There's No Regret in My LIfe –

Sequel of "There's No Next Time"

Disclaimer "Naruto": Masashi Kishimoto

This story: KyuuRiu

Pair: SasuNaru (main)

ItaKyuu (like an usual enemy with their 'own secret')

ItaDei (Dei disini cewek)

Rated: T++

Part 1: Find Them

Warning: geje, abal, typo, mis-typo, jelek, bahasa amburadul, pokoknya gak banget

.

.

"Berhentilah mondar-mandir. Kau membuatku pusing." Seorang wanita berambut pirang panjang memijat pelipisnya. Sudah hampir satu jam mata birunya disuguhi pemandangan seorang pria yang sedang mondar-mandir sambil melihat layar i-phone di tangan kirinya.

"Kau tahu Dei. Ini sudah lebih dari satu minggu setelah Baka Otouto meninggalkan rumah. Tanpa uang dan sedikitpun bekal kecuali pakaian yang ia kenakan serta Volvo hitam kesayangannya itu. Aku heran kenapa Otouto bisa kecantol si rambut pirang sialan itu!"

'twich'

"Maksudku, dia mengambil semua uang yang ada di rekeningnya, membuang Volvo kesayangannya dan pergi entah kemana dengan si Uzumaki!" Ralat si pria berkeriput halus sambil mendudukkan dirinya di samping sang istri.

"Apa sih yang menarik dari si pirang bodoh itu? Kurasa ti –" pria bernama Uchiha Itachi itu memotong ucapannya sendiri. Ia menyadari sesuatu.

'twichh'

"D – Dei.. Maksudku bukan dirimu." Senyum di bibir sang suami terlihat sangat memuakkan di mata Deidara.

"Aku pirang. Aku bodoh ya? Aku sialan?" Deidara menggerutu kesal. Bagaimanapun juga, Deidara berambut pirang, dan perkataan si sulung Uchiha tadi sukses membuatnya tersinggung.

"Bu – bukan begitu. Ehem.. kau ini… " lengan putih susu Itachi merangkul pundak istrinya, " – sesuatu banget." Bisiknya dengan nada nakal.

Tepatnya sepuluh hari yang lalu, Uchiha Sasuke –adik dari Itachi- telah mengacaukan pesta pertunangannya dengan seorang gadis bernama Haruno Sakura.

Dengan penuh rasa percaya diri, Sasuke mengungkapkan perasaan sukanya kepada seorang pemuda bermata sapphire yang sering dipanggilnya 'Dobe'. Dan setelah kejadian itu, dia langsung mengajak si Dobe –Uzumaki Naruto- pergi meninggalkan tempat pesta. Sampai sekarang mereka belum kembali.

Itachi tidak bisa melacak keberadaan adiknya karena Volvo yang dibawanya pergi ditemukannya di tempat pembuangan mobil bekas pada keesokan harinya, lengkap dengan ponsel Naruto dan Sasuke di dalamnya. Uang yang ada di beberapa rekening sang Otouto pun ludes malam itu juga. Sasuke benar-benar memiliki otak yang jenius.

Berdasar kesepakatan antara keluarga Uchiha dan Uzumaki, mereka akan bekerja sama untuk menemukan Sasuke dan Naruto. Setelah mereka menemukan kedua bocah pengacau itu, keluarga Uzumaki akan langsung pindah ke Prancis, tempat putra sulung keluarga Uzumaki tinggal.

.

.

"Bangunlah Dobe.. Kau mau tidur sampai jam berapa?" belaian penuh kasih menemani sebuah suara baritone merdu yang berbisik di telingaku.

"Ummhhh…" aku mengeliat dan menenggelamkan wajahku di dada bidang Teme. Rasanya sangat nyaman berada di dekapannya seperti ini. Tubuhnya yang tanpa busana itu... terasa hangat dan menenangkan.

"Hn." Teme mendengus kesal.

"Uzumaki Naruto. Kalau kau tidak mau bangun, aku a –"

"Aku bangun Teme…" gumamku pelan. Sebenarnya aku sudah bangun sejak setengah jam yang lalu. Hanya saja aku tidak mau kehilangan saat-saat seperti ini. Aku ingin selalu ada di dekapan si bungsu Uchiha.

Kami berdua terdiam. Aku masih menenggelamkan kepalaku di dada bidang 'Suke. Sedangkan ia masih membiarkan lengan kirinya kugunakan sebagai bantal dan lengan kanannya memeluk erat pinggangku.

"Nee Teme."

"Hn?"

"Apa namaku masih 'Uzumaki' Naruto?" kudongakkan kepalaku, menatap onyx menawannya yang menunjukkan sedikit keterkejutan.

" – dan apa namamu masih 'Uchiha' Sasuke?" entah mengapa pertanyaan ini selalu terngiang di kepalaku, dan aku selalu ingin mengetahui jawabannya.

Sasuke terdiam. Entah karena ia tidak ingin menjawabnya, atau karena tidak bisa menjawabnya… yang jelas saat ini pelukan di pinggangku terasa semakin erat. Aku tahu maksud Sasuke melakukan ini. Dia ingin menenangkan perasaanku yang gelisah.

Sekarang ini kami tinggal di apartemen kecil untuk kalangan menengah di pinggiran Kota Konoha, sekitar 50 km dari rumahku. Sasuke bilang, tempat ini cukup aman. Yahh.. Teme memang tidak memberitahukan alasannya kepadaku sih..

"Otak Dobemu tidak akan bisa mencerna perkataanku." Katanya saat aku menanyakan alasan dia memilih tempat ini.

Buatku, jika Sasuke bilang tempat ini aman, maka tempat ini benar-benar aman. Yang jelas aku percaya pada Sasuke. Asalkan ada dia di sampingku, aku akan baik-baik saja. Asalkan kami tetap bersama, tidak ada yang tidak bisa kami lakukan.

.

"Baunya enak.." kurasakan pinggangku dipeluk dari belakang, Sasuke juga menitipkan dagunya di pundak kananku. Teme benar-benar hobi mengganguku. Sekalipun aku sedang memasak di dapur seperti sekarang ini, dia tetap saja menggodaku.

Aku mengacuhkan komentarnya. Kulanjutkan aksiku mengaduk sepanci penuh makanan kesukaan Temeku.

"Kurasa makanan itu tidak akan seenak yang ini."

'dhegggg!'

Sasuke menjilat pipiku. Ya ampuuunn… Si ayam ini benar-benar cari mati ya? Sial!

"Berhenti Teme. Atau aku tidak akan memberimu sup tomat ini." Ancamku sambil menahan rona di pipiku. Kekasihku mendengus pelan. Ia tahu betul bahwa aku tidak akan tega melakukan hal nista itu kepadanya, tapi toh ia berhenti menggodaku. Kurasakan lengan alabaster itu lepas dari pinggangku.

"Apa masih sakit?" Teme memegang bagian belakangku. Dasar mesum!

