.
WARNING! ADULT CONTENT!
.
Title: CHALLENGE
Author: Myka Reien
Main Cast: VKook
Genre: Rate M, YAOI
Note: No bash, no flame, no copycat. Let's be a good reader and good shipper.
HAPPY READING
Ppyong~
.
.
.
CHALLENGE
.
.
.
Pertama kali Jungkook melakukan seks dengan Taehyung, itu karena tantangan.
Jungkook menyukai tantangan. Ditambah dengan kekuatan fisik dan kemampuan lainnya yang mendukung, dia selalu memiliki obsesi tersendiri untuk menaklukan setiap tantangan. Tidak hanya tantangan yang baik—tentu saja—namun termasuk tantangan yang tidak seharusnya dia masukkan ke dalam list. Meski kebanyakan tantangan-tantangan itu dia sendirilah yang membuatnya. Secara simpel, dia ingin melampaui 'batasan'nya. Batasan sebagai seorang maknae, vokalis, dancer, visual, siswa, dan remaja berumur 18 tahun yang memiliki hormon tinggi.
Jungkook sudah melakukannya. Menaklukkan Seokjin sebagai langkah awal. Membuat namja yang lima tahun lebih tua darinya itu ambruk di lantai dengan kedua lutut dan siku membentur permukaan dingin ubin dan bibir terbelah mengeluarkan erangan putus asa saat tanpa ampun Jungkook mengacak-acak bagian dalam tubuhnya, menyiksa prostatnya hingga dia terisak antara menahan sakit dan nikmat.
Tak hanya sekali-dua kali Jungkook melakukan itu dan sebagai Hyung yang baik—atau mungkin hanya karena Seokjin menikmatinya juga—member tertua di Bangtan tersebut masih selalu mengiyakan permintaan (paksaan) sang Maknae. Belum puas hanya menaklukkan Seokjin, Jungkook mencoba peruntungan pada Jimin. Salah satu Hyung yang juga sangat menyayanginya dan memanjakannya. Tidak pernah membalas setiap bullying yang dia berikan dan hanya tersenyum cerah menganggap semua yang dilakukan Jungkook itu menggemaskan.
Satu kali Jungkook berhasil menyudutkan Jimin di kamar mandi dan melumat habis bibir gemuknya. Jimin—yang meskipun lebih tua, namun tetap kalah kuat dibandingkan dengan Jungkook—mencoba untuk melepaskan diri tapi tak mampu. Dia terpaksa merelakan bibirnya lecet karena sang Maknae mendesak untuk memasukkan lidahnya. Namun belum sempat Jungkook memindahkan perhatian ke bagian lain tubuh Jimin, pintu kamar mandi didobrak dari luar dan Yoongi masuk dengan wajah merah padam.
Jungkook pasti sudah dikonfirmasi agensi mendadak masuk ke UGD dengan diagnosa mengalami patah tulang serta gegar otak jika saja tidak ada Taehyung dan Hoseok yang melindunginya di punggung mereka termasuk Namjoon yang berusaha mencegah Yoongi untuk tidak meraih kursi maupun televisi yang akan dilempar ke arah Jungkook, Seokjin pun ikut memohon pada Yoongi untuk sedikit lebih tenang sambil berderai air mata. Min Yoongi yang sedang marah, lebih menakutkan dari apapun di dunia. Setelah insiden itu, Jungkook tidak pernah berani mendekati Jimin lagi kecuali jika sang Hyung yang pertama berinisiatif untuk melakukan skinship dengannya. Karena sepasang mata Yoongi yang selalu mengawasinya, terasa tajam menusuk hingga ke balik tempurung kepalanya melebihi tajamnya pedang.
Namun, karakter adalah karakter. Tidak bisa diubah, sukar berubah. Jungkook masih menyukai tantangan dan mencoba mencari hal lain yang dapat memacu adrenalinnya. Targetnya kali ini adalah Kim Taehyung. Salah satu Hyung favoritnya yang tidak jauh beda dengan Park Jimin. Selalu sabar menghadapinya dan hanya tertawa menanggapi semua kekerasan serta bullying yang dia berikan. Terkadang bisa sangat peduli pada Jungkook sampai membuat Jungkook risih, tapi tak jarang juga mendadak diam dan no response seperti orang kehilangan gairah hidup.
Kalau menurut Jungkook, Taehyung itu tampan. Mau di-make up seperti apapun, dia jatuhnya tetap tampan dan manly. Tidak seperti Seokjin yang terkadang berubah menjadi seperti gadis tomboy. Namun—di mata Jungkook—yang membuat Taehyung tidak memiliki level top seperti Namjoon ataupun Yoongi adalah sikapnya. Taehyung sangat lembut, begitu lunak, dan dia mudah mengikuti emosinya. Dia bisa menangis ketika sedang latihan menyanyikan lagu ballad, memandang anak kucing bermain dengan sorot mata teduh dan senyum lembut terukir damai, dia bahkan tanpa canggung pernah menggendong seorang bayi dan menimang-nimangnya hingga tertidur layaknya seorang ibu yang baik.
