya.
Tak lama, seorang laki-laki berwajah manis duduk disamping Yuta. Yuta yang melihat hal itu hanya tersenyum kecil kepada laki-laki tersebut.
"permisi, aku boleh duduk disini,kan?" Tanya laki-laki itu dengan aksen korea yang tak terlalu bagus.
"tentu saja" Yuta tentu mengizinkan orang itu duduk disebelahnya, mau nolak juga malas,untung-untung biar ada teman. Eh tunggu, aksen korea nya buruk?
"namaku e, semoga kita dapat berteman baik"
"namaku Yuta. Ehm Ten, apa kau bukan orang Korea?" Tanya Yuta basa-basi, Yuta yakin sebenarnya bahwa Ten bukan orang Korea, tapi Yuta takut salah, keyakinan nya tadi saja tidak terbukti. Tuh kan, Yuta jadi kesal lagi.
"Aku orang Thailand, maaf jika bahasa Korea ku sangat buruk" ucap Ten sambil menggaruk tengkuknya.
"Tak apa, aku juga bukan orang Korea. Aku berasal dari Jepang" Huh, akhirnya Yuta mendapat teman yang senasib dengannya.
"haha, ternyata kita sama-sama orang perantauan. Kita pasti akan cocok" ucap Ten sambil tertawa. Yuta yang mendengar itu hanya mengangguk sambil terkekeh pelan. Ten benar, mereka pasti cocok.
Tak lama kemudian, seorang pria berperawakan tegap masuk ke kelas mereka sambil membawa beberapa berkas.
"perkenalkan, saya kim jae won. Kalian bisa memanggil Kim saem. Karena kita baru pertama kali bertemu,ayo kita berkenalan dimulai dari kau" tunjuk Kim saem pada seseorang dibarisan paling depan pojok kanan. Sementara itu, di saat giliran Yuta, ia memutar bola matanya dan memulai perkenalannya –lagi-
Setelah memperkenalkan diri, Kim saem memutuskan untuk memilih ketua kelas.
"jadi ada yang ingin jadi ketua kelas?" kim saem bertanya namun, beberapa menit kemudian ia menghela nafas mengetahui tak satupun murid nya ingin jadi ketua kelas.
"baiklah jika tidak ada yang ingin, aku akan memilih sendiri" Kim saem mulai mencari murid yang –menurutnya- berkompeten.
"kau, apa kau keberatan menjadi ketua kelas?" tunjuknya pada seseorang murid yang menatapnya dengan wajah yang agak terkejut. Sang murid hendak protes namun, belum sempat menyuarakan protesnya, seluruh murid yang ada dikelas langsung mengadakan acara mari-tepuk-tangan-bersama dan karena itu resmilah sang murid menjadi ketua kelas mereka.
"baiklah hm Taeyong –Kim saem membaca nametagnya-"mulai hari ini kau resmi menjadi ketua kelas, sebagai tugas pertama, besok tolong kumpulkan semua angket teman-temanmu" taeyong mengangguk malas dengan wajah datarnya.
"hari ini silahkan kalian berkenalan dengan sekolah, saya harap kalian betah di sekolah ini"
Disaat para murid sedang heboh membicarakan ini-itu, Yuta melamun 'Taeyong?' yuta pernah mendengar nama itu, dan wajah dinginnya, tapi Yuta tak ingat. Duh terkutuklah ingatan jangka –sangat- pendek Yuta.
.
.
.
.
Pagi harinya, Yuta berniat memberikan angketnya pada ketua kelas. Daripada ia lupa, dan di marahi sang ketua yang dingin tapi ganteng itu-eh?
"taehyung,ini angket ku" ucap Yuta santai sambil memasang senyum manisnya. Dahi sang ketua kelas langsung mengernyit. Jika saja tak ada yang mengganggu pikirannya, mungkin ia akan terpesona oleh senyuman Yuta.
"eh taehyung,ini angketnya, kenapa kau malah menatapku seperti itu?!" Yuta mulai kesal, ia tak suka dianggurin. Ia bukan jemuran.
Sang ketua kelas 'Taeyong' yang melihat Yuta seperti itu mulai merasa kesal juga. Enak saja ganti nama padahal sudah syukuran mewah. Dengan wajah yang datar, taeyong menarik angket ditangan Yuta dengan paksa . yang tentu saja mendapat tatapan marah dari sang empunya. Setelah mendapat angket Yuta, Taeyong langsung membacanya.
"dengar Nakamoto-san,aku tau kau orang luar. Tapi maaf, namaku Taeyong bukan Taehyung" ucap Taeyong sabar , berusaha maklum setelah mengetahui Yuta bukan berasal dari Korea. Yuta melihat Taeyong dengan sinis, menganggap taeyong mengejeknya.
" Aku tak peduli,mau namamu Taeyong,Taeyang,taecyeon,ataupun taeyeon. Aku tak peduli" peduli apa? Yuta sudah sakit hati . ia kemudian pergi meninggalkan Taeyong yang menatapnya dengan tatapan menyayat ulu hati sampai nyeri.
.
.
.
.
Hari demi hari berlalu, Kelas yang Yuta tempati tentu saja sudah memulai kegiatan belajar yang normal. Demikian dengan sosialisasi antar murid, mereka semua sudah saling mengenal dan terlihat sangat sangat kompak. Karena itu kelas tersebut menjadi nyaman, aman dan te-
Prangggggg!
