Title

Strange Kid

Desclaimer

©Seungra Lee

Cast

HunHan ofc

Rate T for this chapter

Warning

Typo everywhere, OOC (maybe), alur cerita berantakan

No SIDERS Allowed!

.

.

I lost my soul for a long time

I cant find anyone to make me believe

That love is always be here by my side

When I met you, the world seems different

.

.

"Oh Sehun, kapan kau akan berhenti berpacaran dengan laptopmu itu? Kalau kau terus – terusan begini, kau akan cepat tua! Carilah sedikit hiburan.", omel seorang namja berkulit tan kepada namja tampan yang tengah berkutat dengan laptopnya.

"Aku sibuk, Kai. Lain kali saja.", balas namja bernama Sehun itu kepada namja yang mengomelinya, Kai.

Kai hanya mendengus kesal. Dari pagi sampai malam, bosnya ini sama sekali tak mau terlepas dari laptop dan tumpukan kertas sialan di depannya. Bukannya otoriter, ia hanya merasa kasihan. Sehun kesepian, sehingga ia menggunakan pekerjaannya sebagai alat untuk mengusir rasa sepi tersebut.

Lagipula, Sehun seorang pria sehat secara biologis kan? Apa dia tidak membutuhkan sedikit err.. hiburan? Pergi ke bar dan berkenalan dengan salah satu gadis seksi sepertinya bukan ide yang buruk. Selama ini, Sehun terlalu mengabaikan kebutuhan biologisnya. Ia pasti tersiksa. Sampai sebuah ide cemerlang muncul di benak Kai.

"Ya! Sehun – ah. Kenapa kau tidak sedikit bersenang – senang dengan err.. seorang gadis?", tawar Kai berbasa – basi. Sehun mengangkat alisnya, sepertinya pria itu tertarik dengan topik pembicaraan mereka.

"Aku tidak tertarik pada seorang gadis, asal kau tahu saja.", jawab Sehun dingin.

"Aku tahu kau gay tapi ayolah.. kau pikir siapa lelaki di dunia ini yang rela dijadikan hiburan? Yang ada wanita penghibur, tidak ada lelaki penghibur."

Sehun menatap Kai tajam. Ingin rasanya ia menyumpal bibir seksi Kai dengan kaos kaki ayahnya yang jarang dicuci. Seenaknya saja berbicara. Sehun bukan gay, walaupun ia akui ia tidak menyukai gadis. Namun bukan berarti ia tertarik pada lawan jenis. Ia hanya cuek.. yah cuek.. sama sekali tidak peduli dengan yang namanya lawan jenis.

"Maaf, aku menolak." Ucap Sehun datar.

"Hei ayolah! Selama 26 tahun kau hidup di dunia ini kau belum pernah merasakan bagaimana nikmatnya 'bermain' bukan?", pancing Kai.

Sehun terdiam. Ucapan Kai seratus persen benar, tidak ada yang meleset. Ia memang terlalu mengabaikan kebutuhan seksualnya. Ia sama sekali tidak peduli. Hanya satu hal yang bisa memberikannya kenikmatan, uang.

Karena uang adalah segala – galanya.

Tak ada seorangpun mampu hidup tanpa adanya uang.

"Kau tampan, Sehun. Sayang sekali jika kau menyia – nyiakan kegagahan tubuhmu dengan mengabaikan hasrat seksualmu."

Kai benar lagi. Sehun adalah lelaki tampan, berkulit putih, bertubuh tinggi sempurna dan kaya raya. Siapa yang tak menginginkannya? Ratusan bahkan ribuan pria dan wanita mungkin akan rela membuka bajunya di depan Sehun hanya dengan tatapan tajam pria tampan itu. Tak mungkin ada yang menolak pesona seorang Oh Sehun.

"Aku akan memikirkannya.", tutup Sehun, tak lama kemudian lelaki itu keluar dari ruang kerjannya meninggalkan Kai yang menatap punggungnya sambil menyeringai.

.

.