Sikapnya yang seperti itulah yang membuat Jungkook berpikir jika Taehyung memang cocok menjadi bottom meskipun penampilannya begitu tampan dan hot. Dan Jungkook ingin membuktikannya. Bagaimana Taehyung akan mendesahkan namanya dengan mata putus asa dan akan secantik apa dia saat berbaring di bawahnya dengan tubuh berkeringat serta rambut yang basah.
Sore itu dorm Bangtan sepi. Para Manager ada rapat mendadak di perusahaan dan rapper line sibuk menyelesaikan lagu kolab mereka di studio. Jimin berinisiatif untuk pergi jalan-jalan dan Seokjin mengekorinya setelah tidak berhasil memaksa Namjoon untuk diperbolehkan ikut ke studio. Akhir-akhir ini Seokjin memang nampak selalu ingin bersama dengan Namjoon semenjak sang Leader pulang dari Amerika setelah menyelesaikan single tunggal perdananya. Entah karena apa, namun setiap ada kesempatan namja manis itu selalu saja mencari Namjoon lalu menempelinya seperti perangko berwarna pink dengan gambar lope-lope.
Hening menguasai ruangan yang biasa ramai oleh suara tv, orang mengobrol, orang tertawa, mengumpat, dan suara cemilan hancur dikunyah gigi di dalam mulut. Sore itu hanya terdengar desis angin dingin yang keluar dari celah AC, kaca jendela yang sedikit bergetar karena ditabrak angin musim dingin dari luar, dan suara orang mendesah diselingi bunyi kecipak saliva dari dalam sebuah kamar.
Taehyung terbaring pasrah di tempat tidur dengan Jungkook berada di atasnya, mengunci kuat kedua lengannya di kasur dan badan berada di antara kedua kakinya. Maknae itu melahap rakus kedua bibirnya seolah dia adalah predator yang sudah seminggu tidak mendapatkan mangsa. Dengan pintar Jungkook memiringkan kepala dan menguasai semua permainan, menelan habis setiap erangan frustasi yang terlepas dari mulut Taehyung lalu kembali membawanya ke dalam perang lidah panjang yang tidak berkesudahan.
"Jungkook-ah..." desis Taehyung disusul dengan desahan lirih saat merasakan bagian selatan Jungkook mulai menggesek miliknya. Awalnya pelan saja, namun lama kelamaan semakin cepat dan menekan semakin keras. Taehyung melepaskan bibir dari kutatan ciuman Jungkook hanya untuk mengerang merasakan sensasi yang tak tertahankan di aliran darahnya yang mulai memanas. Punggung namja tan tersebut membusur yang membuat Jungkook menyeringai puas dan dengan segera dia menyambut leher Taehyung yang terekspos dengan gigitan-gigitan kecil, meninggalkan bekas kemerahan di leher serta pundak Hyung-nya.
"Kenapa kau—" kalimat Taehyung tercekat ketika dirasanya Jungkook melepaskan pegangan di kedua lengannya hanya untuk menarik turun celana mereka berdua.
Jungkook tidak memberi kesempatan pada Taehyung untuk kembali bicara, langsung menutup mulut namja yang lebih tua dua tahun darinya tersebut dengan mulutnya sendiri. Membawanya ke dalam ciuman panjang melibatkan seluruh lidah, gigi, dan saliva. Membiarkan jemari Taehyung menemukan jalannya di antara rambut Jungkook, menjambaknya pelan sebagai bukti jika dia menikmati permainan mereka.
Selagi Taehyung hanya fokus pada bibir Jungkook, perlahan sang Maknae mengulurkan tangan ke bawah bantal yang ditiduri oleh Hyung-nya, mengambil botol kecil yang sudah dia persiapkan sejak awal di sana. Tanpa disadari Taehyung, Jungkook membasahi tiga jarinya sekaligus dengan lube dan segera menggerakkan tangan menuju tengah-tengah kedua kaki sang Kakak.
Tubuh Taehyung terlonjak, matanya terbuka seketika, dan bibirnya melepaskan diri dari pagutan Jungkook begitu merasakan sensasi dingin lube menyentuh pintu belakangnya. Taehyung menatap Jungkook dengan pandangan horor sementara adiknya hanya menyeringai membalas.
"Apa yang kau lakukan?" pertanyaan Taehyung sebenarnya tidak perlu dia ucapkan karena sejatinya dia tahu apa yang sedang dan akan Jungkook lakukan padanya sekarang.
Jungkook tidak melepaskan smirk-nya. "Tenang saja, Hyung. Aku akan pelan-pelan. Sakitnya tidak akan lama dan sisanya kau akan menikmatinya."
Ujung bibir Taehyung naik satu senti. "Bocah mesum. Kau mau memperkosaku, huh?"
"Ini bukan pemerkosaan, Hyung. Karena kau juga menyukainya." Jungkook mengedipkan mata polos dan merubah smirk-nya menjadi seulas senyuman ala Maknae yang menggemaskan.
Kali ini giliran Taehyung yang menyeringai.