-nang.
"enyahlah kau Lee Taeyong" suara Yuta bergema didalam kelas tersebut.
Semenjak insiden 'salah nama' Yuta selalu sensitive soal Taeyong,begitu pula sebaliknya. Omong-omong, suara tadi berasal dari vas bunga yang pecah. Yuta berniat melempar buku pada Taeyong yang tengah bersinis ria dengannya,namun salah sasaran yang malah mengenai vas bunga dimeja guru.
Tiap harinya ada saja kerugian material yang membuat sang bendahara kelas mengurut dada dan berniat l uang kas khusus untuk mereka berdua. Ada pula kerugian fisik –beberapa dari mereka mendadak punya penyakit pada telinga,jantung,dan hati-eh?-. pertengkaran dari mereka berawal dari Taeyong yang melempar tatapan sinis pada Yuta, dan Yuta yang terlalu menyambut itu dengan baik. Contohnya saja saat Yuta yang mendapat soal dari Kim saem – guru sejarah mereka- dan ia menjawab benar dan mendapat pujian dari seluruh kelas , kecuali tentu saja Taeyong yang menatap Yuta seolah ia adalah makhluk menjijikan di muka bumi, Yuta tak terima.
"taeyong-ah aku tau aku sangat pintar dan kau iri akan hal itu,tapi jangan tatap aku seperti itu, perasaan iri mu padaku jadi sangat kentara" ucap Yuta sarkastik yang membuat Taeyong menatap nya dengan pandangan tak percaya 'anak ini cari perkara rupanya'
"ah iya, aku sangat iri padamu. Aku iri bagaimana bisa orang yang sebodoh diri mu bisa mendapat kepercayaan diri seperti itu? Kurasa aku tak bisa seburuk itu" Taeyong membalas perkataan Yuta tak kalah sarkastik, yang membuat seluruh teman sekelasnya langsung mendapat perasaan tak enak 'ini buruk' teman –temannya menghidupkan alarm bahaya otomatis diotaknya.
"kalau aku bodoh bagaimana bisa aku menjawab soal tadi?!" yuta menjadi emosi dibuatnya.
"Yuta jangan sombong. Aku rasa nenek di panti jompo bisa lebih baik dari itu" ucap Taeyong tersenyum remeh didepan Yuta.
Ctik!
Urat kesabaran Yuta putus jadilah mereka perdebatan diantara mereka. Aura kelam langsung menyelimuti kelas seketika , teman-teman mereka langsung ambil jarak aman,tak mau cari mati. Bisa saja Yuta melampiaskan kemarahannya pada barang disekitarnya untuk melempar Taeyong, dan sayangnya Yuta bukan tokoh anime yang berambut hijau lumut yang terkenal itu, tembakannya tak akurat, salah salah mereka malah jadi korban.
.
.
.
.
"Yuta kenapa kau selalu berkelahi dengan Taeyong?" itu Ten yang kini sudah menjadi 'sahabat' Yuta bertanya tiba-tiba. Yuta heran biasa Ten tak pernah menanyakan hal ini.
"dia itu menyebalkan Ten, lihat saja tatapan sinis itu membuatku ingin mengumpankan nya pada para titan" Ten hanya memandang Yuta dengan pandangan mirisnya 'sepertinya kebenciannya sudah mendarah daging' pikir Ten sambil tersenyum pahit.
" menurutku Taeyong itu orang baik yuta, coba saja kau dekat dengannya dengan cara yang normal, dia adalah orang yang pantas kau jadikan seorang yang special" jelas Ten yang membuat Yuta mengernyit.
"baik darimana?! Dulu aku mendekatinya dengan normal tapi lihat, dia malah seperti itu. Eh tunggu sebentar, sejak kapan kau membela Taeyong seperti ini?" Ten yang mendapat pernyataan itu hanya terkekeh pelan.
"sejak aku menjadi kekasihnya" ucap Ten santai tak menanggapi wajah keterkejutan sang sahabat.
Hah? Ten dan Taeyong berpacaran? Kok Yuta baru tau? Namun disegala itu ada suatu perasaan yang Yuta herankan. Dia merasa risih dan tak nyaman dengan segala perasaan yang menyelinap tiba-tiba dihatinya akibat mendengar pernyataan dari Ten. Perasaaan macam apa ini? Terlebih perasaan ini- untuk siapa?
.
.
.
TBC
A/N
Hara lagi pengen buat ff Taeyu, lagi terserang virus NCT :3, bias hara sendiri di NCT itu Yuta sih, tapi entah kenapa hara suka banget bikin bias hara ngenes/ditimpuk.
Ff ini sendiri hara buat karena terinspirasi dari orang-orang disekitar hara dan –uhuk-pengalaman-uhuk-sendiri.
Makasih buat temen hara yang udah dukung hara buat ff ini, makasih yah udah ngehina hara terus ehm –namasensor-
Sekali lagi hara juga masih belajar, mohon kritik dan sarannya,maaf kalau ada kesalahan disetiap kata di ff Hara,makasih juga yang udah review di ff hara sebelumnya.
Review juseyo*bbuing*/muntah
