"Failed Plan"


Shigeru menyesap sisa kopinya sampai habis. Ia menggerutu dalam hati–sudah hampir tengah malam, tapi tugas-tugas labor ini belum ada separuhnya selesai. Kalau dihitung-hitung, kopinya ini sudah gelas ketiganya. Shigeru menguap lebar-lebar, tanpa berniat menutup mulutnya dengan tangan–toh ia sendirian disini, tidak perlu malu pada siapa-siapa. Ia menghela napas. Kalau sudah begini, ia tidak butuh kopi lagi–ia butuh tidur. Sekali lagi, ia menguap selebar yang bisa kudanil dilakukan oleh para kudanil.

"Shigeru, kalau menguap ditutup dong."

Mendengar suara yang familiar itu, Shigeru langsung menoleh. Benar saja, Satoshi sedang berdiri di dekat pintu lab dengan Pika bertengger di pundaknya.

Krik.

"Satoshi, berapa kali aku harus bilang padamu untuk mengetuk pintu sebelum masuk?" tegur Shigeru, setengahnya utuk menutupi rasa malunya sendiri karena ketahuan menguap luar biasa lebar.

Satoshi nyengir polos.

"Habisnya, tadi kupikir tidak ada orang, makanya aku kaget waktu mendapati pintu depan tidak terkunci. Padahal aku sudah susah-susah pinjam kunci lab punya Profesor Yukinari lho."

"Memangnya ada urusan apa kau kemari sendirian? Tidak bisa menunggu pagi ya?" tukas Shigeru sambil menyipitkan mata, seolah Satoshi mau rampok atau apa.

Cengiran Satoshi bertambah lebar, kali ini ia malah mengaruk pipinya dengan jari telunjuk, gugup. Shigeru makin curiga.

"Etto... Sebenarnya, aku dan Pika, ehm, sebenarnya..."

"Sebenarnya apa?"

Satoshi mengeluarkan segulung kertas berukuran A3 dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya pada Shigeru, nyaris terlihat malu-malu.

"Aku dan Pika seharian membuat itu. Kami ingin menempelnya disini malam ini, supaya besok kau sudah bisa melihatnya. Tapi rencananya gagal deh."

Penasaran, Shigeru membuka gulungan kertas itu. Sepertinya, Satoshi dan Pika berusaha menggambar potret dirinya menggunakan krayon. Tapi, gambar itu benar-benar... abnormal. Kepalanya berbentuk elips, badannya berupa trapesium sama kaki, kedua kakinya mirip not balok setengah ketuk, tangan kanannya mirip kipas nikahan, tangan kirinya mirip baling-baling bambu, dan rambutnya mirip Aloe vera warna cokelat.

Shigeru bengong.

"Selamat ulang tahun, Shigeru!" teriak Satoshi riang.

Shigeru masih bengong. Ia menoleh ke jam dinding–sudah lewat tengah malam sekarang. Ia bahkan lupa ulang tahunnya sendiri.

"Shigeru, kau tidak suka ya?"

Shigeru cepat-cepat menoleh. Satoshi menunduk, memainkan sebatang krayon hijau. Di pundaknya, Pika melakukan hal serupa dengan sebatang krayon ungu. Ekspresi mereka mirip. Sama-sama sedih. Tapi juga sama-sama bego. Mungkin atas dasar kesamaan itulah yang membuat mereka cocok.

"Suka kok, suka!" tukas Shigeru cepat.

Tentu saja suka. Hadiah pertama untuknya di tahun ini–sekonyol apa pun bentuknya.

Shigeru mengambil plester, lalu menempelkan gambar absurd itu di tembok lab. Bersebelahan dengan tabel penelitiannya yang terlihat begitu rumit nan ilmiah, gambar coret itu terlihat sama sekali tidak keren. Satoshi hanya tertawa. Diam-diam, Shigeru tersenyum.


*FIN

Minggu, 26 Oktober 2014, 22:27