Taman. Tempat tujuan Sehun kali ini. Layar laptop dan tumpukan kertas putih itu cukup membuat kepalanya serasa ingin pecah. Jadi mungkin ia harus merilekskan diri di sebuah taman yang cukup indah. Ia duduk di sebuah bangku. Bangku itu tidak kosong, ada seorang namja yang duduk di sana. Sehun duduk di samping namja itu.

Namja itu bertubuh jauh lebih mungil dari Sehun. Ia menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan kecilnya. Rambutnya berantakan, bajunya lusuh, ia nampak dalam kondisi yang tidak baik. Samar namun pasti, Sehun dapat mendengar isakan kecil namja itu.

Entah mengapa, isakan namja itu berhasil membuat jiwa egois Sehun meluruh seketika. Sehun merasa kasihan pada si mungil yang tengah menangis tersebut. Perlahan tangannya terulur untuk menyentuh pundak si mungil.

"Ya, gwenchana?", tanya Sehun lembut.

Namja mungil itu mengangkat wajahnya mencari sumber suara. Matanya menemukan Sehun tengah memandang lembut ke arahnya. Ia mengerjap polos. Manis, kesan pertama yang Sehun dapat dari namja mungil itu.

"Hiks..", namja itu menangis lagi. Sehun yang merasa kebingungan tanpa ragu langsung memeluk namja itu. Si mungil menangis sejadi – jadinya di pelukan Sehun, orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Apa daya? Pelukan adalah salah satu obat manjur untuk menyembuhkan kesedihan dan luka hati.

"Siapa namamu?", tanya Sehun saat ia merasa tangisan namja itu mulai reda.

"L-luhan.", jawab namja itu gugup.

"Aku Sehun. Dimana kau tinggal?"

"Di Panti Asuhan, tapi mereka mengusirku.", lirih Luhan. Setetes air mata kembali membasahi pipi chubbynya. Sehun mengangguk. Sekarang ia tahu apa yang membuat hati si mungil ini risau.

"Hei.. uljimma! Kenapa mereka mengusirmu hmm? Apa salahmu?", tanya Sehun sembari mengelus helaian rambut halus Luhan.

"Mereka membenciku. Mereka bilang aku tidak layak berada di antara mereka. Mereka bilang ibuku seorang pelacur, ayahku seorang mucikari, kakakku seorang bartender murahan. Padahal, aku tidak mengenal siapa keluargaku.", ucap Luhan terputus – putus oleh tangis.

Sehun mengangguk lagi. Ucapan polos Luhan sama sekali tidak mengandung unsur kebohongan. Namja itu mengatakannya dengan lepas, jujur, dan apa adanya.

"Apa nama Panti Asuhan tempat kau tinggal?"

"Panti Asuhan Kwanghee."

Sehun tersenyum miring. Ia merasa tertarik dengan namja kecil ini. Dia sangat polos dan sepertinya menyenangkan. Terlebih namja itu hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek, mengekspos kulit tangannya yang mulus dan kakinya yang jenjang. Semua itu berhasil membangunkan monster dalam diri Sehun yang selama ini tertidur.

Bersenang – senang. Ia kembali memikirkan ucapan Kai di ruang kerja tadi. Apa salahnya bersenang – senang? Lagipula, ia sangat penasaran dengan semua itu. Ini saatnya ia mengetahuinya. Dan Luhan adalah orang yang tepat untuk diajak bersenang – senang.

"Hei.. jangan menangis. Bagaimana kalau ku antar pulang?", tawar Sehun.

"Aniya! Aku tidak mau kembali ke tempat itu!"

"Kalau kubelikan es krim dulu?"

"Mmm.. boleh juga!"

Luhan mengangguk cepat mengiyakan tawaran Sehun. Dimata Sehun, Luhan terlihat begitu imut dan manis, bahkan ia terlihat sangat cantik seperti wanita. Tubuhnya juga sangat ramping, tidak seperti anak laki – laki biasanya.