"Tapi aku bukan bottom," ujarnya yang membuat Jungkook hampir tertawa.
"Benarkah?" nada suara si Maknae terdengar sangat meremehkan. "Kau bahkan tidak lebih jantan dari Park Jimin, Hyung."
Smirk Taehyung belum menghilang. "Mau bukti?"
"Huh?"
Masih dengan ekspresi kaget yang belum terjawab, Jungkook menahan napas saat dengan cepat Taehyung mencengkeram kedua lengannya dan membalik posisi mereka. Jungkook terhempas di kasur dengan sangat tidak elit sementara Taehyung berada di atasnya menyunggingkan senyuman kemenangan.
"HYUNG! APA YANG—" Taehyung tidak memberi kesempatan Jungkook untuk protes apalagi memberontak. Kedua lengannya dengan cepat mengangkat kaki Jungkook hingga lutut namja itu hampir mengenai wajahnya sendiri. Taehyung kemudian memegang pergelangan tangan Maknae dan melingkarkan lengannya ke bagian bawah lututnya, mengunci kedua kakinya supaya tetap terangkat, melebar, dan memamerkan bagian bawah tubuhnya yang membuat Taehyung menggigit bibir.
"HYUNG!" Jungkook memekik. "LEPASKAN!" perintahnya mencoba untuk melepaskan tangan dari cengkeraman kuat jemari Taehyung karena sejujurnya, posisinya saat ini sangat tidak nyaman dan menyakiti tulang punggungnya. Namun untuk pertama kalinya Jungkook merasa dia tidak cukup kuat melawan Taehyung. Hyung-nya memeganginya dengan sangat kuat hingga Jungkook yakin, setelah ini kedua pergelangan tangannya pasti akan membiru dengan cap jari Taehyung.
"Tenang saja, Jungkook-ah. Hyung akan pelan-pelan. Sakitnya tidak akan lama dan sisanya kau akan menikmatinya." Taehyung mengulangi kalimat Jungkook, dibalas geraman namja berwajah cantik itu dan sorot matanya yang marah berubah panik ketika melihat Hyung-nya merendahkan kepala tepat ke depan bokongnya yang terbuka lebar tanpa penutup apapun.
"Hyung, kau mau ap—AHH!" kalimat Jungkook terpotong dan berubah menjadi pekikan kaget ketika merasakan sesuatu yang dingin dan lunak menyentuh belahan pipi belakangnya. Jungkook menjatuhkan kepala ke atas bantal dan tubuhnya menegang saat Taehyung tidak berhenti menjilati lingkaran cincin pintu masuknya, membasahinya dengan saliva, dan sesekali menggigiti daging bokong di sebelahnya, meninggalkan beberapa bekas memerah akibat pembuluh darah yang pecah. Jungkook bersumpah di dalam hati selama beberapa hari ke depan dia akan mandi sendiri dan tidak akan mengajak siapapun bercinta dengannya karena akan sangat memalukan jika top seperti dirinya memiliki hickey di bokong layaknya bottom.
"Apa selama ini kau hanya menjadi top?" tanya Taehyung yang tidak dijawab oleh Jungkook sebab namja belasan tahun itu masih susah payah mengatur napas dan mencoba mendinginkan badan yang memanas karena rangsangan kecil Taehyung barusan.
"Jadi, kau belum pernah dimasuki?" tanya Taehyung lagi yang kali ini mendapat delikan mata marah dari Jungkook.
"Tidak ada top yang dimasuki, Hyung," geram Jungkook.
Taehyung menyeringai. "Ada," ucapnya santai. "Di sini. Sebentar lagi," lanjutnya yang membuat mata bulat Jungkook melotot.
"JANGAN COBA-COBA, HYUNG!"
Taehyung tergelak dan menarik salah satu tangan Jungkook yang sebelumnya sudah basah oleh lube untuk semakin mendekat ke belahan bokongnya sendiri.
"HYUNG!" Jungkook berteriak antara marah dan mengintimidasi, tapi Taehyung sama sekali tidak terpengaruh.
"Pilih mana? Jarimu yang masuk atau pen*sku yang masuk?"
TIDAK DUA-DUANYA! Mata Jungkook membelalak horor. Sekalipun dia tidak pernah membayangkan dia dimasuki seseorang. Selama ini yang dia inginkan hanyalah menjadi top dan bukan bottom. Melihat orang lain dimasuki dan menahan sakit ketika dilonggarkan ototnya—meski mereka mengaku jika menjadi bottom tidaklah seburuk dan sesakit itu—tetap saja Jungkook tidak mau. Dia mungkin bisa menahan rasa sakit yang seperti apapun, tapi harga dirinya yang dipertaruhkan. Dia kuat, dia manly, dia tampan, dan dia Golden Maknae. Tidak seharusnya dia berada di bawah orang lain, mendesahkan nama orang lain, dan memohon untuk dikoyak lebih dalam, lebih cepat. Jungkook ingin menjadi seperti Namjoon maupun Yoongi yang memiliki karisma kuat sebagai seorang ultimate top hingga wajah yang imut dan sikap gila tidak dapat menutupi aura dominan mereka terhadap para bottom.