Aku menghela nafas dan mematikan kompor di hadapanku. Sup tomat yang ku buat sudah matang. Aku berjalan sedikit tertatih menuju kulkas yang hanya berjarak sekitar tujuh langkah dari tempatku berdiri.

'Sial!' batinku. Rasanya memang masih 'sedikit' sakit. Tapi kan dia tidak harus bertanya seperti itu! Aku sangat sensitif kalau dia membicarakan hal seperti ini.

"Hn. Jangan acuhkan pertanyaanku." Ucap Sasuke datar. Baru saja aku ingin meraih pegangan kulkas, sesuatu yang kuat sudah menarikku dan membuat kakiku tidak bisa menyentuh lantai.

"Kau manis Dobe. Aku menyukaimu. Lebih dari apapun di dunia ini…" bisik Teme pelan. Dia menggendongku ala bridal style. Onyxnya yang tajam terlihat teduh dan menenangkan di mataku. Pipiku merona.

"Tuggulah disini. Aku akan ambilkan untukmu." Dia tersenyum lembut. Entah kapan dia berjalan. Yang jelas saat ini pemuda yang pernah memberiku kalung berbandul prisma itu membaringkanku di sofa yang sering kami gunakan saat nonton TV ataupun bersantai.

"Teme." Panggilku saat dia sudah tidak terlihat dari tempatku berbaring. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku sangat tidak suka saat aku tidak bisa melihat kekasihku.

"Hn?" jawabnya sambil melakukan entah-apa di dapur.

"Cepatlah kemari. Temani aku." Ya ampun.. Aku terdengar seperti wanita penggoda yang sedang merayu om om. Memang sih terkadang 'Suke itu mesum – sangat mesum. Tapi dia bukan om om. Dan aku bukan wanita penggoda!

"Hanya sebentar dan kau sudah sangat merindukanku?" Sasuke kembali dengan dua gelas berbeda warna di kedua tangannya. Ahh, kekasihku ini. Terkadang bisa menjadi malaikat berwujud setan, terkadang bisa menjadi malaikat sungguhan. Dan kurasa.. Saat ini dia sedang menjadi 'malaikat'.

"Kau ingin mengambil ini kan?" Seme-ku itu menyodorkan gelas berisi pulp plus cairan kental berwarna kuning –jus jeruk- kepadaku, sedangkan ia sendiri sibuk menyesap jus tomat miliknya.

"Terima kasih Tem- umphhh. Sial!" pekikku saat bagian belakangku terasa sakit. Baru saja aku mencoba duduk, rasanya sudah seperti ini. Aaaghhhh!

Lengan alabaster Sasuke mengangkatku. 'Hei mana jus-jus itu?'

Dia mendudukkan dirinya di sofa, kemudian membuka kakinya. 'Apa sih yang sedang dia lakukan? Tidak! Jangan-jangan….'

"Teme hent –"

"Begini tidak sakit kan?" baritone merdu itu mengejutkanku. 'Suke mendudukkanku di pangkuannya, menyamping. Bagian belakangku berada di sela kedua kakainya. Sebelah lengannya memegangi pinggangku agar aku bisa rilekas dan merasa nyaman tanpa takut terjatuh, sementara tangannya yang satu lagi mengambil segelas jus jeruk yang berada di atas meja di depan kami.

"Terima kasih." Gumamku sambil merona saat aku menerima gelas dari kekasihku. Aku memegangnya dengan kedua tanganku.

"Hn." Gumamnya sambil –dengan hati-hati- mengambil gelasnya sendiri.

Kami terdiam dengan pikiran kami masing-masing. Sebenarnya banyak hal yang ingin kutanyakan padanya. Tapi aku… tidak bisa mengatakannya? Entahlah.. saat bersama 'Suke seperti ini, aku merasa sangat nyaman dan aman. Semua pertanyaan dan kegelisahanku seakan tenggelam dalam tatapan onyx Sasuke.

Aku selalu ingin tahu bagaimana ia selalu tahu apa yang aku inginkan. Selalu mengerti kalimat rancu yang aku ucapkan, bahkan kalimat yang belum terucap pun ia pahami. Dan yang paling membuatku kagum… Dia selalu mengerti arti tatapan mataku.

Dia bisa melakukan itu semua, padahal aku tidak bisa melakukan hal yang sama padanya.

Satu hal yang sangat sangat ingin sekali kutanyakan, 'Kenapa kau menyukaiku?'

"Dobe."

"Hmm?" jawabku sedikit kaget. Mulutku masih penuh dengan jus jeruk.

"Kalau ehem…" dia sedikit cangung saat ini. Apa sih yang ingin dia katakan?

"- kalau aku melakukan 'itu' rasanya aku tidak ingin berhenti."

'twich'

"Kau tahu Dobe? kau sangat sempit.. Itu membuatku 'sedikit' brutal kepadamu. Dan bla bla bla…"

'Ya ampun! Dia kesurupan atau apa sih? Kupikir dia akan mengatakan sesuatu yang penting. Ohh Kami-sama. Aku menyesal telah mengatakan bahwa Sasuke adalah malaikat berwujud setan. Dia benar-benar setan!'

"Teme." Gumamku dengan nada rendah. Itu membuat ocehannya berhenti.

"Kau…" kudongakkan kepalaku menatap wajah Teme.

" – menyebalkan!"

"Aaghh! Sakit Dobe. Hei.. Hei hentikan! Jangan bagian itu! Sial! Lepaskan tanganmu atau nanti malam aku akan menghukummu!"

.

.

"Huhh.. Konoha. Sudah hampir tiga tahun sejak terakhir kali aku menginjakkan kaki di sini." Gumam seorang pemuda berambut orange kemerahan yang baru saja keluar dari Bandara Internasional Konoha.

Mata kemerahannya berkilat tajam. Dengan kasar, tangan kanannya menyentak tas punggung berukuran sedang yang sejak tadi diseretnya.

"Si orang-orangan sawah itu selalu saja terlambat. Menyebalkan!" gerutunya sambil menyandarkan punggung di salah satu tiang listrik di dekat tempat parkir. Ia sama sekali tidak peduli dengan tanggapan orang-orang di sekitarnya. Yang jelas, pemuda yang memakai kaos hitam polos dan celana jeans dongker itu sangat benci menunggu.

"Ahh.. Tuan Muda. Maaf tadi aku –"

"Segera bawa aku ke rumah dan jangan banyak alasan!" potong pemuda itu kasar. Ia merasa sangat kesal dengan om-om berambut keperakan yang dengan santainya menghentikan mobil tepat di depan sang Tuan Muda.

"Kau tahu Kakashi. Aku sangat benci menunggu. Dan kau terlambat hampir lima belas menit!" pemuda itu menyilangkan kakinya di kursi belakang. Tukang kebun yang merangkap sebagai supir pribadi keluarganya itu memang sangat jarang tepat waktu.

