- NEVER NEVER GIVE UP! -
story by : iraiueok
Cast :
KYUMIN pairing | Super Junior M (Minho as Support Cast)
Genre :
Friendship, Comedy, & Romance
(Genderswitch)
T
PS :
aku gak tau kenapa, tiba2 FF ini "ngilang" dari story line. Aku coba re-post ya... ada peng-editan sedikit lah.
INGET!
Ini Fanfiction, gimana isinya, jalan cerita, dan penokohannya, terserah saya, ya… Peace, Love, and Ghaul XD
-CHAPTER 1-
1st Challenge
Pip.
Tombol sensor yang menempel di daun pintu yang semula berwarna merah, kini berubah menjadi warna biru. Tanpa perintah apapun, pintu yang di buat secara otomatis tersebut, mulai terbuka, bergeser ke arah kanan.
"Haahh… ."
Hembusan nafas yang terdengar berat itu, keluar begitu saja dari mulut pria berseragam biru, saat pintu telah terbuka lebar. Sama seperti hari-hari sebelumnya, tiap kali dirinya datang ke kantor dan menjejakkan kedua kakinya di ruangan tempat ia bekerja, ruang 8F yang letaknya berada di lantai 8, selalu saja berhasil mengundang darah tingginya untuk naik ke permukaan. Entah kenapa, manajernya mempercayakan dirinya untuk bekerja di ruangan ini. Ruangan yang seharusnya terlihat rapi, hampir tak pernah tidak ada sampah di dalamnya. Itu artinya? Ya, ruangan 8F ini tak pernah sepi dari sampah. Seperti pagi ini, sobekkan kertas, gulungan kertas yang penuh dengan coretan tak jelas, dan bekas bungkus roti, berserakkan dengan bebas di sana. Dirinya hafal betul siapa yang hobi berbuat seperti ini.
"sabar." ucapnya damai sambil mengelus dadanya pelan.
Dengan langkah sedikit malas, mau tak mau, ia memulai pekerjaannya pagi ini dengan memungut sampah tadi satu per satu, dan memasukkannya ke dalam tong sampah. Mungkin, setelah selesai dengan sampah, baru ia mulai membersihkan debu-debu dari peralatan kantor yang ada di ruangan tersebut. Aneh, memang, mengingat tong sampah sudah tersedia di setiap ruangan, masih saja para karyawan berbuat semaunya.
"mereka memang tampan." ujarnya saat kembali memungut gulungan kertas di bawah meja yang letaknya berdekatan dengan jendela. Langkahnya kembali mendekati tong sampah, kaki kanannya menginjak pedal pembuka tutup tong sampah.
"tapi, bodoh." Lanjutnya setelah sampah yang di pungutnya berhasil lolos ke dalamnya.
"boleh ku tahu, siapa yang bodoh, Minho-ah?"
Kedua matanya terbuka lebar dan degup jantungnya di rasa sangat cepat. Ia memejamkan kedua matanya dengan sangat erat, sambil menggigit bibir bawahnya. Ia tak menyangka kalau ada orang di belakangnya mendengar umpatan-umpatan yang sedikit kasar dari mulutnya. Tamat sudah riwayatmu pagi ini, Minho!, batinnya.
Berharap tidak akan terjadi apa-apa, pria berseragam biru tadi, menoleh ke arah pintu, memasang wajah datarnya. "ah, Noona? Kau," ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"ini baru jam enam kurang. Noona tidak lupa, kan kalau jam masuk kantor belum berubah?" ada perasaan lega dalam dirinya, karena orang yang datang, bukan orang yang di bicarakannya barusan. Melainkan, orang yang sangat ia kagumi di ruang 8F.