"Menjadi bottom tidak seburuk itu, Sayang." Seolah bisa membaca kalutnya pikiran Jungkook, Taehyung bicara dengan nada rendah dan senyuman lembut. Suaranya yang serak entah kenapa kali ini terdengar seratus kali lebih seksi dari biasanya yang membuat darah mengalir cepat mengisi bagian selatan Jungkook dan sorot matanya yang teduh membuat isi dada sang Maknae menghangat sekaligus dengan kedua pipinya.
"Meski kau menjadi bottom-ku, kau masih bisa menjadi top orang lain. Seokjin Hyung misalnya."
Geraham Jungkook mengetat seketika mendengar kata 'bottom-ku'. Dia tidak mau menjadi bottom orang lain. Dia tidak mau menjadi bottom!
Jungkook kembali memberontak, mencoba untuk melepaskan diri dan sebelum sempat dia berhasil mengenyahkan tangan Taehyung dari tangannya, ujung jarinya sudah lebih dulu diarahkan Taehyung ke lingkaran ototnya sendiri. Jungkook memekik kaget, merasakan satu ruas jarinya masuk ke dalam tubuhnya, membawa perasaan aneh dan asing, juga rasa takut yang tidak mau dia hadapi.
"Santai saja, Sayang. Jangan terlalu tegang. Kalau kau tegang, rasanya akan lebih sakit." Taehyung mengatakan kalimat yang sering Jungkook katakan pada Seokjin setiap kali mereka bercinta. Mendengar kalimat yang sama yang kali ini ditujukan untuknya, sekejab membuat Jungkook merasa antara marah dan malu. Marah, karena kalimat seperti itu hanya diucapkan pada para bottom, karena Jungkook masih merasa jika dia bukan bottom. Malu, karena ternyata dihibur dan ditenangkan seperti itu memang membuat pipi jadi panas maksimal.
"HYUNG, JANG—ah, sshh..." salakan Jungkook kembali berubah menjadi desahan tak terkontrol saat Taehyung membuat jarinya masuk lebih dalam. Sekarang, telunjuknya sudah sepenuhnya tenggelam di dalam tubuhnya, berdiam di dalam cengkeraman ototnya yang ketat dan berdenyut kuat mencoba untuk menyesuaikan diri dengan keberadaan benda asing yang masuk di tempat seharusnya sesuatu keluar.
Napas Jungkook tercekat ketika Taehyung mulai menggerakkan jarinya keluar-masuk di dalam tubuhnya. Perpaduan antara rasa sakit dan geli membuatnya tidak dapat menentukan apakah dia harus mengaduh atau mendesah. Dengan sisa kekuatannya, Jungkook mencoba untuk menarik kedua tangannya yang masih dicengkeram kuat oleh Hyung-nya dan mengerang marah ketika semua usahanya hanya berakhir dengan kegagalan. Kedua pergelangan tangannya terasa linu, punggungnya mulai sakit, posisinya sama sekali tidak nyaman ditambah dengan tubuhnya yang mulai lengket berkeringat, membuat semua hal terasa salah dan menyebalkan.
"HYUUunghh..." dengan segera Jungkook memberitahu dirinya sendiri untuk berhenti berteriak dan menyalak pada Kim Taehyung sebab setiap kali dia melakukannya, namja tan tersebut akan melakukan hal lain yang membuat napas sang Maknae semakin tercekat di tenggorokan. Kini Taehyung sudah memasukkan jari kedua dan menenggelamkannya sama dalam dengan yang pertama.
"Sakit?" pertanyaan Taehyung terdengar bodoh di telinga Jungkook.
Tidakkah Taehyung pernah sembelit selama seminggu dan bagaimana rasanya ketika hampir tiga jam dia mencoba untuk mengeluarkan kotoran di dalam toilet? Dia pernah mengatakan jika bagian bawah tubuhnya seperti terbelah menjadi dua dan itulah yang sekarang dirasakan oleh Jungkook. Dalam hati Jungkook mengumpat habis-habisan. Setidaknya, minimal, Taehyung harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit dan rasa tidak nyaman ini karena sesi pelonggaran adalah bagian yang tersulit.
Seolah dapat membaca isi kepala Jungkook melalui matanya yang menyorot lemah dan memelas, Taehyung bergerak untuk mendaratkan mulut pada bagian dalam paha Jungkook yang terbuka lebar. Mengecupi setiap kulit yang terlihat sambil sesekali menggunakan giginya membuat Jungkook mengerang kaget lantas menyeretkan ujung lidahnya pada warna merah yang dia tinggalkan. Jungkook mulai terengah terutama saat Taehyung memindahkan mulut panasnya ke leher, mengulum daging lembut yang berada tepat di bawah telinga Jungkook, membuat namja yang lebih muda darinya tersebut terjengat seolah tubuhnya baru saja dikejutkan oleh setruman arus listrik. Bibir plum Jungkook sudah terbuka, mengeluarkan suara berisik tanpa dapat dikontrol oleh pemiliknya. Mendesahkan berbagai kosakata yang sukar dipahami yang sekilas terdengar seperti nama Taehyung dalam berbagai versi seiring dengan namja berkulit tan tersebut meratakan bibirnya, mencicipi setiap inch leher basah Jungkook tanpa terlewat sedikitpun.
