Some of the story characters belong to STEPHENIE MEYER and I write this fanfict as a dedication to her, one of my favorite author EVER! Enjoy then! - fiorendita :)


AFTER BREAKING DAWN

Part 1 - Terjaga

-GERRARD-

Aku membuka mata. Aku mengernyit saat kenangan mengenai rasa sakit itu kembali terlintas di dalam otakku. Aku mengambil napas dalam lalu mengeluarkannya, membersihkan rongga dadaku dari sensasinya yang tak menyenangkan.

'Kau tidur, Gee?' aku merasakan seseorang menyentuh pundakku dan mendengan suara pikiran Renesmee—saudara angkatku—terdengar geli saat melihat apa yang sedang aku lakukan.

Aku membuka mata lalu menoleh padanya. Dia menyeringai padaku, menampakkan giginya yang tersusun rapi, tetapi tidak beracun seperti punyaku. Aku balas menyeringai, menampakkan gigi taringku yang memang lebih jelas daripada taringnya. Renesmee tertawa hambar.

"Hohoho, jangan lakukan itu di sekolah kalau kau tidak ingin dikira vampir," sindirnya. Kali ini aku yang tertawa.

"Tidak akan. Kau kan tahu aku punya reputasi sebagai 'vampir penyakitan' di sekolah. Sialan kau, Nessie," umpatku kesal.

"Itu ide Alice," Renesmee menunjuk bibinya, Alice, yang baru saja turun dari tangga. Alice hanya nyengir melihatku.

"Mana yang lain?" tanyaku tidak jelas pada siapa. Tetapi Alice yang menjawab lebih dulu.

"Carlisle sedang di rumah sakit, Esme, Rosalie, dan Emmet sedang berburu. Aku tidak melihat Edward dan Bella, mungkin mereka sedang bersama Jacob."

"Berburu?" tanyaku lagi, merasa kesal karena mereka tidak bilang-bilang padaku untuk 'sarapan' bersama.

"Kau kan sudah makan banyak sekali semalam, Gerrard," dengus Renesmee.

"Oh, diamlah, Nessie. Aku kan masih vampir baru," aku menekankan kata-kata terakhirku.

"Alice, bisakah kau melihat apakah Gerrard akan menerkam seorang murid—?" Alice menggantungkan pertanyaannya saat melihat ekspresiku,"—atau tidak!" lanjutnya.

Alice berkonsentrasi sesaat untuk melihat sesuatu yang jauh di depan, lalu beberapa saat kemudian dia menggeleng.

"Berapa persentasinya?"

'Ayo pergi, Gerrard. Kau ini cerewet sekali seperti ibu-ibu,' sindir Renesmee dalam pikirannya sambil menarik tanganku. Aku tidak menahan gerakanku dan mengikutinya keluar.

Sepertinya kami sampai di sekolah terlalu pagi karena aku belum mencium aroma satu manusia pun di sekitar sini. Renesmee sedang mengunci mobil Volvo ayahnya, Edward Cullen, yang dipinjamnya untuk dibawa ke sekolah. Di Forks, mobil-mobil seperti ini sudah tergolong biasa karena sudah berusia 50 tahun lebih—Renesmee tidak mau ayahnya mencampakkan mobil Volvo lamanya dan membelikannya yang baru. Aku menghirup udara pagi Forks yang berembun sambil mengecek apakah sudah ada yang datang selain kami atau belum.

Mataku terpejam, mencoba berkonsentrasi. Satu! tebakku dalam hati. Aku menemukan bau manusia di arah jam tiga, 250 meter di sampingku. Aku mengedikkan kepalaku untuk mencium bau itu lebih jelas. Entah kenapa bau yang satu ini seperti magnet bagi indera penciumanku—aku perlahan melangkah menghampiri aroma yang semakin kuat ini. Aku tidak ingat pernah mencium aroma yang menarik seperti ini.

'Kau mau ke mana, Gee?' tiba-tiba Renesmee menarik lenganku, membuyarkan konsentrasiku terhadap aroma itu. Aku melotot menatapnya.

'Apa?' tantangnya.

"Kau mengacaukan konsentrasiku, tahu," ujarku dingin. Renesmee menatapku, tersinggung.

'Oh, maaf kalau begitu, Tuan Taring! Aku tidak akan mengganggu konsentrasimu lagi. Sana, pergilah sarapan!' Gadis itu menarik tangannya yang masih memegangku dan mengibaskannya ke arah pepohonan hutan dan berjalan menjauh sambil menghentak-hentak. Aku segera menyusulnya.

