A GIRL WHO DOESN'T HAVE SOUL

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

RATED : T

Warning! OOC, AU, Typo(s)

This Story © Mochizuka Kei

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading Minna!

.

.

.

.

.

ENJOY!.

.

.

.

.

Gadis bersurai merah jambu itu terus berjalan tanpa melihat kiri dan kanannya. Tidak terburu-buru ataupun bersantai-santai. Hanya berjalan dengan normal, tetapi disertai dengan tatapan dan ekspresi yang dingin. Membuat beberapa orang disekitarnya menggumamkan "Sepertinya dia gadis yang sombong." , "Dingin sekali.." , "Sepertinya dia galak, aku jadi takut!". Tetapi gadis itu terus berjalan dan tidak mendengar semua omongan itu.

Mereka tidak tahu….

Betapa baiknya engkau, betapa perhatiannya engkau

Mereka tidak tahu…

Apa yang ada dalam dirimu

Bagaimana dirimu,

Bagaimana sifat aslimu..

Mereka tidak tahu..

Sesampainya dikelas, gadis itu lalu mengucapkan "Ohayou." dan duduk dikursinya. Hanya ada satu atau dua siswa yang membalas sapaannya yang lainnya hanya memandangnya sekilas lalu kembali melakukan aktifitasnya lagi. Beberapa dari mereka hanya menghampiri gadis itu saat sedang ada tugas ataupun saat mereka butuh saja. Tetapi gadis itu tidak pernah marah ataupun membenci mereka.

Kesendirian dan kesepian..

Itukan yang kau rasakan selama ini?

Tapi….

Kau tak penah menunjukannya

Dihadapanku, kau selalu tersenyum

Tak pernah terlukiskan bagaimana perasaanmu itu

Tak pernah kau tunjukan bagaimana perasaanmu yang sebenarnya

Karena hanya seulas senyuman dan canda tawa yang selalu kau tunjukan

Kini, gadis itu sedang berada di ruang kepengurusan OSIS. Mengerjakan semua tugas-tugas yang memang harus ia kerjakan. Teman-temannya yang lain memang sudah pulang dua jam yang lalu. Terkadang gadis bermata emerald ini selalu jadi "penghuni terakhir" sekolahnya.

Udara terhembus dari jendela ruang OSIS yang terbuka lebar, membuat gadis itu menggosokan telapak tangannya dengan lengan atasnya, menandakan bahwa ia kedinginan. Dan tak lama ia tak bisa menarik napas panjang dan terasa sedikit sesak di dadanya.

Kau bahkan selalu menyembunyikannya

Menyembunyikan apa yang kau derita selama ini

Apa yang kau idap selama ini

Sebuah penyakit yang bahkan aku tak tahu itu

Sebuah penyakit yang bisa saja kambuh setiap saat

Kau menahannya!

Menahan semua rasa sakit itu…..

Bagaimana bisa?

Jam makan malam sudah terlewat, gadis itu hanya terdiam di kamar kesayangannya dan mecoba untuk menutup telinganya. Ia tak ingin mendengar suara gaduh yang dibuat oleh orang tuanya sendiri. Ia terlalu bosan mendengar suara jeritan ibunya dan bentakan ayahnya. Menangis? Apa ia menangis? Tidak. Gadis itu lalu memutuskan untuk kembali berkutat dengan bolpoint dan buku bersampul birunya. Menuliskan segala hal yang ia pendam selama ini.

Berbagai masalah selalu kau hadapi sendiri

Padahal ada aku sebagai sahabatmu

Ada aku yang berperan sebagai kakakmu!

Semua beban selalu kau tanggung sendiri

Hey…

Kau tahu?

Setiap melihat matamu yang agak sembab

Dan saat aku tanya kenapa kau hanya menjawab tidak apa-apa

Tapi aku yakin

Kau sedang kenapa-kenapa

Berada di tengah-tengah taman kota selama satu jam membuat kaki gadis bermata emerald itu pegal. Menunggu seseorang yang sudah membuat janji dengannya adalah hal yang paling ia tidak sukai. Yah.. menunggu, ia membenci itu. Tak lama pria bermata onyx menghampirinya.

"Maaf aku telat, tadi aku habis mengantarkan Karin pulang." Ujarnya.

"Ya.."

"Kau tidak marah kan?"