Jungkook terlalu terlena pada gerakan bibir Taehyung tanpa menyadari jika jumlah jari yang masuk ke dalam tubuhnya sudah bertambah. Sekarang tiga jari telah terbenam seluruhnya di antara dinding ketat tubuhnya, melonggarkan sendiri ototnya, dan Jungkook melepaskan erangan tidak nyaman ketika Taehyung mulai menuntun jarinya untuk bergerak. Kepala si Maknae seperti menyatu dengan bantal di bawahnya dengan alis mengerut, memperlihatkan jika dia masih belum terbiasa dengan rasa 'penuh' di bagian bawah tubuhnya dan sesekali dia mencoba untuk menggigit bibir, menghalangi dirinya dari mengeluarkan suara-suara memalukan lain yang hanya akan membuat Taehyung merasa senang dan menang.
"Jangan ditahan, aku tidak akan memberitahu siapapun," goda Taehyung membuat Jungkook hampir kembali membentaknya namun sentakan tangannya yang tiba-tiba membuat jari Jungkook bergerak keluar-masuk di dalam tubuhnya sendiri, memusnahkan seluruh kalimat umpatan yang hendak dikatakan Maknae tersebut. Sebagai gantinya, dia merintih dan kembali menyebut nama Taehyung bercampur dengan kata-kata makian. Rintihan sensual berubah menjadi erangan ketika Taehyung menambah tempo gerakannya, membuat punggung Jungkook membusur dan terangkat dari permukaan kasur.
"Hyung...Hyung...Hyung..." ulang Jungkook berkali-kali dengan kepala bergerak ke kanan dan ke kiri. Kedua matanya terpejam rapat dengan mulut tidak kuasa menutup.
Sesekali Taehyung menggodanya, menurunkan tempo hingga ke level yang dia tahu adalah gerakan yang paling lambat, hanya untuk melihat reaksi Jungkook, bagaimana dia menggeliatkan badan, mengerutkan kening, hingga mengeluarkan suara rengekan penuh rasa frustasi membuat Taehyung menahan tawa. Taehyung tidak berani tertawa memandang bagaimana sang Golden Maknae takluk pada ketiga jarinya sendiri dan menjadi sangat menikmati didominasi oleh orang lain, karena kalau sampai Jungkook mendengar sedikit saja suara tawanya namja yang lebih muda darinya tersebut akan langsung menyalak—walaupun Taehyung ragu jika Jungkook masih akan mampu memakinya di kondisinya yang seperti saat ini.
"TAEHYUNG!" jeritan keras lepas dari bibir Jungkook ketika Taehyung mendorong jarinya masuk sangat dalam. Suara erangan panjang menyusul keluar dari celah mulut Maknae saat Hyung-nya mengarahkan ujung jarinya untuk terus menabrak titik sensitif yang sama, tanpa bisa dicegah Jungkook kembali merutuk nama Taehyung berkali-kali layaknya mantera.
Jungkook berkeringat banyak, poni rambutnya basah dan melekat di keningnya, butiran bening air garam mengalir pelan di lipatan halus kulit lehernya yang penuh oleh bercak merah dan merah tua hasil dari pekerjaan seni gigi Taehyung. Lengan, dada, dan kedua pahanya juga nampak mengkilat karena keringat akibat suhu tubuhnya yang meninggi. Penampilannya tidak jauh beda dari saat dia konser di panggung, namun kali ini—menurut Taehyung—dalam versi yang berpuluh-puluh kali lebih sensual dan hot dari konser manapun. Ditambah dengan pipinya yang dihiasi oleh warna merah yang merekah cantik serta bagaimana merdunya Jungkook melantunkan nama Taehyung dalam berbagai nada dan irama, membuat Taehyung merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia karena sudah menyaksikan sendiri sisi baru kepribadian Jeon Jungkook. Sisi lain dirinya sebagai seorang bottom yang didominasi oleh orang lain. Luar biasa cantik dan atraktif.
"Kau cantik, Jungkook-ah," puji Taehyung, tidak mampu menahan kekagumannya akan pesona sang Maknae saat ini.
"Hyung..." sebaliknya, suara Jungkook terdengar sangat memelas. Matanya membengkak karena gerakan Taehyung yang menuntun jarinya untuk berkali-kali menyiksa prostatnya sudah sukses membuat Jungkook menangis dalam kenikmatan.
Jungkook mencoba menarik tangannya yang lain, yang masih dipegang Taehyung di bawah lututnya, memberi isyarat pada Hyung-nya mengenai bagian selatannya yang sudah membengkak, berwarna merah tua, dan tergeletak berat di atas perutnya. Sama sekali terlupakan dan sekarang butuh sentuhan.