"Maaf Tuan Muda Kyuubi. Kita akan segera sampai di kediaman Uzumaki, rumah Tuan Muda." Balas Kakashi ceria. Ia memang sudah terbiasa dengan sikap arogan putra sulung Uzumaki itu.

Sekitar 45 menit kemudian, mobil sedan berwarna silver itu telah memasuki halaman kediaman Uzumaki. Kediaman mereka memang tidak sebesar dan semegah kediaman Uchiha, namun keluarga Uzumaki juga merupakan salah satu keluarga elite di Konoha – sama seperti status keluarga Uchiha.

"Tadaima." Gumam Sang Tuan Muda pelan saat ia memasuki rumahnya. Tidak ada satupun dari anggota keluarganya yang terlihat. Hampir tidak ada orang kecuali Iruka, kepala pelayan keluarga Uzumaki, yang menyambutnya dengan ceria.

"Okaeri Tuan Muda. Anda pasti sangat le –"

"Mana Tou-san dan Kaa-san?" potong Kyuubi cepat. Ia memang tidak suka buang-buang waktu.

"Mereka sedang berada di kediaman Uchiha. Mungkin akan kembali sebentar lagi." Jawab Iruka.

Terdengar dengusan kasar berasal dari Kyuubi. Ia segera mengambil ponsel di saku celananya dan langsung menghubungi nomor yang sudah dihafalnya di luar kepala.

"Moshi-moshi.." terdengar suara ramah namun panik di seberang sana.

"Keriput! Ini aku. Temui aku di Café Latte pukul 7 nanti malam. Jangan terlambat!"

"Kyuu. Kau sedang berada di Ko –"

'cklekkk'

Pemuda berambut orange itu langsung memutus sambungan teleponnya.

"Tuan Muda. Anda baru saja sampai. Beristirahatlah dulu.." bujuk sang kepala pelayan. Perjalanan dari Prancis ke Jepang bukanlah perjalanan yang singkat, dan menurut Iruka, Kyuubi harus beristirahat paling tidak sampai besok pagi sebelum ia mulai 'beraksi'.

"Tidak sebelum aku menemukan Naruto. Bocah itu sangat bodoh dan ceroboh!" nada bicara si sulung Uzumaki ini terdengar begitu penuh dengan amarah.

"Apa saja yang Naruto bawa Iruka?"Kyuubi bergumam kesal. Ia merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.

"Tidak ada Tuan."

"Handphone?"

"Ditemukan di dalam mobil Tuan Sasuke di tempat pembuangan mobil bekas pada keesokan harinya." Kyuubi mengeryitkan dahi.

"Tempat pembuangan mobil bekas?" Kyuubi membeo.

"Iya. Bukan hanya handphone milik Tuan Naruto, milik Tuan Sasuke juga ada. Kurasa mereka berdua sengaja melakukannya." Jawab Iruka mantab.

Pemuda yang bekerja sebagai detektif swasta di Prancis itu mengangguk. Tentu saja barang-barang elektronik –terutama handphone- akan sangat mudah dilacak.

"Lalu, apa yang sudah kalian temukan?"

"Sejauh ini belum ada. Padahal menurut Kakashi, mereka sudah mencari ke luar kota. Kota Ame, Oto dan beberapa kota di sekitarnya. Namun tanda-tanda keberadaan mereka belum ditemukan." Kyuubi mendudukkan dirinya.

"Konoha?" Tanya pemuda yang kerap disapa Kyuu itu.

"Hmm?" gumam si kepala pelayan.

"Haahhh.. Sudah kuduga. Pasti si Uchiha Keriput itu yang memimpin pencarian ini." Pemuda penggemar daging panggang itu berdiri.

"Iya Tuan."

"Baiklah… Bangunkan aku jam lima nanti." Ucap Kyuu saat ia menengok jam yang menunjukkan pukul 11 siang di pergelangan kanannya. Tanpa menunggu respon dari pria berambut nanas yang sejak tadi berbincang dengannya, Kyuu berjalan naik ke lantai dua – kamarnya.

Tiga hari lalu, Kyuubi mendapat sebuah kabar yang sangat mengejutkan. Adik kesayangannya telah membuat kekacauan dalam pesta pertunangan keluarga Uchiha. Ia segera mengurus cuti dan langsung terbang ke Konoha setelahnya. Kabar ini membuatnya begitu terkejut. Dan karena alasan tertentu… berita ini membuatnya merasa sangat sesak.

"Cihh! Uchiha." Nama itu begitu dibenci oleh si sulung Uzumaki. Sesuatu di masa lalu membuatnya tidak mau berurusan lagi dengan siapapun atau apapun yang berhubungan dengan 'Uchiha'. Tapi tindakan bodoh adiknya – dan juga adik dari seseorang yang dipanggilnya 'keriput' – membuatnya harus berurusan dengan keluarga itu lagi.

.

.

"Jadi.. Apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Aku mengkhawatirkan mereka." Terdengar suara keibuan seorang wanita bermata onyx.

"Aku meminta putra sulungku kembali ke Konoha. Kurasa dia akan sangat membantu." Gumam pria berambut pirang cerah di hadapannya.

Pria berwajah tegas yang tengah memejamkan mata di samping wanita bermata onyx itu mendengus.

"Aku tahu, Fugaku. Ini bukan kasus pembunuhan. Dan Kyuubi tidak berperan sebagai 'detektif bayaran' di sini. Dia putraku, dan dia akan membantu ayahnya mencari sang adik yang 'diculik' oleh seseorang."

"Minato." Wanita berambut merah panjang yang duduk di sebelah pria berambut pirang memeluk erat lengan suaminya itu. dia merasa perkataan sang suami sangatlah tidak sopan. Terutama pada bagian terakhir.

"Kurasa keluargamu memiliki kemampuan pikiran yang sangat luar biasa. Anaknya dapat memengaruhi pikiran putra kesayanganku. Sementara ayahnya dapat membaca pikiranku. Mengagumkan…" gumam Fugaku mengejek. Ia membuka matanya, menunjukkan onyx tajam yang menatap lurus ke dalam azure Minato.

"Sudahlah.. Kurasa kita tidak bisa terus seperti ini." Gumam si wanita bermata onyx. Rambut hitamnya terurai lemas.

"Mikoto benar. Bisakah kita selesaikan ini tanpa bertengkar seperti sekarang? Kalian terlihat seperti anak kecil yang terperangkap di dalam tubuh pria dewasa." Komentar wanita berambut merah – Kushina.

Sejak kepergian Naruto dan Sasuke, kedua keluaga ini memang sering melakukan 'pertemuan'. Dan di setiap pertemuan pula mereka (Minato dan Fugaku) akan meributkan hal-hal tidak penting seperti sekarang ini.

Sikap angkuh Fugaku dan kebiasaan Minato berbicara ngawur membuat hubungan kedua keluarga ini sedikit renggang.

Satu-satunya orang yang sejak tadi diam di ruangan itu adalah istri si sulung Uchiha, Deidara. Ia sibuk menggrepe-grepe touch screen i-phone di tangan kanannya. Bukan untuk bermain game tentunya. Ia sedang mengumpulkan informasi dari para anak buah yang disebar ke kota Ame dan Oto.

