Detective Blues

A/N: Halo! Selamat datang di fic Indonesia terbaru saya! Hehe… saya tahu harus menyelesaikan fic saya yang lain. Tapi jika punya imajinasi yang tak terbatas kayak gini nih akibat fatalnya. Oke silahkan baca aja deh!

Disclaimer: Saya tidak mempunyai Persona 3 atau 4

Chapter 1: Day of Detective

Tik Tik Tik

Bunyi jam denting di ruanganku menenangkan hatiku. Ku minum kopi yang di taruh di meja oleh asistenku, Elizabeth.

"Apakah kopi anda ingin ditambah?" tanya Elizabeth dengan bahasa jepang yang menggunakan logat Scotland dan senyuman ramahnya yang dapat memberi semangat kepada orang-orang di dekatnya.

"Ya, tolong gulanya 2 sendok…" kujawab dengan suara tenang tapi berwibawaku. Elizabeth mengambil cangkir kopi yang kosong dan membawanya ke dapur. Aku melihat ke sekelilingku dan tersenyum kecil. Sudah 4 tahun aku tinggal disini. Di gedung kecil yang kubeli dengan jerih payahku.

Elizabeth memotong pikiranku dengan secangkir kopi hitam yang ditaruh di meja. "Silahkan kopinya." Semoga kau mendapatkan seseorang yang dapat kau beri kepadaku elizabeth. "Terima kasih."

Aku meminum kopi yang masih hangat itu dan kulihat Elizabeth sudah kembali ke dapur. Aku melirik radio tua yang berada di dekat jendela. Kunyalakan radio itu dan mendengarkan dengan seksama.

"Terima kasih anda telah mendengarkan 'Mass Destruction' dari Lotus Juice. Lagu berikutnya adalah 'Burn My Dread –Jazz arangement' dari Yumi Kawamura yang baru saja keluar di album terbarunya 'Reincarnation'." Ahh~ 'Burn My Dread' salah satu lagu yang kusuka. Mengingatkanku dengan dosa-dosa dan kekasih yang kucintai…

Bunyi ketukan Cymbal mengawali lagu tersebut dan dilanjutkan oleh Bass Violin dan Saxophone yang membuat rasa jazz semakin kental.

'Dreamless Dorm

Ticking clock

I walk away… from the soundless dorm

Windless night

Moonlight melts

My ghostly shadow… to the lukewarm gloom'

Kuanggukan kepalaku sambil menatap keluar jendela, melihat hari yang cerah dengan suara anak-anak kecil bermain.

'Nightly dance… of bleeding sword

Remind me that… I still live…'

Bunyi bass violin dan saxophone berhenti. Digantikan oleh gitar yang dimainkan oleh Shoji Meguro, salah satu maestro dan jazz digantikan oleh rock.

'I will Burn~ My~ Dread!

I once ran away from the god of fear and he chained me to despair, yeah!

Burn~ My~ Dread!

I will break the chain and run 'till I see the sunligt again!

I~ lift my face and run trough the sunlight…'

Bunyi rock digantikan sekali lagi oleh musik jazz. Aku melihat gantungan kunci dengan Orpheus kecil dan tersenyum mengingat kenanganku dengan kekasihku. Tiba-tiba intermezzoku diganggu oleh Elizabeth yang mematikan Radio dan melihatku dengan tatapan tenang.

"Anda tidak boleh termenung seperti itu, Minato-san…" ucapnya dengan nada khawatir.

Kumasukkan gantungan kunci itu ke dalam kantung celanaku. "Apakah aku harus diam dan berpikir bahwa semuanya tidak pernah terjadi?" tanyaku. Dia menggeleng. "Kau sudah mengikutiku selama 2 tahun dan telah mengetahui tentang kejadian 'itu'."

Dia seperti ingin melanjutkan argumentasinya tetapi tidak dapat mengeluarkan kata-kata. "Sudahlah. Mari kita ganti pembicaraan yang lain." Aku duduk di kursi kerjaku. "Apakah ada pelanggan?" Elizabeth menggeleng dan duduk di kursi untuk pelanggan yang meminta bantuanku. Aku menghela nafasku. "Sudah kuduga."