"Kajja!", ajak Sehun sembari menarik lengan mungil Luhan.

.

.

Sehun tertawa dalam hati melihat ulah Luhan. Namja mungil itu nampak terlalu bersemangat menghabiskan eskrim cokelatnya. Luhan yang merasa di perhatikan, menghentikan tingkah lucunya itu. Ia berdehem sambil mengelap cairan cokelat yang menempel di bibir dan pipinya.

"Hati – hati kalau sedang makan, nanti kau bisa tersedak.", nasehat Sehun.

Luhan hanya mengangguk, kemudian melanjutkan acara makan es krimnya.

"Kau tidak kedinginan?"

"Aniya."

"Ini musim gugur, kau hanya memakai kaos lengan pendek, apa tidak dingin?"

Luhan menggeleng pelan. Ia kembali memakan es krimnya.

Tanpa ia sadari sehelai kain hangat mendarat di punggung sempitnya. Ia menoleh, ternyata Sehun melepas jaketnya dan memakaikan jaket tersebut ke tubuhnya. Pipi Luhan merona hebat. Jaket Sehun sangat hangat walaupun terlalu besar di tubuhnya yang mungil.

"Nanti kau sakit. Apa kau tidak sekolah besok?"

Luhan terdiam. Ia meletakkan es krimnya kemudian menunduk dalam.

"Aniya.", jawabnya singkat. Sehun menatapnya iba.

"Kenapa tidak sekolah eoh?", tanyanya lagi.

"A – aku, tidak boleh sekolah oleh pihak panti.", lirih Luhan.

Sehun membulatkan matanya. Tidak boleh sekolah? Peraturan macam apa itu? Pendidikan adalah hak asasi yang pantas didapatkan semua orang! Mana bisa seenak jidatnya melarang anak sekolah seperti itu?

"Kau ingin sekolah?"

Luhan mendongak menatap Sehun. Ia merasa ada setitik harapan di setiap ucapan Sehun barusan.

"Ne! Aku sangat ingin sekolah!", gencar Luhan antusias.

Sehun hanya bisa tersenyum. Tangan besarnya mengelus helaian surai cokelat Luhan. Ia merasa iba pada anak ini, namun disisi lain ia ingin memiliki setiap lekuk tubuh Luhan. Setan dan malaikat dalam dirinya seakan berperang untuk membuktikan siapa yang terhebat.

Aku akan mengadopsinya.

"Kajja kita pulang. Hari sudah mulai larut."

.

.

SKIP TIME

"Kupikir ada yang salah dengan dirimu, Oh Sehun."

Sehun hanya mengangkat bahu mendengar ucapan sinis Kai. Ia tidak peduli apa yang dikatakan namja berkulit tan tersebut kepadanya. Sekretarisnya ini memang selalu cerewet. Sok menasehati dan bersikap seolah – olah dia paling benar. Jika saja Kai bukan sekretaris kepercayaannya, ia pasti sudah memecatnya sejak dulu.

"Di dunia ini banyak sekali wanita atau bahkan pria yang bisa kau nikmati. Mereka jauh lebih profesional dan handal dalam hal bercinta. Kenapa kau memilih anak dibawah umur yang pikirannya masih polos?"

Ucapan Kai selalu masuk akal, walaupun Sehun tidak menyukainya. Tentu banyak sekali orang di dunia ini yang rela menyerahkan tubuhnya kepada pria setampan Sehun. Tapi Luhan? Kenapa Sehun memilihnya?

Karena ia indah..

Karena dia polos dan penurut..

Kecantikannya melebihi dewi dan wanita manapun..

"Bahkan usia kalian terpaut 12 tahun. Apa kau tidak takut massal mengetahui bahwa Direktur Oh Sehun memelihara anak berusia 14 tahun sebagai pemuas nafsunya?"

Sekali lagi ditegaskan, Sehun tidak akan peduli apapun ucapan Kai. Ia yakin massa tidak akan berani mengeroyoknya. Sehun adalah penguasa, ia memiliki segalanya. Ia bisa saja menyumpal setiap mulut pencemooh itu dengan uangnya yang melimpah. Hanya dengan uang, ia bisa memiliki segalanya.