'mpip..mpip..mpipip…'

"Moshi-moshi." Deidara sengaja mengangkat panggilan dari suaminya di depan keempat orang yang lebih tua di hadapannya. Dia tidak meminta izin untuk mengangkat telpon, bahkan dengan sangat percaya diri, Deidara mengaktifkan 'loud speaker'.

"Dei. Bagaimana perkembangannya?"

"Seperti biasa." Menantu Uchiha itu jelas memahami maksud dari pertanyaan ambigu sang suami.

Itachi menghela nafas berat. "Kalian! Bisakah kalian berhenti melakukan hal bodoh seperti itu? Aku tidak bisa membayangkan respon para pegawai jika tahu pemimpin perusahaan mereka bersikap seperti anak TK."

Deidara menahan tawanya. Bagaimanapun juga, cara Itachi berbicara juga seperti anak TK.

"Hn." Gumam Fugaku cuek. Sementara Minato dan istrinya menghela nafas.

"Begini. Aku akan bertemu dengan Kyuubi sore nanti. Kuharap kalian mengurus para pencari berita saja. Biar aku dan Kyuubi yang urus pencariannya. OK?"

"Tunggu! Kau bilang Kyuu sudah berada di Konoha? Kenapa dia tidak memberi tahu kami?" Minato mendekatkan dirinya dengan i-phone Deidara.

"Ahh.. Ayah yang tak dianggap. Kasian kasian kasian…"

"Diamlah Tou-san!" bentak Itachi.

"Kurasa dia juga ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah ini. Jadi, kurasa dia langsung menyelidikinya?" Itachi menanggapi perkataan Minato agak ragu.

"Baiklah. Kami akan membicarakan konferensi pers yang akan kami adakan besok pagi. Kurasa kau boleh mengurus bagianmu saja." Ujar Mikoto. Dia merasa sedikit lega karena Kyuubi –yang notabene adalah seorang detektif- berada di Konoha untuk membantu mereka.

"Hn." Jawab Itachi singkat. "Dei, tolong awasi mereka. Jangan sampai mereka berebut permen." Itachi terkikik.

"Aye, Sir!" Deidara tertawa renyah. Sambungan pun terputus.

"Hmm.. Apa yang akan kita katakana pada media? Ini konferensi pers yang sangat menentukan citra perusahaan kalian." Deidara menatap kedua pria dewasa di depannya.

"Kita susun daftar pertanyaan yang mungkin akan mereka tanyakan. Kita akan menyiapkan jawabannya." Kushina menyiapkan sebuah kertas dan pulpen, begitu juga dengan Deidara.

"Sudah hampir dua minggu. Pasti mereka akan menanyakan kenapa baru sekarang kita melakukan konferensi pers." Mikoto pindah duduk di sebelah Kushina, memudahkan wanita bermata emerald itu menulis daftar pertanyaan.

"Kemana mereka pergi dan apa kita sudah menemukannya. Itu pasti ditanyakan." Mikoto menambahkan lagi. Kushina ang berada di sampingnya pun langsung menulis.

Sementara itu, Deidara membuat 'pidato singkat' untuk membuka konferense pers nanti.

Mereka sibuk dengan kegiatannya. Keluarga Uzumaki dan Uchiha harus ekstra hati-hati agar citra perusahaan masing-masing tetap terjaga.

.

.

Sepuluh menit setelah Kyuubi tiba di Café Latte, terlihat sesosok pemuda berambut raven dikuncir memasuki Café itu. ia terlihat mencari-cari sosok berambut orange kemerahan yang dengan lancang menyuruhnya datang ke tempat ini.

"Ahh itu dia!" serunya lega saat dilihatnya sosok familiar itu duduk di meja bertuliskan nomor 9.

"Kyuu ~" panggil Itachi sambil mendudukkan diri di depan sang pemuda Uzumaki.

"Kau terlambat enam menit. Kopimu hampir dingin." Gerutu Kyuubi.

Sulung Uchiha tersenyum saat menyadari ada dua cangkir kopi di meja itu. Cappuccino-mint milik Kyuubi dan secangkir black coffee dengan sedikit krim latte di atasnya – untuk Itachi.

"Kau.. Masih ingat ya?" gumam Itachi lebih kepada dirinya sendiri.

Kyuubi memilih diam. Membiarkan Itachi menikmati kopi kesukaannya itu. Mereka saling menatap, cukup lama sampai akhirnya Kyuu menghela nafas.

"Kemana dia membawa Naruto?"

"Hmm?" Itachi sedikit tersentak saat mendengar pertanyaan bernada tajam dari mantan sahabatnya itu.

"Kau pikir untuk apa aku jauh-jauh kemari? Kau pasti ada hubungannya dengan ini semua kan?" mata merah itu berkilat tajam. Kyuubi benar-benar ingin segera menyelesaikan pembicaraan ini. Ia ingin segera menjauh dari si keriput.

"Huhhh.. Kau pikir aku akan mempermalukan keluarga Uchiha dengan melakukan hal seperti itu? Kalau saja adikmu tidak terlebih dahulu mengutarakan perasaannya pada Otouto. Maka Otouto tidak akan berbuat sampai sejauh ini." Sikap angkuh Uchiha mulai terelihat di diri Itachi.

Kyuubi mendengus, bibirnya menyunggingkan seringaian mengejek, "Jadi adikmu terlalu pengecut untuk mengatakan perasaannya terlebih dahulu? Itu mengingatkanku kepada seseorang yang kukenal…"

'brakkk'

"Beraninya Kau…" Itachi menarik kaos depan Kyuubi. Matanya memancarkan sesuatu yang sulit dijelaskan. Sejak empat tahun yang lalu, hubungan mereka memang tidak baik. Masing-masing akan sangat mudah terpancing emosinya ketika mereka saling bertemu.

Mereka saling menatap cukup lama. Jika manusia dapat membunuh hanya dengan tatapan matanya, pasti salah satu dari mereka sudah mati akibat terkena 'serangan' dari lawannya.

"Aku sudah mencari ke Ame, Oto dan beberapa kota lainnya. Tidak ada satupun tanda-tanda keberadaan mereka di sana." Sulung Uchiha itu memutuskan untuk meredakan emosinya. Ia melepaskan cengkramannya dan kembali duduk manis sambil menyeruput kopi hitam yang dipesankan Kyuubi untuknya.

"Kau begitu jenius Keriput. Kau bahkan melupakan Konoha sebagai tempat mereka bersembunyi." Itachi hampir tersedak saat mendengar Kyuubi mengatakannya dengan santai.

'Aku – melupakan Konoha? Tapi dengan jumlah uang yang dibawa Otouto, seharusnya ia bisa pergi ke tempat yang lebih jauh.' Itachi membuka matanya sedikit lebar.