"waeyo? Kau melarangku untuk datang pagi ke kantorku sendiri? Kau mau mengusirku, Minho-ah?" ujar wanita tadi sedikit bercanda sambil berjalan masuk ke dalam ruangan. Helm berwarna pink dengan motif totol-totol sapi, masih melekat di kepalanya. Ah, melihat caranya berpakaian serta helm pink di kepalanya, pria berseragam biru, Minho, bisa menyimpulkan kalau noona kesayangannya ini, mengendarai sepeda motor untuk sampai ke kantor. Meskipun mendapat julukan 'Princess of Swing', julukan untuk wanita pintar, cantik, dan menginspirasi yang di buat oleh para karyawan di Swing Corporation ini, wanita yang memakai jaket dan celana panjang tebal berwarna hitam, serta helm pink miliknya tadi, tetap terlihat cantik dan tetap modis.
Langkahnya terlihat agak kerepotan, mengingat barang-barang yang di bawanya tidaklah sedikit. Tanpa di minta, Minho berlari kecil ke arahnya, "biar ku bantu, Noona." Tawarnya. wanita itu menyerahkan sebagian barang bawaannya pada Minho.
"Gomawo."
"ah, ne. Ini juga tugasku, selain membersihkan dan merapikan ruangan kerja kalian." jelasnya.
"ah, tumben sekali noona datang sepagi ini? Dan… barang yang di bawa noona juga lebih banyak dari biasanya." Tanya Minho saat mereka berdua sampai di meja kerja wanita tadi.
Sebelum menjawab rasa penasaran Minho, wanita tersebut meraih pengait helm yang masih setia melekat di kepalanya.
'klik', tanda pengait helm mulai terlepas. Perlahan kedua tangannya melepas, mengangkat, dan menaruhnya di atas meja. "siang nanti, kelompokku presentasi. Dan masalah besarnya adalah… salah satu orang di kelompokku belum mengumpulkan tugas bagiannya. Jadi, aku datang sepagi ini untuk menagihnya. Kau sudah mengerti, kan, Minho-ah?" Minho mengangguk dalam setelah mendengar penjelasan dari wanita di hadapannya.
"Dan ku pastikan kau belum sarapan, kan?" tebaknya. "ini, ambil." Wanita itu mengulurkan tangannya yang berisi satu kotak bekal makanan berwarna hijau muda ukuran sedang pada Minho.
"tidak usah. Itu punya noona, Noona datang sepagi ini pasti belum sarapan juga, kan?" tolak Minho halus.
"Ini," wanita tadi memperlihatkan tas jinjing kecil yang di dalamnya berisi beberapa tumpukan kotak bekal. "kau lihat sendiri? Aku sengaja membawa banyak bekal hari ini. Dan tidak ada penolakkan lagi, kau harus sarapan bersama denganku, di sini. Lagipula, tadi kau sudah membantuku. Ara?!" suruhnya.
Karena tidak mau membuat noona-nya kecewa, Minho menerima bekal pemberian wanita tersebut dengan senang hati. Jarang-jarang ia sarapan pagi bersama dengan wanita yang mempunyai gelar 'Princess of Swing' di tempat kerjanya, yang sudah ia anggap seperti kakak perempuannya sendiri.
"Gomawo… Sungmin noona." Minho membungkukkan badannya sebagai tanda hormat.
"aniyo, Minho-ah. Tidak perlu se-formal itu padaku. Kau itu sudah ku anggap seperti adikku." Wanita bernama Sungmin tersebut mengacak rambut Minho pelan.
"aigoo… aigoo, mataku yang tak berdosa ini harus melihat adegan mesra dari kalian sepagi ini. Aigooya… ." sosok pria bertubuh tinggi dengan tas kantor yang ia slempangkan di pundak kirinya, berjalan masuk ke dalam ruangan dimana Sungmin dan Minho berada. Sungmin menghela nafasnya berat, sama sekali tidak tertarik untuk memperhatikan gerak-geriknya. Sementara Minho, Minho yang masih berdiri di dekat meja kerja Sungmin, menatapnya tak suka.
Pria tadi berjalan menuju meja kerjanya yang berada di belakang meja kerja Sungmin. Setelah menaruh tasnya, pria tinggi tadi memutuskan untuk mendekati Sungmin. "apa ini? Kalian mengadakan sarapan romantis di sini? Tidak boleh! Aku tidak mengizinkannya." Larangnya.