"Oh." hanya itu respon Taehyung lalu dia melepaskan sebelah tangan Jungkook. Namun belum sempat Jungkook meraih bagian tubuhnya sendiri, tangan Taehyung sudah lebih cepat mencengkeramnya dan itu membuat Jungkook memekik serta kembali membusurkan punggungnya.
"Taehyung!" ucapnya kembali saat jemari nista Hyung-nya mulai memijat bagian selatannya naik-turun seirama dengan sebelah tangannya yang lain yang membuat jari Jungkook bergerak keluar-masuk. Mulut Jungkook terbuka, menyuarakan erangan dalam diam sebab otaknya tidak lagi dapat memproses apapun atas rasa nikmat yang berlebihan ini.
Mata Jungkook mulai berkabut, isi perutnya terasa panas dan berkecamuk tanda jika dia sudah 'dekat'. Napas namja itu semakin terengah dan kata yang keluar dari bibirnya semakin tidak mirip dengan bahasa manusia Bumi. Taehyung menyadarinya, tahu jika Jungkook hampir sampai di titik klimaksnya dan bergerak untuk kembali mengecupi tanda yang dia buat di leher Jungkook. Jungkook menyelipkan jemari tangannya ke rambut Taehyung, namun dia tidak menjauhkan kepala itu membuat Hyung-nya menyimpan senyum. Taehyung memindahkan lidah ke dada Jungkook, membasahi putingnya dengan gerakan melingkar sebelum kemudian memasukkan keseluruhannya ke dalam mulutnya.
Taehyung menghisap kuat dada Jungkook bersamaan dengan dia mempercepat pijatannya di bagian selatan namja yang lebih muda tersebut dan menekankan ujung jarinya kuat-kuat ke dalam tubuhnya, menghabisi titik sensitifnya membuat Jungkook orgasme dengan tangisan keras merobek bibir plumnya. Taehyung masih menggerakkan jari Jungkook keluar-masuk dengan pelan dan memijat bagian tubuhnya hingga tidak ada lagi benang putih yang keluar dari puncak kepalanya.
"Hyung..." Jungkook mendesis lemah, tangan yang tadinya berada di kepala Taehyung langsung terjatuh ke atas kasur. Badannya melemas, seolah tulang menghilang sejenak dari seluruh tubuhnya.
Taehyung melepaskan pegangannya dari bagian tubuh Jungkook, membiarkannya tergeletak kosong di atas perutnya dan perlahan menarik jari Jungkook untuk keluar dari dalam badannya. Sang Maknae mengeluh pelan ketika jarinya dikeluarkan dari otot yang memerah perih dan untuk sesaat bagian dalam tubuhnya yang masih longgar berdenyut kecewa merasakan kehilangan akan sensasi 'penuh' yang memabukkannya barusan.
Taehyung melepaskan tangan Jungkook dan membantu Maknae untuk menurunkan kakinya. Jungkook sudah berbaring nyaman sekarang dengan mata terpejam, napas memburu, dan tubuh yang sepertinya masih susah untuk digerakkan. Taehyung meraih kotak tisu yang berada di nakas, membersihkan cairan putih Jungkook yang tumpah berantakan di atas perutnya dan sedikit nyasar di dada Taehyung. Namja tan tersebut meletakkan kembali tisu ke nakas, memutuskan untuk membersihkan sisanya nanti karena Jungkook terlihat sedang tidak ingin diganggu apalagi harus kembali mengangkat kaki hanya untuk membersihkan diri.
Taehyung menjatuhkan diri di sebelah Jungkook yang masih memejamkan mata.
"Bagaimana rasanya? Tidak buruk 'kan?" nada suara Taehyung merupakan perpaduan antara menggoda dan meledek. Jungkook membuka mata dan menoleh padanya. Sorot matanya masih lemah meski Taehyung dapat melihat ada binar kepuasan di kedua manik bening itu.
"Kita bisa mengulanginya lagi kalau kau mau." Kalimat Taehyung entah kenapa membuat pipi Jungkook yang tadinya sudah berwarna pink cerah, mendadak berubah menjadi merah kembali. Taehyung terkikik, meraih sebelah leher Jungkook dan menciumi tulang rahang namja itu sambil membisikkan kalimat yang membuat pipi Maknae semakin memanas.
"Kau sangat menggemaskan kalau seperti ini, Jungkook-ah. Neomu kyeopta, neomu yeppeo."
"Aku akan membunuhmu, Hyung," bisik Jungkook meski pada kenyataannya dia jatuh pada sentuhan Taehyung dan menggeser diri untuk semakin dekat dengan Hyung-nya. Tangannya masih gemetar ketika menyentuh dada Taehyung dan Taehyung membalasnya dengan melingkarkan lengan di bawah leher Jungkook serta pinggangnya, memeluknya dengan erat.
"Jangan bilang siapa-siapa," pinta Jungkook dengan ancaman dan Taehyung kembali harus menahan tawa.