"Menyadari sesuatu, eh?" pertanyaan yang dilontarkan dengan nada yang sangat meremehkan. Itachi memang sangat ceroboh dalam hal ini.

"Benar.. 'seharusnya'. Berarti dia…"

"Lebih jenius darimu." Kyuubi terkikik mengejek.

"Seseorang pernah bilang padaku, 'Hanya seorang Uchiha yang memahami jalan pikiran Uchiha lainnya'. Benar begitu kan?" pemuda berambut orange itu menyeringai.

"Kau benar dan juga – salah." Ruby si sulung Uzumaki terpejam, ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Ia menyilangkan tangannya di depan dada dan dengan santainya menaikkan kaki ke atas meja.

"Kau benar karena si ayam yang notabene adalah seorang Uchiha itu dapat dengan mudah mengerti jalan pikiranmu." Kyuubi menghela nafas sebentar,"Dengan uang yang adikmu ambil di rekeningnya, kurasa pergi ke luar negri pun bukan perkara sulit. Dan menurutmu, dia akan pergi ke tempat yang jauh, sama seperti dugaanku sebelumnya. Mungkin kau sudah mengecek di Bandara Internasional Konoha dan tidak menemukan nama mereka disana, makanya kau mencari di kota tetangga. Benar?"

Itachi mengangguk. Ia mulai menyadari kecerobohannya.

"Tapi kau melupakan sesuatu. Kau tahu jarak tempat pembuangan mobil bekas dan bandara?"

"Sekitar 10 kilometer." Gumam Itachi.

"Mereka pergi dari kediaman Uchiha sekitar pukul 9 malam. Kurasa sudah tidak ada kendaraan umum yang masih beroprasi. Kemungkinan pertama, agar dapat pergi jauh, mereka membajak kendaraan yang lewat di tempat itu."

Kyuubi membuka matanya, "Kurasa itu tidak mungkin karena pemilik kendaraan akan segera melaporkannya ke polisi. Kemungkinan kedua, mereka menggunakan kendaraan lain yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemungkinan, Sasuke yang menyiapkannya karena menurut beberapa temannya, Naruto terlihat sangat terkejut saat Sasuke menyatakan perasaannya. Kurasa hal ini terlalu merepotkan. Ditambah lagi, warga di sekitar tempat pembuangan mobil bekas itu tidak melihat atau mendengar suara kendaraan lain setelah Volvo yang tiba di tempat itu sekitar pukul setengah sebelas malam."

Kyuubi berhenti sebentar untuk meminum cappuccino-mint kesukaannya.

"Kemungkinan yang paling bodoh dan yang paling tidak mungkin. Mereka menggunakan sepeda, atau bahkan berjalan kaki? Ahh apalah itu! Pokoknya mereka menggunakan sesuatu yang tidak bisa dilacak untuk pergi ke tempat yang sepi, dimana Sasuke sudah menyiapkan kendaraan lainnya, kemudian mereka pergi ke luar kota. Itu kan anggapanmu?"

"Ya. Kenapa kau mengatakan itu yang paling tidak mungkin? Kurasa itu yang paling mungkin terjadi." Onyx Itachi menatap tajam ruby mantan sahabatnya. Ia merasa sedikit tidak terima.

"Kau pikir si ayam akan membahayakan keselamatan adikku dengan membiarkannya terlalu lama menghirup angin malam? Naruto memiliki gangguan pernafasan, dan adikmu yang paling bertanggung jawab akan hal itu!" mata Kyuubi berkilat tajam. Ia mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu.

"Sasuke sangat memahami analisismu itu. kau lupa bahwa ia belajar banyak hal darimu." Lagi-lagi Kyuu menghela nafas, " – dan Kau salah karena aku yang bukan seorang Uchiha ini dapat memahami pikiranmu dan juga Sasuke. Dua sekaligus."

"Hn. Itu karena kau adalah seorang de –"

"Kau benar. Tapi seorang Uchiha di masa lalu membuatku dapat memahami jalan pikiran para Uchiha dengan mudah. Dan profesiku sebagai detektif membuatku menemukan alasan yang lebih logis untuk dipahami." Itachi merasakan aura berbeda saat Kyuubi mengatakan ini.

"Yang paling mungkin adalah.. Mereka berada di sekitar tempat itu. Kurasa sampai sekarang mereka masih berada di sana. Bagaimana caranya mereka bisa tetap berada disana.., kurasa kau bisa memikirkannya sendiri." Kyuubi menurunkan kakinya. Ia berdiri dan merapikan pakaiannya. Berurusan dengan Uchiha membuatnya sangat muak.

"Beri tahu aku saat orang-orang terbaikmu berhasil menemukan mereka. Kita lihat saja. Orang-orangmu atau aku yangakan menemukan mereka lebih dulu. " Lengan langsat Kyuu menaruh beberapa lembar uang di meja. Dan tanpa menoleh lagi, ia meninggalkan Itachi yang masih terkejut dengan pikirannya sendiri.

"Sial!" gumam si sulung Uchiha.

.

.

"Ne Teme." Bisik si pirang manis di pangkuanku. Ia menyandarkan kepalanya di dadaku. Kami baru saja melakukan ehemmm… - lupakan! Dan tubuh tan tanpa busana itu membuatku ingin melakukan lagi.

"Aku lelah Teme~~" rengeknya. Mungkin dia merasakan sesuatu yang bergolak di dalam diriku. Sial!

"Hn." Jawabku mencoba tenang. Jujur, aku amat sangat tidak bisa bersikap biasa saat ini. Bayangkan saja jika kekasihmu duduk di pangkuanmu tanpa memakai selembar pakaianpun! Wow.

"Aku bosan jika terus berdiam diri di rumah… Tidak melakukan apapun selama berjam-jam sungguh membuatku bosan." Keluhnya.

"Tidak melakukan apapun?" Kepala duren itu mengangguk lemah menanggapi pertanyaanku.

"Bukannya kita baru saja melakukan se – aaaghhhhh! Sakit. Dasar Dobe!"

Sial. Dobe kesayanganku itu mencubit perutku. Apa sih yang salah dengan ucapanku?

"Aku tidak bercanda Teme… Yang aku lakukan hanyalah memasak dan membersihkan rumah. Aku sama sekali tidak memiliki kegiatan selain itu."

"Kau kan juga nonton TV." Gumamku sambil memainkan helaian pirangnya yang sedikit basah.

"Nonton TV itu membosankan." Sapphire Naruto yang memukau itu menatapku dengan sorot sebal.

"Kita kan juga pergi berbelanja." Sanggahku. Sungguh, kegiatan Naruto sudah terlalu banyak. Maksudku.. Aku merasa waktuku bersamanya tidaklah cukup banyak.

"Menurutmu aku senang berbelanja menggunakan rok dan kaos berukuran 'laddies'? ditambah lagi aku harus memakai soft-lense berwarna keemasan. Aku tidak suka Teme…" ahh senangnya mendengar Dobeku berkata manja seperti itu.