Sungmin tidak peduli akan tingkah aneh teman kerjanya yang melarang dirinya untuk sarapan, dengan seenaknya, tanpa alasan yang jelas. Ia melanjutkan mengeluarkan bekalnya dari dalam tas jinjing tadi, dan membukanya satu per satu.
"Minho-ah, kau bisa menarik kursi milik Henry dan sarapan di sini. Jangan menolak!" Dengan segera, Minho menuruti perintah Sungmin. Ia menarik kursi milik Henry yang memang berada di depan meja kerja noona-nya untuk dekat dengan Sungmin, duduk di sana, dan mulai membuka kotak bekal pemberian Sungmin. Sungmin juga seperti itu, ia menarik kursinya ke belakang, duduk di sana, dan mengambil dua pasang sumpit. Tentu saja, untuknya dan untuk Minho. Pria yang mengomel tadi? Entah kenapa ia berhenti mengomel setelah Sungmin membuka kotak bekalnya satu per satu di hadapannya. Tubuhnya masih betah berdiam diri di sana.
Sadar pria itu masih berdiri di dekatnya, Sungmin meliriknya dengan ekor matanya. "kenapa masih di sini? Bukannya tadi kau melarang kami untuk sarapan?"
Kreuukkk…
Sungmin dan Minho menahan tawanya, tanpa menoleh sedikitpun. Tidak sengaja, perut pria 'bawel' tadi berbunyi. Sangat jelas, pria tersebut ikut merasakan lapar karena melihat hidangan di depannya. Bullgogi, Japchae, dadar gulung, dan juga… tak ketinggalan sup rumput laut. Bukankah itu makanan kesukaannya? Ah, kenapa Sungmin membuat menu sarapan dengan makanan kesukaannya seperti ini? Tentu saja, ia tidak bisa menahan lezatnya makanan tadi di mulutnya. Perlahan, ia menelan salivanya dengan pelan tapi, berat.
Kreuukkk…
Lagi-lagi, Sungmin dan Minho menahan tawa mereka. Sungmin merasa, dirinya berhasil membuat pria perusuh tersebut berhenti mengomel. "tarik kursimu kesini," suruh Sungmin. "kau bisa ikut sarapan bersama kami. Aku masih ada persediaan nasi."
"JINJJA?" sadar dengan teriakannya, pria itu segera menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Ah, kenapa ia merasa senang seperti ini?! Sangat langka Sungmin mengajaknya makan bersama. Biasanya, Sungmin selalu menyuruhnya untuk membeli makanan sendiri di kantin.
"cih, terlihat senang sekali." Cibir Sungmin.
Tanpa pikir panjang, pria tadi menarik kursi miliknya dan duduk di sana. Tapi, raut wajahnya terlihat tengah memikirkan sesuatu. Sesekali ia melirik ke arah Minho yang duduk tepat di samping Sungmin. "ya, Minho-ah, kita tukar posisi. Kau disini, aku disana." Pria tersebut menatap Minho tajam, seperti mengancamnya.
"y-ye, Hyungnim." Sungmin melihat ada yang tidak beres dengan gelagat mereka berdua. Ingin bertanya tapi, rasa laparnya menepisnya, memilih untuk menyumpitkan japchaeke dalam mulutnya.
Setelah mendapatkan posisi nyamannya, pria tadi segera menyantap bullgogi buatan Sungmin. Tidak langsung mengunyahnya, ia menahannya di dalam mulut sejenak. Merasakan masakan yang di ciptakan oleh seorang Lee Sungmin. Ia menoleh ke arah Sungmin yang duduk tepat di samping kanannya.
Sungmin menyadari tatapan pria tadi ke arahnya. "wae? Tidak enak?" pria tadi menggelengkan kepalanya lamban.
Masakan Sungmin membuat dirinya seperti terhipnotis. "kalau tidak enak, kau bisa menaruh sumpitmu, pergi dari sini, dan membeli sarapan di luar." Ucap Sungmin datar, ia tak mau repot mengurusi orang di sampingnya.