"Iya, tentu saja," ujarnya sambil dalam hati menertawakan gengsi Jungkook yang menurutnya sangat menggemaskan. Dan tidak sampai sepuluh detik kemudian, suara Jungkook tidak lagi terdengar, digantikan oleh napasnya yang keluar-masuk teratur cukup mengisyaratkan jika dia sudah tertidur.
-o0o-
"Masih sakit?" tegur Seokjin ketika berpapasan dengan Jungkook di pintu dapur. Jungkook menjawab dengan gelengan pendek lalu berjalan menuju ruang duduk tempat para member lain berkumpul dan berteriak ribut menyemangati pertandingan game antara Taehyung dengan Hoseok.
Pagi ini Jungkook terbangun dengan rasa perih hebat di bagian dalam bokongnya dan linu di sekujur tubuhnya. Butuh beberapa jam hingga akhirnya dia bisa bangun dari tempat tidur dan berjalan tertatih keluar kamar. Taehyung berbohong pada para Hyung dan Manager, mengatakan jika Jungkook terpeleset di kamar mandi dengan pantat jatuh lebih dulu. Dan mengenai bekas merah di leher mereka berdua, tidak perlu dijelaskan. Seisi dorm tahu seperti apa Jeon Jungkook itu. Seorang remaja dengan darah muda yang membuncah begitu pun dengan hormonnya. Dia punya kebiasaan buruk selalu menyerang Hyung-nya tanpa pikir panjang, entah hanya untuk bercumbu ataupun lebih.
Tentu saja Taehyung tidak menyebutkan kalau sebenarnya mereka sudah melakukan 'lebih dari bercumbu', apalagi mengatakan kenyataan detilnya. Karena jika sampai ada yang tahu Jungkook sang Golden Maknae sudah diobrak-abrik oleh alien 4-D macam Kim Taehyung, di sisa karir Bangtan mereka akan perform hanya dengan lima orang member karena Jeon Jungkook dipenjara atas tuduhan kasus pembunuhan berencana dan Kim Taehyung tinggal nama.
Jungkook duduk perlahan di spasi sofa yang tersisa di sebelah Namjoon. Pelan-pelan merebahkan bokongnya yang masih sedikit sensitif dan begitu dia sudah menemukan kenyamanan di bantalan sofa yang empuk, helaan napas lega terlepas lirih dari celah bibirnya. Tidak pernah sekalipun terpikirkan olehnya jika efek fingering akan sangat menyiksa seperti ini. Sebab, yang selalu dia lihat hanyalah wajah ceria Jimin dan senyuman bahagianya setiap kali bergelayut manja di lengan Yoongi walau jelas-jelas mata serta bibirnya membengkak dan tanda merah posesif menghiasi hampir di semua sisi leher serta pundaknya. Seokjin juga tidak pernah mengeluhkan apapun selesainya mereka bercinta. Jadi Jungkook sama sekali tidak ada persiapan untuk menghadapi rasa sakit seperti ini.
"Kalau pertama kali memang begitu rasanya. Kau akan mulai terbiasa setelah yang kedua, ketiga, dan seterusnya." Jungkook langsung membalas kalimat (bukan) hiburan dari Taehyung dengan melemparkan kamus bahasa Inggris dari nakas tepat ke kepala namja itu. HELL NO dia mau menjadi bottom lagi!
"Hari ini kami ada rapat lagi di kantor. Jaga dorm baik-baik," pesan Manager.
"Rapper line ke studio!" seru Hoseok disambut acungan jari Namjoon dan anggukan kepala Yoongi.
"Aku ikut Yoongi Hyung!"
"Aku ikut Namjoonie!"
Seokjin dan Jimin berteriak bersamaan yang membuat mereka saling memandang lantas meminta persetujuan ke nama yang disebut barusan. Yoongi tersenyum, mengulurkan tangan untuk mengacak rambut Jimin.
"Tentu," jawabnya yang langsung membuat Jimin bersorak senang, melompat dari lantai, dan menubruk kekasihnya di sofa. Jimin membenturkan bibirnya pada bibir Yoongi, menekannya dengan riang.
"Terima kasih, Hyung. Saranghae~" ucap Jimin yang langsung membuat member lain berteriak protes karena apa yang dia lakukan barusan sangat tidak sopan (dan membuat iri).
Sementara Seokjin sedang memandang Namjoon dengan alis melengkung ke atas, mata besar berkaca-kaca, dan bibir gendut dilengkungkan ke bawah. Namjoon salah tingkah seketika, bohong jika dia bilang isi dadanya tidak meleleh melihat aegyo dan puppy eyes seperti itu. Namun menyetujui permintaan Seokjin yang notebene-nya lebih tua dua tahun darinya...
"Namjoonie..." suara Seokjin terdengar kecil, memohon, memelas, dan ingin diiyakan. Jungkook menyeringai memandang tingkah kekanakan Hyung-nya yang paling tua tersebut. Walaupun mereka sudah melakukan seks bersama berkali-kali, tapi ini untuk pertama kalinya Jungkook melihat Seokjin begitu menginginkan seseorang. Bukan untuk melakukan seks, melainkan hanya demi mengikuti kata hatinya. Bisa Jungkook lihat jika Seokjin menyukai Namjoon, sangat menyukai Namjoon, meski sang Leader masih juga belum bisa menata hatinya dan belum yakin untuk memberi kepastian pada Seokjin.