Aku menggaruk rambut biruku sebelum menatap asistenku yang memakai kemeja putih dan rok biru. "Bagaimana keadaan kakekmu?" Igor, kakek Elizabeth yang tinggal di Scotlandia sudah cukup berumur. Pertama kali kulihat Igor saat Mengantar Elizabeth ke rumahnya di Scotland dan tak dapat kupercaya hidung panjangnya itu asli. Walau hubungan Igor dan Elizabeth terhalang oleh jarak, mereka berdua masih saling berkirim surat. "Dia baik-baik saja Minato-san. Hanya terkena flu saja." Jawab Elizabeth dengan tawa kecil.

Aku tersenyum. "Lalu bagaimana dengan kakak-kakakmu?" tanyaku dengan rasa penasaran. "Mereka baik-baik saja. Hanya repot saat kakek ingin melihatku." Lalu, Elizabeth tertawa. "Margaret dan Theodore sampai-sampai menyeret kakek agar masuk ke tempat tidur. Aku tidak dapat membayangkannya!" Margaret dan Theodore adalah kakak dari Elizabeth. Mereka mengurus Igor dan bekerja melanjutkan perusahaan kakeknya di Scotland, 'Velvet Co.'. Margaret wanita yang menarik dan Theodore bisa dibilang dia adalah 'Si Penyabar'.

aku mengangkat alis. "Mungkin dia khawatir aku melakukan sesuatu yang tidak baik kepada 'sang penerus'." Candaku. Elizabeth memajukan bibirnya dan aku tertawa melihat wajahnya. Elizabeth adalah penerus Velvet Co. yang sebenarnya. Walau umurnya dibawahku setahun dia mempunyai harta yang dapat menyaingi presiden Kirijo Group, Mitsuru Kirijo. "Jangan memberiku nama panggilan seperti itu, Minato-san…"

TING~ TONG~

Elizabeth mendengar bel dari pintu langsung membukakan pintu. Kuharap itu pelanggan jika terus begini bagaimana caranya aku membayar kebutuhan sehari-hari. Aku berdiri dari kursiku dan merapihkan kemeja putihku, celana hitamku, dan kupasangkan dasi yang tergantung di lemari ke leherku. Elizabeth masuk kembali dan senyuman terpampang di wajahnya. "Minato-san ada pelanggan."

Aku mengangguk dan kupakai jas Hitam yang di gantung di tiang gantungan. "Suruh dia masuk." Elizabeth mengangguk dan menyuruh pelangganku datang. Yang kulihat adalah wanita berumur antara 20-25 tahun mengenakan gaun hijau dan blazer hitam. Ia mempunyai rambut berwarna hijau kebiruan, dan wajah yang dapat dibilang manis. "Apakah anda Detektif Minato Arisato?" tanyanya dengan nada keraguan.

Aku mengangguk. "Ya, saya Minato Arisato. Anda…"

Wajah wanita itu mengungkapkan rasa kaget. "Oh! Maafkan saya. Anda terlihat lebih muda dari yang saya kira. Nama saya Yamagishi Fuuka. Saya ingin meminta bantuan anda."

Kupersilahkan Yamagish-san duduk dan kupanggil Elizabeth untuk membuatkan teh. "Apa yang bisa saya bantu?" tanyaku sambil mengambil buku kecil untuk keperluan detektifnya. Fuuka menaruh sebuah file yang dibawanya. "Ini orang yang sedang saya cari. Dia menghilang selama 2 minggu ini. Saya terus mencarinya tetapi tetap tidak ditemukan."

Aku membaca File tersebut dan terdapat file orang yang dibicarakan oleh Yamagishi-san.

'Nama: Yukari Takeba

Usia: 26 tahun

Pekerjaan: Foto model

Status: lajang'

Kulihat foto yang terdapat di file tersebut. Seorang wanita berambut coklat, mempunyai mata yang sama dengan warna rambutnya, dan sebuah choker hati di lehernya. "Dimana dia terakhir terlihat?"

Fuuka berpikir sebentar. "kami berjanji akan bertemu di Paulawnia mall pukul 6 sore. ketika saya sampai di tempat tujuan saya tidak melihat Yukari-chan dimana-mana. Saya menelpon lewat telpon HP nya, tetapi tidak diangkat."

