Kriiing..

Nada dering panjang sudah terdengar di penjuru sekolah. Memberikan tanda bahwa waktu pembelajaran sudah selesai. Rona ceria seketika muncul tatkala tanda pulang terdengar dengan nyaringnya.

Keributan saat pulang mulai terlihat. Kesibukan merapikan peralatan tulis atau sekedar berbicara dengan kawan di belakang terjadi dengan natural. Selama pelajaran berlangsung, ada sebuah benteng bernama ketenangan untuk fokus yang menjadikan mereka lebih teratur dan patuh. Dan ketika waktunya tiba, mereka siap meledakkan berbagai ekspresi yang tersembunyi selama proses belajar berlangsung.

Jung Yura tidak terlalu antusias dengan keributan di sekitarnya. Ada satu obyek yang harus ia lihat sebelum pulang. Namun ia hanya bisa melihatnya dari tempat yang jauh. Tidak masalah, asalkan hari ini dia bisa melihatnya. Melihat Lee Junho.

Tidak ada komunikasi yang terjadi hari ini. Setiap hari, hal yang selalu ia nantikan di sekolah adalah terlibat suatu pembicaraan dengan Junho. Namun hari ini ia tidak bisa mendapatkan kesempatan itu. Tidak ada satu momen yang membuat mereka saling berbicara.

Yura menyerah. Ia tidak beruntung hari ini.

Keadaan kelas sudah mulai sunyi. Hanya ada beberapa teman sekelasnya yang masih mengobrol. Yura melangkah lesu saat keluar kelas. Ia seperti seseorang yang baru saja mengerjakan 1000 soal matematika yang memusingkan, lesu dan tak bertenaga.

"Yura!"

Suara itu? Yura mengenalinya!

Yura memutar kepala dan melihat Junho tersenyum padanya. Tidak hanya itu, Junho bahkan menghampirinya. Yura mematung dengan keadaan yang tiba-tiba ini.

"Eh? Ya?"

Ada sesuatu yang tiba-tiba siap meledak dalam diri Yura. Yura juga merasakan detak jantungnya tidak baik. Mendadak detak jantungnya itu memburu dan tidak bisa di hentikan.

"Kacamata mu tertinggal."

Junho menyerahkan sebuah kacamata berwarna putih. Itu milik Yura.

"Eoh? Gomawo.."

"Baiklah. Aku pulang dulu."

Yura masih terpaku. Ia melihat punggung kokoh Junho perlahan menjauh di lorong sekolah.

Yura mengangkat tangannya dan memastikan sesuatu dari jam tangannya.

"10 detik! Yess!"

10 detik yang sangat berkesan bagi Yura. 10 detik terasa cukup saat suatu momen memberinya kesempatan terlibat pembicaraan dengan Junho. Dan sesuatu itu pun akhirnya meledak memberikan kekuatan baru bagi Yura.