"Apa kau akan membeli Luhan? Atau kau menculiknya?", Kai mengintrogasi dengan nada menyelidik.

"Dia berasal dari Panti Asuhan. Aku akan mengadopsi Luhan dan meresmikan diri sebagai Ayah angkatnya. Aku harus membebaskannya dari panti asuhan keparat itu."

"Kenapa? Apa masalahmu dengan panti asuhan itu?"

"Mereka sangat kejam. Mereka melarang Luhan bersekolah dan membully bocah itu habis – habisan. Terlalu sampai hati."

"Well, ceritamu semakin menarik saja, Oh Sehun. Kau dan Luhan bagaikan ayah yang meniduri anaknya sendiri. So funny.."

Sehun menulikan telinganya mendengar ucapan menusuk Kai. Sungguh, dia seperti seorang istri yang marah karena suaminya selingkuh. Kai? Istrinya? Cih.. ia tak akan sudi memiliki istri secerewet Kai.

"Pikirkan baik – baik sekali lagi, Sehun – ah. Apa kau yakin melakukan semua ini?"

"Ne.. semuanya telah kupikirkan matang – matang. Keputusanku sudah bulat."

Kai hanya bisa mengelus dada. Ia tahu Sehun seorang yang selalu mendapat apa yang diinginkan. Ia kaya, ia bisa membeli apapun. Ia terlalu cepat memutuskan. Ia benci berpikir dua kali. Apa yang ia katakan harus menjadi kenyataan. Karena, ia memiliki uang. Uang adalah segalanya. Dewa dari kehidupan ini, setidaknya itu menurut Sehun.

"Baiklah, hanya satu pesanku padamu.."

"Jangan jatuh cinta padanya."

Sehun tertawa keras mendengar peringatan Kai. Semua itu terdengar seperti lelucon paling memuakkan di dunia. Jatuh cinta? Pada anak kecil? Hell no! Kemungkinan Sehun mencintai Luhan hanyalah nol persen alias tidak ada.

"Kau terlalu pintar melawak, Kkamjong."

Kai memutar bola matanya kesal. Entah mengapa ia sangat sentimen jika Sehun memanggilnya dengan sebutan itu. Seakan – akan predikatnya sebagai pria tampan (setelah Sehun tentunya) runtuh seketika.

"Yakk! Kau akan memperkosa anak itu, Oh Sehun. Bisa saja kau.."

"Kau apa?"

"Kau menyukainya.. lalu jatuh cinta padanya..", lirih Kai. Sebenarnya jantungnya tengah berdegup kencang saat ini.

"Wae? Kau cemburu?"

"TIDAK."

Kai menunduk dalam, mencoba menyembunyikan rona merah yang mulai memenuhi pipinya. Ia tak berani menatap Sehun, lelaki berwajah angkuh tersebut.

Iya.. Sehun – ah. Aku cemburu.. kenapa kau memilih anak itu? Sementara aku ada di sini.. aku mencintaimu, Oh Sehun.

Batin Kai menangis.

~Strange Kid~

Aventador LP700 Sehun berhenti di sebuah gedung sederhana di daerah Gwangju. Ia keluar dan melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam gedung bertuliskan "Panti Asuhan Kwanghee" tersebut. Ia melirik arlojinya sebentar, kemudian mengangguk samar namun pasti.

Dari kejauhan terlihat seorang wanita paruh baya melambaikan tangan kepadanya. Sehun berjalan cepat menghampiri wanita tersebut. Setelah beberapa sesi tanya jawab formal, Sehun kemudian mengikuti wanita itu masuk ke dalam sebuah ruangan.

"Sooyoung – ssi, bolehkan aku meminta data Luhan?", tanya Sehun.