"Hn. Menurutku kau cantik menggunakan itu. Yahh.. walau sebenarnya kau terlihat lebih cantik kalau seperti ini sih." bibirku menyunggingkan senyum mesum – itu yang selalu diucapkan Dobe saat aku tersenyum seperti ini.

"Huhhh! Berjanjilah padaku untuk membelikanku pensil dan kertas, atau kanvas dan cat air, atau apa saja yang bisa kugunakan untuk melukis. Hoohhmmm… Aku rindu melukis Teme." Tangan tan Dobeku terlihat mengucek matanya beberapa kali. Dia mulai mengantuk.

Aku merebahkan diriku, menarik tubuh tan di pangkuanku untuk ikut berbaring di atas tubuhku, tubuh itu mengeliat sedikit tidak nyaman saat ehem ehemm-ku yang berada di dalam Naruto menggeseknya.

"Maaf." Bisikku pelan. Aku menarik selimut putih yang sudah lecek itu untuk menutupi tubuh kami berdua.

"Tidurlah Dobe. kau sangat lelah." Yahh setelah kegiatan yang tadi kami lakukan, Dobe pasti merasa sangat kelelahan. Apalagi aku memaksanya sampai ia hampir pingsan. Ohh Dobe. maafkan pangeranmu yang tampan ini.

"Tapi Teme.. Aku ingin peralatan me –"

"Besok kita akan membelinya."

-chuu-

Kucium pucuk kepalanya. Melihatnya mendongakkan kepala untuk menatapku membuat bibirku sedikit terangkat. Kali ini bukan senyuman mesum, namun senyuman penuh kasih yang terukir di bibirku.

"Oyasumi Dobe…"

.

.

Tiga hari setelah pertemuan Kyuubi dan Itachi.

'cklekk'

"Moshi-moshi."

"Orang-orangku menemukan sesuatu."

"Benarkah? Cepat sekali." suara di seberang sana terdengar melengking. Ia tertawa mengejek.

"Berhentilah mengigau atau aku tidak akan memberikan informasi ini padamu." Gerutu suara lainnya.

"Baiklah.. Baiklah. Tuan Uchiha Itachi. Apa yang orang-orangmu dapatkan?"

"Kau memang tidak pernah berubah ya, Uzumaki Kyuubi." Gerutu Itachi sebal. Onyxnya memperhatikan beberapa lembar foto di tangan kirinya.

"Terserah kau sajalah." Tubuh Kyuu terhempas begitu saja di ranjang. Sebenarnya ia sangat tidak ingin mendengarkan ocehan Itachi. Tapi demi tujuan tertentu… ia rela mendengar ocehan si keriput ini.

Mereka terdiam beberapa saat.

"Huhh… Kemarin lusa, Pein melihat sesosok pemuda yang mirip Sasuke sedang berbelanja di Sannin Art Shop. Tapi …"

"Tapi?" Kyuubi membeo.

"Mereka bilang, pemuda berambut midnight-blue itu tidak bersama Naruto. Dia bersama seorang gadis manis. Tubuhnya mungil dan dia terlihat sangat cantik, rambutnya coklat panjang. Begitu yang mereka bilang." Bisik Itachi pelan. Adiknya benar-benar memersiapkan semuanya secara hampir sempurna. Sayangnya si setan Uzumaki memiliki spekulasi yang berbeda dari Itachi, ini membuat si bungsu Uchiha berada dalam posisi yang tidak aman. "Aku berani jamin. Gadis yang bersamanya itu adalah Naruto."

"Bagaimana mereka beranggapan bahwa itu adalah Sasuke?" Kyuubi terkikik geli. Dia jelas sudah tahu apa jawaban dari pertanyaannya itu.

Itachi menghela nafas. Mantan sahabatnya benar-benar menyebalkan! "Tentu saja karena rambut unik Otouto. Selain Ryuuga Hideki dan beberapa tokoh anime, jarang sekali yang dengan percaya diri menunjukkan rambut pantat ayam ehem.. maksudku mencuat kebelakang."

"Hahahahhh.. Bagaimana? Adikku benar-benar cantik kan?" Tawa Kyuubi menggema di telinga Itachi.

"Hmm? 'Bagaimana'? Apamasksud 'bagaimana'-mu itu?" Itachi mengeryitkan dahi. Nada bicara Kyuubi, juga pertanyaan 'bagaimana' yang dilontarkan itu.. Jelas Kyuu sudah mengetahui sesuatu.

"Rambut hitam itu berubah warna menjadi dongker. Hahaha.. lucu sekali. Lihat! Dia memakai celana pendek di bawah lutut, kaos putih bergaris merah dan jaket coklat bata. Matanya juga bukan onyx, melainkan abu-abu. Ditambah lagi kacamata ber-frame hitam, mata adikmu pasti sangat sakit setelahnya. Yang membuat dia sangat 'merakyat' adalah sandal jepit itu! Ya ampuuun… Hahahahah!

'Dia.. Bagaimana bisa?' Itachi menatap lekat salah satu foto. Diskripsi dari si detektif benar-benar tepat seperti foto yang ada di tangannya.

"Lihat gadis itu. rambut coklat panjang, diikat dua. Mata keemasan, tubuh langsing. Memakai tanktop hitam dilapis kemeja sederhana berwarna dongker. Aku tidak bisa membayangkan apa yang digunakan Naruto untuk bagian dadanya. Rok selutut berwarna senada dengan kemejanya. Ahh dia benar-benar cantik."

"Apa Pein sudah memberitahumu tentang foto ini?" Tanya Itachi penasaran.

"Berapa lembar foto yang kau dapatkan? Aku dapat banyak loh… Dan foto di tempatku pasti lebih bagus. Yahh bagaimanapun juga SLR selalu bisa meangkap gambar yang lebih bagus ketimbang camdig 8 MP. Iya kan?" Kyuubi terkikik lebih keras. Ia sukses membuat Itachi menyesal telah memberinya Informasi.

"Sial!" gumam si sulung Uchiha.

"Hahahah… Sayangnya aku bukan tipe orang yang suka duduk diam sementara anak buahku bekerja. Kau tidak tahu betapa Pein dan Konan terlihat lelah saat aku mengikuti mereka." Ucap si sulung Uzumaki dengan nada yang dibuat-buat.

"Kau mengikuti mereka?" nada bicara Itachi terdengar sedikit terkejut.

"Yahh.. Aku tidak mau mengambil resiko nyasar. Jadi aku memilih mengikuti mereka saja." Sahut Kyuubi enteng.

"Wajahmu pasti sangat lucu saat aku mengatakan cirri-ciri si ayam biru. Hahahahah sungguh nista! Ahahahh –"

"Tawamu terdengar mengerikan, Setan Kecil."

'dhegg'

Kyuubi menghela nafas, ucapan datar Itachi membuatnya tutup mulut.

"Kyuu."

"Hmm?"

"Aku tahu kenapa Otouto menyukai si duren itu."