"Minho-ah, ayo makan lagi. Kalau perlu, kau bisa menghabiskan semuanya." Ajak Sungmin sambil tersenyum ke arah Minho.
"menikahlah denganku," ucapan konyol tersebut lolos begitu saja dari mulut pria tadi.
Sungmin yang tengah menyendokkan sendoknya ke kotak sup rumput laut, berhenti begitu saja saat mendengar ucapan yang di rasanya sangat tidak masuk akal. Bagaimana dengan Minho? Sumpitnya berhenti tepat di mulutnya saat hendak menyuapkan nasi.
"Lee Sungmin." Lanjut pria tadi.
"Kyuhyun hyung." Bisik Minho sedikit tak percaya.
Sungmin berjalan dari arah pintu toilet wanita. Setelah insiden sarapan tadi, Sungmin segera ke toilet untuk mengganti pakaian serba tebalnya dengan pakaian kantor yang ia bawa dari rumah. Kemeja putih yang di hiasi renda merah maroon di sekitar kedua lengan dan lehernya, serta rok selutut yang warnanya senada dengan renda di kemejanya, semakin memperlihatkan sisi modisnya. Belum lagi, separuh rambut hitam panjang miliknya, ia jepit di bagian atas. Sisanya, ia biarkan tergerai dengan bebas. Cantik dan modis. Tidak salah kalau ia di nobatkan sebagai 'Princess of Swing' di Swing Corporation.
Langkahnya mulai mendekati pintu ruangan dimana dirinya bekerja. Mata besarnya menangkap sosok wanita berkacamata, sahabatnya… Ryeowook, tengah sibuk mengeluarkan lembaran-lembaran kertas dari dalam tasnya. Senyum mengembang di bibirnya.
"Eoh, kau sudah datang ya? Aku melihat tasmu di meja tapi, aku tidak melihatmu. Ku kira, kau tertidur lagi di pantry." Sungmin terkekeh dengan sindiran Ryeowook yang jelas untuknya.
"itu dua hari yang lalu, Wookie-ah." Sungmin biasa memanggil Ryeowook seperti itu. 'Wookie'. Ia meraih tas ranselnya untuk menaruh pakaian tebalnya tadi. Ia mengambil tas jinjing kecil yang sebelumnya ia letakkan di kolong mejanya, dan berjalan mendekati sahabatnya itu.
"hijau? Tumben sekali. Warna pink yang sering kau bawa, kemana?" tanya Ryeowook saat menerima sebuah tas jinjing kecil dari Sungmin. Kedua alisnya saling bertautan.
Sungmin mengerucutkan bibirnya. "aku tidak tahu, Wookie-ah. Dua hari yang lalu, sebelum aku pulang, aku menaruhnya di atas meja, karena ku tinggal ke toilet sebentar. Setelah dari toilet, tas jinjing itu hilang." Raut sedihnya mulai muncul.
"sudah tanya ke Minho?"
Sungmin mengangguk lemah. "sudah. Aku juga sudah bertanya pada Zhoumi. Selepas kau pulang, hanya ada aku dan Zhoumi di ruangan ini." Ryeowook ikut mengangguk.
"kau sudah yakin di ruangan ini tidak ada siapa-siapa lagi?" tanya Ryeowook untuk memastikan Sungmin.
"aku yakin." Jawab Sungmin dengan tegas dan pasti.
"siapa yang kehilangan barang?"
Sungmin dan Ryeowook menoleh ke asal suara. Di lihatnya Kyuhyun tengah kerepotan membawa tumpukkan kertas yang ia terima dari ruang 7F, ruangan yang bersebrangan dengan ruangannya.
"Oh, itu, Sungmin kehilangan tas jinjing serta isinya-"
"kotak bekal yang bentuknya mirip dengan kotak makanan anak kecil, maksudmu?" potong Kyuhyun. Dari logat bicaranya, ia terdengar sedikit menyindir. Lagi, Sungmin tak peduli untuk menanggapi tingkahnya yang memang aneh.
"Kyuhyun-ssi..." Sela Ryeowook sambil melirik Sungmin tak enak. Sungmin masih berdiam diri.