Ia memang berencana mengadopsi Luhan hari ini. Ia akan mengukuhkan diri sebagai Ayah angkat Luhan sekaligus 'majikan' baru namja mungil itu. Baru 4 hari mereka berpisah, namun Sehun sudah merasa rindu dengan aroma tubuh Luhan yang memabukkan. Dan jangan lupakan wajah manis orientalnya yang sangat indah itu.

"Tentu saja, Tuan Oh.", balas Sooyoung sembari menyodorkan sebuah map kepada Sehun. Tak mau memperpanjang waktu, Sehun segera membuka map tersebut dan membaca isinya,

Nama : Xi Luhan

Tempat/tanggal lahir : Beijing, 20 April 2000

Nama Ayah : -

Nama ibu : Xi Heechul

"Bisa kau ceritakan sedikit mengenai Luhan?"

"Luhan namja yang sangat manis, ia polos dan juga penurut. Namun sayang, nasibnya tak semanis wajahnya. Ibunya yang bodoh itu tega membuang Luhan ke panti ini dengan alasan ia tak menginginkan kehadiran Luhan. Ia tak menyebutkan nama ayahnya, bisa jadi Luhan adalah anak hasil hubungan gelap."

Sehun menyimak kata demi kata yang terucap dari bibir wanita itu. Wajahnya datar, namun matanya sarat akan rasa penasaran.

"Disini, ia lebih menderita lagi. Ia sering menjadi korban bullyan teman – temannya. Menangis adalah kebiasaan yang tak pernah ia lewatkan. Ia selalu menangis, dan itu membuat kami khawatir. Sampai kemarin ia kabur dari panti, beruntung Anda menemukannya dan mengembalikannya ke sini. Kami sangat berterimakasih, Tuan Oh."

Cih.. berterimakasih katamu? Kau bahkan telah mencampakkan Luhan dan mengambil haknya sebagai manusia.

"Apa Anda yakin dengan semua ini, Tuan Oh? Maksud saya, apa Anda tidak terlalu muda untuk mengangkat seorang anak? Apa Anda memiliki istri?"

Semua pertanyaan Sooyoung telah Sehun persiapkan jawabannya matang – matang. Lelaki itu sudah menduga bahwa pertanyaan – pertanyaan aneh macam itu pasti akan terlempar kepadanya.

"Istriku telah meninggal 2 bulan yang lalu. Kami tidak memiliki anak sedangkan aku sangat mencintainya. Ia berpesan jika aku ingin bahagia, aku harus mengadopsi seorang anak.", bohong Sehun.

Dan bodohnya Sooyoung mengangguk percaya.

"Arraseo. Sebelumnya tolong tandatangani surat ini dan Luhan resmi menjadi anak angkat Anda."

Sehun mengeluarkan pulpennya. Dengan santai ia menandatangani surat itu. Ia menyeringai dalam hati.

"Deal?"

"Deal."

Mereka berdua saling berjabat tangan.

TOK TOK!

Terdengar suara pintu diketuk. Dengan sigap Sooyoung membukakan pintu tersebut. Ternyata orang yang dibicarakan telah tiba.

"Soo Ahjumma, mana Appa baruku?", tanya Luhan bersemangat.

"Ucapkan salam pada Appa barumu, Luhannie."

"Se-sehun hyung?"

.

.

TBC

Next? RCL Pliss

Annyeong! *teriak bareng Lulu* Seungra datang membawa HunHan. Sebenernya cerita ini terinspirasi dari maraknya kasus pemerkosaan anak sama pedofil yang terjadi di Indonesia baru – baru ini nih…

Jadi Seungra kepikiran bukan jadiin Sehun pedofil. Alasannya adalah mukanya Sehun yang gantengnya minta ampun itu ternyata borosnya juga minta ampun! Cocok gitu jadi bapak – bapak! #plakk #digamparLuhan

Dan Luhan, maaf ya kalo Luhannya aku nistain. Soalnya menurut aku, orang yang wajahnya imut pantas untuk teraniaya hahaha #laribarengkyuhyun..

Next? Review plisss #puppyeyesgagal