"Aku mau tidur. Badanku masih sakit. Dan aku tidak mau mendengarkan ceramah Seokjin Hyung karena itu hanya akan membuat kondisiku memburuk," celetuk Jungkook membuat semua orang menoleh padanya, termasuk Seokjin yang langsung memberinya ekspresi wajah siap menangis. Kalau Namjoon tidak mengijinkan dia ke studio dan Jungkook tidak memperbolehkan dia di dorm, lalu kemana dia harus pergi?
"Oh." hanya itu tanggapan Namjoon yang membuat Jungkook seketika ingin melemparkan remote tv ke wajahnya. Bagaimana mungkin ada orang yang terlampau sangat tidak peka seperti itu. Yang lebih penting, bagaimana bisa Seokjin yang begitu sensitif menyukai orang dengan saraf tepi super pendek begitu.
Hidup Seokjin Hyung pasti akan menderita kalau bersama Kim Namjoon, pikir Jungkook.
"Taehyungie?" Seokjin berharap setidaknya ada satu orang yang akan menemaninya jalan-jalan atau nonton atau...
"Aku mau main game. Pokoknya aku harus berhasil mengalahkan Hoseok Hyung di level ini! Aku mau latihan menaklukkan level ini!" jawab Taehyung berapi-api yang disambut olokan keras dari Hoseok dan sekejab mereka sudah saling berdebat tentang siapa yang lebih lemah. Suasana semakin ribut ketika Yoongi dan Jimin bertepuk tangan serta bersorak mengompori.
Tubuh Seokjin lemas seketika, wajahnya menunduk suram dengan sudut mata yang mulai basah. Jungkook hampir membuka mulut ketika suara serak Namjoon terdengar lebih dulu.
"Kau bisa ke studio dengan Jimin, Hyung."
Dan sekejab mendung sirna dari wajah cantik Seokjin. Kepalanya mendongak, matanya bersinar, dan senyuman mengembang indah menyempurnakan parasnya.
"Benarkah?" tanyanya dengan dada meledakkan bunga-bunga merah muda.
Jungkook tersenyum dan mendadak dia ingin tertawa saat melihat kedua pipi Namjoon merona. Memang, tidak ada yang bisa mengingkari jika Seokjin itu cantik dan menarik, bahkan untuk namja se-independen Namjoon sekalipun. Meski dia tidak ingin mengakuinya, Jungkook yakin sebenarnya Namjoon mulai menyambut perasaan Seokjin dengan getar yang sama.
"Jadi, yang berada di dorm Taehyung dan Jungkook?" Manager mengkonfirmasi.
"Ne!" jawab semua member.
"Jangan. Buat. Masalah."
Itu bukan pesan, tapi peringatan yang langsung dibalas senyuman (sok) polos kedua maknae line.
"Jangan. Berebut. Selimut," sambung Hoseok dengan mata mengerling penuh makna dan senyuman tersungging menyebalkan.
"Jangan lupa bersih-bersih kalau kalian sudah 'selesai'," lengkap Jimin.
"Tidak, tidak ada yang seperti itu." Taehyung menggelengkan kepalanya. "Benar 'kan, Jungkook-ah?" dia beralih pada Jungkook yang menaikkan alis menanggapinya.
"Paling aku hanya akan membantu Hyung bermain game sedikit," ujar Jungkook yang membuat mata Taehyung melebar. Inti manik mereka bertemu dan selanjutnya mereka seperti bicara dengan telepati.
Apa maksudmu, Jungkook-ah?
Tebak saja.
Jungkook menurunkan objek pandangannya ke resleuting celana Taehyung, perlahan menelan saliva membayangkan jika benda itu yang menggantikan jarinya masuk akan seperti apa rasanya. Akan sesakit apa, akan senikmat apa. Dan ketika Jungkook kembali menatap Taehyung, namja yang lebih tua darinya tersebut seketika memperlihatkan kilatan paham di kedua matanya. Paham akan keinginan Jungkook yang menguar jelas dari manik kelamnya serta smirk-nya yang tidak bisa disembunyikan.
Jungkook sudah menentukan tantangan yang harus dia taklukan selanjutnya. Sampai dimana dia bisa bertahan saat Kim Taehyung mengobrak-abriknya dan apa yang seharusnya dia lakukan untuk bisa menundukkan Kim Taehyung—tentu saja—sebagai bottom-nya.
-END-
Kalo sama Taehyung, Jungkook itu tipe uke on top yang galak dan gengsian. Bikin gemes pengen nonjok/?
Selamat datang di chapter pertama kumpulan oneshoot BTS yg baru~
Jangan tanyakan kenapa langsung rate M, karena saya juga tidak tahu *kedip mata volos*
Nice to meet you and REVIEW JUSEYOOO~ *lempar bangtan bomb/? ke reader*