"mungkin… mungkin karena Sungmin sedikit pelit, tidak mau berbagi bekalnya dengan orang lain, jadi si pelaku mengambilnya."
Ryeowook terlihat menimbang-nimbang pernyataan Kyuhyun. Ia merasa, pernyataan Kyuhyun ada benarnya juga. Tapi, pelit? Apa? Sungmin pelit? Oh, tidak mungkin. Sungmin terkenal dengan sifat loyalnya. Ia mau berbagi dengan siapa saja tanpa melihat derajat atau pangkat seseorang. Ryeowook saksi hidupnya.
"aku? Pelit?" Sungmin menunjuk dirinya dengan telunjuknya.
"Sungmin tidak sepelit itu, Kyuhyun-ssi. Aku tahu betul bagaimana Sungmin." Bela Ryeowook. Ia tak rela kalau sahabatnya disebut sebagai orang pelit.
"memangnya kau tinggal serumah dengannya? Mana kita tahu Sungmin setelah keluar dari kantor, ia berubah menjadi orang pelit. Bisa saja, kan?" lagi-lagi, Kyuhyun menyindir Sungmin secara blak-blakkan. Sungmin yang awalnya tidak berniat untuk menjawab perkataan konyol dari Kyuhyun, kini raut wajahnya berubah geram, sedikit memerah.
"dan bersikap layaknya seseorang yang baik hati di depan teman-temannya." Sambungnya.
"YA, CHO KYUHYUN! SIAPA YANG PAGI TADI TERLIHAT SEPERTI ORANG KELAPARAN, LAYAKNYA SEORANG GELANDANGAN?! KAU MENGIRA, SELAMA INI AKU MEMAKAI TOPENG UNTUK TERLIHAT BAIK DI HADAPAN ORANG? KALAU SAJA PERUTMU TIDAK BERSUARA, AKU TAK SUDI MEMBAGI MASAKANKU UNTUK SARAPAN BERSAMA DENGAN ORANG LICIK SEPERTIMU!"
Dengan alis yang saling bertautan, serta kedua mata yang menatap Kyuhyun dengan sangat tajam, bisa di simpulkan kalau Sungmin marah besar. Ryeowook yang sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan keduanya, merasa ketakutan. Sepasang matanya yang tertutup oleh kacamata itu pun, ikut terbuka lebar saat melihat Sungmin berubah menjadi sangat garang, menurutnya. Terlebih Kyuhyun. Selama ia bekerja di Swing Corporation dan mengenal Sungmin, ia hampir tidak pernah melihat Sungmin semarah ini, apalagi marahnya Sungmin karena ulahnya.
Ryeowook mulai menyadarkan diri saat tahu kalau sejak tadi, mulutnya ikut menganga atas kejadian yang baru saja ia lihat. "k-kalian sarapan bersama? Uuuhhh… manisnya."
Saat seperti ini, Ryeowook masih sempat-sempatnya menggoda mereka berdua. Umm, bukan menggodanya, sebenarnya… ia hanya ingin melumerkan keadaan yang di rasanya 'dingin' tersebut. Kyuhyun dan Sungmin sedikit merasa tidak nyaman dengan kata-kata yang di lontarkan oleh Ryeowook. 'sarapan bersama'… 'manisnya' ? oh, tidak. Itu hampir membuat bulu kuduk Sungmin berdiri.
"jadi, bekal yang ku terima ini, bekal sisa, ya? Huh, tidak masalah. Karena ini dari Sungmin, aku akan melahapnya sampai habis." Ryeowook memutuskan untuk membuka kotak bekal dari Sungmin.
"Bukan! Itu bukan sisa, Wookie-ah. Aku sudah memisahkannya dari rumah." Bela Sungmin. Ia tak ingin sahabatnya salah kira dengan pemberiannya. Sebelumnya, ia memang sudah memisahkan bekal untuk Ryeowook.