"Tentu saja." Sulung Uzumaki mendengus pelan, "Naruto kan sangat ma –"

"Manis. Sama sepertimu." Potong Itachi pelan. Suaranya yang datar namun penuh makna itu membuat Kyuubi mematikan handphone-nya secara reflek.

'deg deg dhegg.. deghh'

"Si – sial! Apa sih maunya si keriput itu?" Kyuubi menghempaskan tubuhnya ke kasur.

' – Setan Kecil.'

' – manis. Sama sepertimu.'

"Brengsek!" umpatnya cukup keras, membuat kedua orang tuanya berteriak khawatir.

"Kyuu. Kau baik-baik saja kan?" suara Kaa-san mengiringi ketukan di pintu kamar Kyuubi.

"Aku baik Kaa-san. Hanya sedikit kaget karena kecoa." Setan Kecil itu berbohong.

"Segeralah tidur. Kami ingin kau membantu mencari adikmu esok pagi." Gumam Kushina dengan nada yang sedikit berbeda.

"Hai. Oyasumi…"

"Oyasumi…" langkah kaki Kushina terdengar menjauhi kamar si sulung.

"Haaahhhhh…." Helaan nafas Kyuubi menyertai aksinya menyalakan kembali handphone yang tadi dimatikannya.

'ddrrrtttt.. drrttttt….'

"Baru saja aku menyalakannya. Sudah ada pesan ma –" Kyuubi memotong kalimatnya sendiri.

From: Keriput

Maaf Kyuu

Aku sedikit err – keceplosan (?)

.

From: Setan Kecil

Aku tidak suka

.

From: Keriput

Aku tahu

Maaf… aku tidak akan melakukannya lagi

I'm promise

.

From: Setan Kecil

Aku kenal dengan seseorang yang menghancurkan janji yang dibuatnya sendiri

Dan orang itu adalah – dirimu

.

From: Keriput

Kyuu

Bisakah kita bicarakan ini sekali lagi?

Aku ingin kau tahu semuanya

.

Pria berambut raven panjang itu berbaring gelisah disamping seorang wanita berambut pirang. Ia menunggu balasan dari pesan terakhir yang dikirimnya kepada si 'Setan Kecil'

"Ada yang tidak beres?" suara Deidara sedikit mengejutkan Itachi yang mencoba menutupi raut cemas di wajahnya. Sayang sekali, semua itu sia-sia.

"Huuhhh…." Itachi menghela nafas berat. "Kelihatannya kita akan segera menemukan Otouto. Aku merasa sedikit kesal mengingat betapa jauhnya aku mencarinya. Dan ternyata, dia berada di dekat sini."

Secara teknis, yang diucapkan Itachi bukanlah sebuah kebohongan. Hanya saja, bukan hal ini yang membuatnya terlihat cemas.

"Tenanglah.. Kau akan segera bertemu dengannya." Deidara tersenyum manis. Suaranya yang lembut sangat menenangkan.

"Ya. Aku akan segera bertemu dengan'nya'." Itachi balas tersenyum. Ia memeluk istrinya dan mengecup pucuk kepala sang istri.

.

From: Keriput

Sekali lagi

Maafkan aku

.

From: Setan Kecil

Belum aku katakan

Aku sudah menemukan tempat tinggal mereka

.

.

Pagi yang indah di pinggiran Kota Konoha. Di dalam sebuah apartemen kecil sederhana yang dihuni dua orang manusia yang saling mengasihi.

"Dobe. apa yang kau gambar?" seorang pemuda berambut pantat ayam yang tengah berbaring di sofa terlihat sangat penasaran dengan sesuatu yang ditorehkan kekasihnya.

"Hmm?" si pirang yang duduk tak jauh dari sang kekasih terlihat masih sibuk dengan pensil dan kertas A3-nya.

"Ck." Yakin dengan argument bahwa si Dobe tidak akan menjawab pertanyaannya membuat Sasuke beranjak dari sofa dan berjalan mendekati pujaan hatinya.

"Teme."

"Hn?" gumam Sasuke sambil menitipkan dagunya di bahu Naruto. Onyx tajamnya menatap goresan-goresan indah pada kertas itu.

"Lihat apa yang baru saja aku buat." Naruto menyodorkan kertas berukuran A3 itu kepada kekasihnya. Di kertas itu tergambar dua ekor anak kecil yang sedang berebut selimut. Satu diantaranya berambut mencuat ke belakang dengan telinga dan ekor kucing, memakai kaos arsiran dan celana polos. Satunya lagi berambut berantakan. Ia juga memiliki telinga dan ekor kucing dan tiga pasang kumis kucing di masing-masing pipinya. Si jabrik memakai kaos polos dengan gambar spiral di bagian depan dan celana arsiran.

"Hn?" Sasuke terlihat mengeryitkan dahinya.

"Apa?" Tanya si Dobe kesal. Dia merasa sedikit tersinggung dengan komentar yang dilontarkan sang kekasih.

"Kenapa dia tidak memiliki kumis?" telunjuk kiri si Teme mengarah ke anak kecil berambut mencuat.

"Itu dirimu." Balas Naruto ceria. Senyum lima jarinya nampak sangat memukau saat ia mengucapkan ini.

" –dan ini aku." Jari tan Naruto menunjuk anak kecil berambut berantakan.

Sasuke memeluk pinggang kekasihnya. Ia mengecup pipi kiri Naruto, "Kenapa kita berebut selimut? Bukan berbagi?"

"Karena kau sangat menyebalkan dan selalu ingin membuatku kedinginan." Pipi Naruto sedikit mengembung, membuat matanya menyipit. Ahh manis sekali.

"Aku tidak membuatmu kedinginan kan, Dobe? aku hanya sedikit…" lengan 'Suke memeluk pinggang kekasihnya lebih erat, ia menempelkan bagian depannya di pinggang sang kekasih.

" – menelanjangimu."

Bulu kuduk Naruto merinding saat dia merasakan sesuatu yang basah menyentuh telinganya. Bagian depan Sasuke yang menempel di pinggangnya membuat Naruto merasa…

"Hentikan! Dasar sukebe!" pipi tan itu merona, jemari karamelnya mencubit lengan alabaster sang kekasih.

"Hmmm? Kau bilang aku apa?" jemari Sasuke menggelitik perut kekasihnya.

"Sa – hahahahh.. Teme! Hentikan! Aw…"

"Tidak." Bibir Sasuke ikut beraksi dengan menciumi leher sang kekasih.

"Ehehhh.. Hahahahahhhh… Sasuke!"

"Tidak mau."

'ding dong…'

"Cih. Pengganggu." Gumam Sasuke sambil melepaskan Naruto.

"Haaahhh.. Aku harus berterima kasih pada tamu itu. Wleee." Naruto menjulurkan lidahnya. Membuat sang kekasih semakin gemas.

"Huhh. Lihat saja apa yang akan kau terima nanti malam." Ucap Teme nista. Ia bersiap memakai soft-lens abu-abu dan kacamatanya, "Masuklah ke kamar Dobe. pakai wig dan rokmu."