"Tidak kok.." lalu seulas senyuman terlukiskan diwajah gadis itu

Menunggu sekian lama tetapi ternyata yang di tunggu malah sedang bersenang-senang dengan wanita lain. Bukankan kau akan marah? Ya.. begitupun dengan gadis itu. Di dalam hatinya ia merasa perih, ia marah tetapi tak ia tunjukan. Karena pria bermata onyx itu adalah sahabat sekaligus orang yang sangat ia sayangi, pria bermata onyx itu sudah seperti kakak bagi gadis bermata emerald itu.

Kau selalu sabar dalam menghadapi apapun

Kau selalu memberi toleransi pada temanmu

Kau tetap perhatian kepada mereka meskipun kau dikecewakan

Kenapa kau tetap bertahan?

Padahal kau sudah serapuh dan sesakit ini

Kenapa kau terus menahannya?

Dan bersikap seolah kau masih kuat menahannya?

Padahal mereka sudah menyakitimu sangat dalam

Kau bahkan sering menangis karenanya

Kau bahkan terluka karena temanmu sendiri

Kau….

Suatu hari, disaat cuaca agak mendung. Gadis itu masih terdiam di atap sekolahnya. Mengabaikan udara dingin yang kini menusuk kulitnya. Mengabaikan napasnya yang terus tersenggal-senggal. Mengabaikan keadaannya sendiri yang kini sudah semakin melemah. Mengabaikan raga yang sudah kehilangan jiwanya sejak Sembilan tahun yang lalu. Pandangannya mulai mengabur dan….

BRUK

Semuanya jadi hitam.

Kau itu…

Bagaikan kayu yang dilapisi baja

Terlihat kuat dan kokoh

Tetapi dalamnya rapuh

Sangat… rapuh

Melihat segala perjuangan dan pengorbanan yang kau lakukan

Dan melihat semua yang kau perjuangkan dan korbankan itu tak dianggap

Tak pernah dihargai dan selalu disia-siakan

Melihat dirimu yang selalu bertahan dan tersenyum

Melihat dirimu yang memendam semuanya sendirian

Melihat sosokmu yang masih saja tegar

Meskipun banyak orang yang membenci dan menjudgemu

Membuat hatiku terasa teriris

Mungkin saja… jika aku menjadi kau..

Aku tidak akan sekuat dan setegar kamu

Jika saja waktu bisa terulang

Aku ingin melihat senyummu sekali lagi

Memberitahukan kepada semua orang bahwa kau itu baik

Kau tidak seperti yang mereka pikirkan

Menghajar orang yang kau anggap kakak ini, orang yang pernah menyakitimu

Sungguh….

Aku ingin membantumu untuk memikul beban yang kau punya

Masalah rumah maupun sekolah aku ingin bantu itu

Seluruh siswa dan guru Konoha High School sedang dilanda rasa duka cita, meninggalnya seorang siswi yang bisa dibilang aktif membuat suasana sekolah sepi sebagian ada yang datang menghadiri pemakaman siswi tersebut. meskipun hanya untuk pencitraan saja.

Aku selalu bertanya pada diriku sendiri

Kenapa aku telat menyadarinya?

Padahal kau adalah gadis yang aku anggap sebagai adikku sendiri

Kau termasuk orang yang aku sayangi

Ya semuanya terlambat

Aku telat menyadarinya, sangat telat

Kini kau sudah tiada

Kini kau sudah berbeda alam denganku

Yang aku bisa lakukan kini hanyalah terdiam dan menyesal

Sungguh aku sangat menyesal

Maafkan aku, Sakura.

Maafkan kakakmu yang bodoh ini.

Aku sangat menyayangimu.

Sasuke Uchiha, pria bermata onyx itu tak ada hentinya memandangi batu nisan yang kini terpampang cantik dihadapannya. Tangan kirinya menggenggam sebuah buku bersampul biru.

"Sungguh, maafkan aku. Sakura."

Tetes demi tetes air mata mulai turun dari pelupuk mata pria itu. Entah sudah berapa kali Sasuke mengucapkan kata maaf di depan batu nisan itu.

R.I.P

HARUNO SAKURA

BIRTH : 28 March 19xx

DEATH : 3 January 20xx

-THE END-


A/n:

HAAII!

Kei balik lagi bawah cerita baru...

maafkan saya T^T 143 masih belum saya update.. masih on going :')

Maaf kalau ceritanya kurang dimengerti / mueheheh

mungkin feelsnya kurang kerasa juga yah...

maklum masih belajar... hehehe

bila ada kata ataupun kalimat yang salah dan tidak mengenakan saya mohon maafkan saya ^^

saya masih membutuhkan banyak kritikan dan saran :')

Mind to read and review?

-Regards.

Mochizuka kei