"bekalmu saja berbeda dengan bekal sebelumnya. Lihat, kau hanya punya dadar gulung dan sup rumput laut saja. Kalau tadi pagi, ada bullgogi-"
"YA! Ish…"
Sungmin meninggalkan mereka berdua keluar tanpa permisi. Kyuhyun tak menyangka kalau penjelasannya makin membuat Sungmin kesal. Dari perkataannya, jelas-jelas ia malah membuat Ryeowook salah kira. Sungmin takut, kalau sahabatnya ini menganggap dirinya pilih kasih. Ah, dasar Kyuhyun.
"Kyuhyun-ssi, kau ini benar-benar… ," Ryeowook tak sanggup melanjutkan ucapannya. "aku saja yang bersahabat dengannya sejak sekolah menengah atas, belum pernah membuatnya kesal seperti ini." Ujar Ryeowook yang ikut geram dengan Kyuhyun.
Kyuhyun tetap pada posisinya, mematung tanpa ada tujuan jelas, dengan tumpukkan kertas yang masih berada di kungkungan kedua tangannya.
"kau belum mengumpulkan tugas presentasi pada Sungmin," ucap Ryeowook bermaksud mengingatkan Kyuhyun. "jangan jadikan aku sebagai perantara! Kau antar sendiri." Ryeowook bergegas meninggalkan Kyuhyun di meja kerjanya, menyusul Sungmin.
Sepeninggal Ryeowook, Kyuhyun memejamkan kedua matanya sangat erat, menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Kyuhyun bodoh!", bisiknya.
Waktu hampir menunjukkan pukul 07.45 pagi. Itu berarti, beberapa menit lagi, jam kantor akan segera di mulai. Di lobby gedung Swing Corporation, masih terlihat para karyawan yang baru saja berdatangan. Sebagian dari mereka, mulai berlarian menuju lift, agar tidak terlambat. Beberapa karyawan, masih asyik bercengkrama dengan rekan kerjanya di coffee bean yang kebetulan, membuka cabang di gedung perkantoran ini.
"kembaliannya." Ujar ramah dari seorang pelayan wanita yang berjaga sebagai kasir hari itu.
"ne, kamsahamnida." Pembeli yang tak lain adalah Sungmin, mengambil uang kembalian tadi, dan memasukkannya ke dalam dompet miliknya. Satu cup berisi Jasmine Tea yang masih panas itu, berhasil di dapatnya. Selain kopi, teh panas juga tersedia di sini.
Sambil berjalan menuju lift, Sungmin mendekati cup Jasmine Tea miliknya yang masih di penuhi uap panas, ke mulutnya. "ah, panas." Sontak, ia menjulurkan lidahnya, panas tadi mengenai papila-nya.
Gedung perkantoran Swing Corporation, tersedia tiga buah lift. Salah satu lift, di pakai khusus untuk petinggi di perusahaan ini. Sisanya, untuk para karyawan. Sungmin melirik jam tangan di tangan kirinya, kurang dari lima menit lagi, jam masuk kantor di mulai. Karena merasa di kejar waktu, ia melirik ke sekitar. Tidak ada siapa-siapa, disana hanya ada dirinya, tak ada karyawan lain ataupun petinggi. Tanpa pikir, ia menekan tombol naik pada lift khusus para petinggi. Ia hanya berharap sampai di ruangannya segera.
Ting.
Lift yang sebelumnya datang dari lantai atas, kini sampai di lantai dasar, dan mulai terbuka. Saat akan masuk ke dalam, Sungmin menahan langkahnya. Rasa benci, timbul begitu saja dari pancaran matanya saat melihat sosok pria di dalam lift yang akan ia naiki tersebut. Ia tak menyangka, bagaimana bisa sosok tersebut ada disana.
"tidak masuk?" sosok yang tak lain adalah Kyuhyun, mencoba menawarkan 'tumpangan' pada Sungmin dari dalam lift.
Tak ada jawaban dari Sungmin, Kyuhyun melirik jam tangannya. "memanfaatkan dua menit tersisa, atau terlambat? Asal kau tahu saja, tadi tuan Kangin mencarimu."