"Huuhhh… Baiklah." Walau malas, Naruto tetap menuruti keinginan Sasuke. Mau bagaimana lagi? Hanya dengan cara inilah mereka dapat tinggal di sini dengan aman.

'ding dong'

"Hn. Sebentar." Gumam Sasuke di depan pintu.

'cklekk…'

"Selamat pagi menjelang sing Tuan Senju Takagi. Atau harus ku panggil…"

Sasuke melihat tamu yang datang sedetik setelah pintu terbuka sempurna. 'degghh'

" – Otouto?"

.

.

Tbc

.

.

Kyuu mau minta maaf.

"Night Kingdom" belum bisa lanjut. Dan ini juga belum bisa lanjut, sebenernya… kemarin

Tapi karena Kyuu ngerasa banyak dosa sama readers, jadi Kyuu paksakan buat ngetik.

Jari-jari kanan Kyuu bermasalah.

Gara-gara siku kejedot tembok, syaraf yang nyalur kr jari2 jadi kena

Sekarang Buat ngetik terlalu banyak gak bisa. Buat satu lembar aja rasanya maksa banget. Paling Cuma 3 paragraf.

Buat ngapdet status masih bisa pake tangan kiri. Tapi buat ngetik story.. Kyuu belum sanggup.

Dengan 50% Night Kingdom dan 70% sequel ini, Kyuu milih buat nyelesein ini pelan-pelan.. (pake tangan Kiri)

Mohon dimaklumi yah…

Moga jari Kyuu cepet sembuh :3

Aminn…

Dan semoga readers tidak merajam saya (-/|\-)

.

Bales review There's no Next Time.Kali ini dibantu oleh kakak saya yang bernama Tonton. Kyuu ngomong, dia ngetik. Hahahah… Nista :3

ini dia Tonton...

Hai. Gue cowok ganteng. Panggil gue Tonton (sebenernya ga ikhlas gue dipanggil gini). Kemarin Riu minta diketikin storynya. Gku gak mau :D – banyak sih =,=

Kalau reviu gini aku mau.. soalnya Cuma dikit :d

Lagian kemarin aku habis buat desain kaos yang juga pesenan Riu. Kalian ati-ati kalau jadi temennya -,- sekali nolong, bakal dimintai tolong terus :DDD

(lengan gue dicubit gara-gara nulis ini)

Ohh ya, sebelumnya gue mau minta maaf soalnya gue terbiasa ngomong seenak jidat. Gak tau deh kalau ngetik jadinya gimana

itu kaya Riu, yang diblock pas telpon buat nunjukin kalo dua orang tu ga saling tatap muka (gue ga ngerti maksudnya)

terus pas sms itu. kalau tulisannya 'from: keriput' - tampilan hp Kyuubi. kalo tulisannya 'from: setan kecil - tampilan i-phone itachi (gue juga ga ngerti)

'

Ai HinataLawliet: makasih ai-san

gak nyangka bakal ada yang suka sama cerita gak bermutu adik sepupuku ini :*

Riu ngomong banyak hal. Intinya: tetap baca fanfict abal saya ya :3

.

CCloveRuki:terima kasih Ruki-san :D

Sasu: emang gue ayam apa pake disate segala?

Naru: sate aja tuh ayam mesum!

(tonton: gue ga ngerti kenapa musti ada percakapan tokoh gini)

.

sasunaru's lover: hahahah Riu emang orangnya begitu

kadang bilang A, kadang bilang B

jadi mohon dipermaklum, dia emang musti banyak belajar. Dan dengan nistanya dia udah molor di kasur gue gara-gara listrik mati setengah jam yang lalu -,-

untung udah di-save ini

dan gue bingung musti ngomong apa DX

intinya terima kasih dukungannya dan terus ikuti cerita nista ini :3

.

Hatakehanahungry: ya ampun adek gue mesum banget -,-

Ga nyangka dia bisa bikin cerita beginian. Gue harus jauh jauh biar gak dijadiin maho =,=

Ohh ya. Trims dukungannya

Jangan bosen buat baca :D

.

sabishii no kitsune:yup.. mohon dimaklumin

imajinasi adek gue emang cetek.

Btw, makasih udah dukung ya..

.

Rafa LLight S.N: si ikan lohan itu emang ge-er. Gue lebih suka hinata :*

trims dukungannya ya

.

Ashahi Kagari-kun:akhirnya sequel muncul..

Yang Tbc malah sequelnya

Trims dukungannya ya

.

Natsu:ok.. trims banget ya

Moga-moga ini cukup bikin puas : ]

'

Rivi Orion: ini lanjut jadi sequel

Trims ya, semoga suka

.

Ddangko brothers: trims dukungannya

Semoga sequelnya ga ngecewain. Ok…?

.

ChaaChulie247:trims ya.. Riu pernah bilang 'nek gawe crito ki rasane lakyo seneng banget nek ana sing maca. Po meneh direviu, dikei kritik ro saran.. aku pengen tetep nulis.'

Artinya 'kalau bikin cerita dan ada yang baca, rasanya seneng banget. Apalagi kalau ada yang nge-reviu, kasih kritik dan saranAku ingin tetap menulis." Dia ngomong gitu pas minta diketikin XDDD

Dibaca wae Riu udah seneng kok. Hahahah

.

Ayushina:ini sequelnya

Trims udah dukung Riu ya

.

monkey D eimi:akhirnya Riu bikin sequel dan bikin gue jadi babu ngetiknya. Dan sekarang dia malah molor

trims dukungannya… ok…?

.

Nabil:ini berlanjut :D

.

Apdian Laruku:Riu emang suka lebay gitu. Mungkin biar keliatan dramatis XDD

Btw trims dukungannya ya

.

Superol:biasa lah. Uchiha kan gede gengsinya.. palingan si Haruno juga anak temen bisnisnya fugakutil..

Karena gue ga ngerti mau ngomong apa, gue bilang makasih aja deh :D

Hahahah.. ga sopan gue -,-

.

Namikaze Trisha:Ok. Akan gue sampaikan saran ini ke Riu

Trims ya reviunya semoga suka ini

.

Donidonita:makasih donita… adanya sequel berchapter ga apa kan ya?

.

Shie Elfishy Chibi: gue bakal minta Riu munculin sakura lagi

Hahahah tenang aja

Trims reviunya

.

Rosanaru: iya mereka kawin. Tapi belum nikah.. hahahahah

Trims reviunya

.

ttixz lone cone bebe:maklum lah ttixz-san. Riu tu penulis ababil

wah banyak banget yang mau naru hamil ya.. OK gue bakal sampein ke Riu

btw trims reviunya

.

.

Ahh selesai. Sori banget kalo gue gak sopan. Gue beneran ga ngerti harus ngapain soalnya. Serius

.

Ok lah..

Reviu plisss aja deh :D

sekali lagi, sori kalau ga sopan :3