Aku mengusap-ngusap daguku. "Lalu, apakah anda tahu dimana tempat biasanya dia kunjungi?"

Fuuka mengangguk. "Iya. Toko bunga 'Rafflesia', 'Wild duck burger', Kuil di dekat SMA Gekkoukan, dan Paulawnia mall." Kucatat nama-nama tempat tersebut di buku kecilku.

Lalu Elizabeth datang dengan teh untuk kami berdua. "Silahkan diminum." Ucapnya dengan senyuman ramah. Setelah itu ia berdiri di sebelahku.

"Baiklah. Akan saya terima kasus ini. Mudah-mudahan dia belum menghilang jauh." Ucapku dengan nada tenang.

Yamagishi-san menangis dan mengucapkan "terima kasih" berkali-kali sebelum keluar dari gedung detektifku dan memberiku kunci cadangan rumah Takeba dan nomor telponnya.. Aku menutup mataku dan berpikir, bagaimana bisa dia menghilang begitu saja. Jika dia menghilang dalam 2 minggu berarti terjadi sesuatu. Aku harus mengusut kasus ini.

Elizabeth menghampiriku dan mengambil cangkir the yang kosong. "Apakah dia bertanya kepada polisi?" Aku menggeleng. "Tidak. Dia tidak bertanya kepada polisi."

Elizabeth memiringkan kepalanya. "Aneh. Biasanya jika orang tersebut menghilang pasti akan bertanya kepada polisi." Aku mengangguk. "Ya. beda lagi jika dia diberi ancaman."

Kami berdua pun diam. Semua teka-teki ini tidak akan terpecahkan jika tak kucari. "Elizabeth, aku akan mencari petunjuk. Tolong jaga rumah ya." Elizabeth mengangguk. "Baik."

Aku mengambil pistol colt '45 dari laci meja untuk berjaga-jaga dan menyelipkannya di celanaku. "Baiklah. Aku berangkat." Elizabeth membukakan pintu dan mengucapkan "selamat jalan".

Aku berpikir untuk menghampiri rumah sakit di dekat SMA Gekkoukan dan langsung ke Kuil. Aku mengambil monorail untuk melewati laut yang membatasi Tatsumi Port Island dengan SMA Gekkoukan. Setelah 10 menit aku sampai dan langsung berjalan ke rumah sakit. Disana seorang suster berambut hitam tersenyum melihatku. "Apa kabar Arisato-san? Akan berkunjung ya?" Aku mengangguk. "Baiklah anda tahu ruangannya kan? Semoga dia cepat bangun." Aku menganggukkan kepala dan mengucapkan "Terima kasih".

Aku menaiki Lift untuk kelantai 3. Setelah beberapa saat pintu terbuka dan dapat kuhirup bau rumah sakit yang dari dulu kubenci. Kuhampiri ruangan 306 dan kulihat dokter berbadan tegap keluar dari ruangan tersebut. "Ah! Arisato-san! Bagaimana kabarmu?" tanyanya.

"Baik." Jawabku. "Bagaimana keadaannya dokter Asahi?" tanyaku dengan nada kekhawatiran. Dokter itu menggeleng. "Belum banyak yang berubah. Tetapi aktivitas otaknya sedikit meningkat." Aku menatap dokter tersebut dengan mata penuh arti. "bolehkah aku menemuinya?" Dokter itu mengangguk dan memberikanku jalan untuk masuk ke ruangan tersebut.

Di ruang 306 tidurlah seorang wanita berumur 26 tahun dengan rambut berwarna coklat kemerahan yang digerai begitu saja di tempat tidurnya, wajah yang cantik tetapi berwarna pucat yang disebabkan kurangnya terkena sinar matahari, dan seorang kekasih yang kurindukan.

Aku mengangkat kursi ke sebelah tempat tidurnya dan duduk sambil menggenggam tangan kanannya.

"Apa kabar Kaori?"

To be Continue…

A/N: Bagaimana? Bagus jelek? Tolong review saya agar saya tahu apa saja yang saya kurang. Dan PM saya jika ingin memberikan ide-ide kasus yang akan dipecajkan oleh Minato dan Elizabeth. Yak! Sekian dari saya!

P.s: Soal Burn my dread yang jazz. Memang ada kok! Cari aja di Youtube dan cari persona band arrange.