Mendengar nama Kangin disebut oleh Kyuhyun, Sungmin masuk ke dalam lift. Pilihan yang sulit memang, kalau terlambat, sudah pasti ia akan mendapat teguran dari atasannya, Kangin. Mengingat akhir-akhir ini, atasannya itu sangat rajin mengontrol para karyawan pada jam kantor di mulai. Dua menit tersisa? Menunggu lift lain turun ke lantai dasar? Oh, ayolah… bahkan, itu lebih dari dua menit.
Hening.
Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua. Sungmin yang berdiri di samping kiri Kyuhyun, sibuk dengan cup tea yang ada di genggamnya. Mulutnya tak berhenti meniupkan angin untuk mengusir uap panas dari Jasmine tea miliknya. Setelah di rasa cukup, ia mulai menyeruputnya pelan. Tak ada kata 'menawarkan' untuk Kyuhyun. Ia benar-benar tak berniat untuk berbicara dengannya, atau sekedar menyapanya. Sedangkan Kyuhyun? Ia bingung dengan arah pandangannya yang sangat tak jelas, kedua bola matanya sibuk berputar mencari objek tetap untuk di lihat.
Canggung. Itu yang di rasanya kini. Sejak tadi, yang di tatapnya… hanya deretan angka yang tersedia di dalam lift. Dalam keadaan seperti ini, ia hampir sama persis dengan petugas penjaga lift. Menoleh ke arah Sungmin? melirik saja ia tak berani, bagaimana menoleh ke arah gadis itu?
"mianhaeyo." Kata maaf lolos dari bibir Kyuhyun saat lift melewati lantai 6. Sungmin sekilas meliriknya.
"pagi tadi… aku hanya bercanda. Iya, hanya bercanda. Tentang sarapan dan masalah kotak bekal makanan itu, aku benar-benar bercanda. Kau, jangan menganggapnya serius, Sungmin-ssi." Jelasnya.
Ajakan menikah, menuduhnya gadis pelit, dan teman pilih kasih itu hanya guyonan? Pertanyaan tadi, sibuk melayang-layang dalam pikiran Sungmin. Dirinya sedikit merasa lega karena Kyuhyun menyebutnya hanya candaan. Tapi, apa pria ini tidak punya bahan candaan lain selain tiga hal tadi? Dan dengan candaannya itu, Kyuhyun berhasil membuat dirinya berubah menjadi wanita galak dan sangar. Ah, kalau mengingat kejadian tadi pagi, ia malu. Sedikit tak enak hati karena ia sudah memarahi Kyuhyun dengan kasar.
Ting.
Lift yang mereka tumpangi, sampai di lantai 8, lantai dimana ruangan mereka berada. Sungmin memilih untuk keluar mendahului Kyuhyun di belakangnya. Saat langkahnya sudah melewati pintu lift, ia menoleh ke belakang, menghadap Kyuhyun. Kyuhyun menatapnya bingung.
"gwenchana… nado, aku juga minta maaf padamu karena sudah memarahimu dengan kasar… Kyuhyun-ssi. Jeongmal mianhaeyo." Sungmin memindahkan cup tehnya dari tangan kanannya ke tangan kiri, ia menyodorkan tangan kanannya pada Kyuhyun.
Kyuhyun menatapnya bingung. "apa?"
"uri, chingu?"
Kyuhyun tersenyum mendengar tawaran Sungmin. Ia pun meraih tangan Sungmin, keduanya berjabatan dengan sangat erat dan tersenyum satu sama lain. Lega, perasaan itu tergambar jelas dari pancaran bola mata keduanya. Tidakkah mereka berdua seperti anak kecil yang habis bertengkar? Dan setelah beberapa menit, mereka berbaikkan. Hah, tidak peduli bagaimana mereka, yang jelas… sosok yang tidak sengaja bersembunyi dari pintu toilet wanita di lantai 8, ikut tersenyum melihat pandangan yang menurutnya langka untuk Kyuhyun dan Sungmin.
-TBC-
maaf ya, karena semua FF saya tiba2 hilang & gak bisa buka ffn kmren, jadi ku re-post
maaf juga untuk kamu-kamu yg udah mau review kemaren2. ilang semua -_-