"Maaf, Renesmee. Kau tahu aku hanya bercanda," kataku cepat-cepat. Renesmee tidak menggubrisku, tetapi dia tetap mengantarkanku sampai ke kelas Bahasa Inggris. Dia duduk di sebelahku sampai bel masuk berbunyi, hanya untuk mengawasiku. Sebenarnya aku tidak ingin dia menjagaku terus seperti ini. Aku merasa tidak nyaman karena dia mengetahui kelemahanku, selain itu beberapa manusia di sini senang menggosip. Setiap pagi aku selalu mendengar bisik-bisik mereka seakan-akan mereka berteriak di telingaku.

"Aku bersyukur tidak memiliki kemampuan membaca pikiran seperti ayahmu, Nessie. Mendengar mereka saja sudah membuatku muak," bisikku pada Renesmee, begitu pelan sehingga hanya dia saja yang bisa mendengarnya. Renesmee mendengus.

'Jangan memuji ayahku lagi, Gerrard. Sekarang dia kan ayahmu juga,' dia menjawab sindiranku dengan pikirannya.

"Dia lebih cocok jadi teman sepermainanku daripada jadi ayah," aku menahan tawa. Renesmee menghujaniku dengan tatapan mengerikan dan itu artinya aku harus berhenti mengolok-oloknya lagi.

Sejak aku dibawa oleh Edward dari Hanover di malam mengerikan itu, aku sudah menjadi saudara angkatnya dengan menyandang nama 'Cullen' di belakang namaku. Saat itu aku baru saja digigit oleh seorang vampir yang tidak kuketahui namanya yang menyerangku dan adikku di malam ulangtahunku yang ke-17, 50 tahun yang lalu. Aku tidak begitu ingat bagaimana aku bisa ditangkap oleh vampir gila itu, tetapi saat ituaku dan adikku, Mikey, baru saja pulang dari perayaan ulangtahunku di sebuah cafe. Untung saja orangtuaku tidak ikut pulang bersama kami saat itu, kalau tidak…aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Setelah transformasiku selesai aku sempat bertanya mengenai adikku pada Edward, tetapi dia hanya bilang bahwa adikku dibawa lari oleh vampir itu. Edward sudah berusah mengejar vampir itu, tetapi vampir itu sudah menghilang begitu Edward mengejarnya. Aku tidak bisa menyesali Edward karena dia membiarkan adikku dibawa lari oleh vampir itu, tetapi aku sangat berterimakasih padanya karena sudah menyelamatkan hidupku dan sisa kehidupanku yang menurutnya sangat berbahaya jika hanya dijalani sendirian.

Edward telah menjelaskan bagaimana kehidupan selama 80 tahun pertama seorang vampir baru. Jasper, salah saudara Edward yang pernah menjadi pelatih vampir baru, mengatakan bahwa pada umumnya vampir baru memiliki emosi yang tidak terkontrol, sehingga hal itu terkadang membahayakan eksistensi mereka sendiri. Jasper juga telah menjelaskan bahwa vampir baru juga memiliki keinginan yang lebih besar terhadap darah manusia—apalagi ditambah dengan emosi yang tidak terkendali, membuat mereka lebih sulit mengendalikan diri daripada vampir yang sudah hidup ratusan tahun. Karena alasan itulah Edward meminta Renesmee untuk mengawasiku selama di sekolah, sehingga apabila aku kehilangan kendali Renesmee bisa menghubungi keluargaku yang lain untuk membantu Renesmee menyadarkanku.

Semua pengorbanan itu semata-mata hanyalah agar keluargaku dan semua vampir di dunia ini—termasuk adikku—terlindungi dari eksekusi keluarga Volturi.

Karena aku sudah mengganti namaku menjadi Gerrard Cullen dan setuju untuk menjadi bagian dari keluarga ini, aku berusaha untuk mengikuti gaya hidup mereka, salah satunya adalah dengan hanya memburu hewan. Sebenarnya aku tidak suka rasa darah mereka—rasanya seperti memakan daun mentah. Tetapi hanya itulah caraku untuk menyelamatkan keluarga baruku dan adikku.

Adikku. Aku sangat merindukannya, aku tidak tahu bagaimana nasibnya sekarang. Selama ini aku ingin sekali pergi mencarinya, tetapi keluargaku tidak mengizinkanku. Aku harus lebih menjalani drama kehidupan manusiaku terlebih dahulu karena aku sudah terlanjur menjadi bagian keluarga mereka. Lagipula aku takut dengan risiko kehilangan pengendalian diriku jika aku mencari adikku seorang diri. Kalau aku sampai kehilangan pengendalianku, maka aku akan kehilangan semuanya—keluarga Cullen, adikku, dan nyawaku.

'Sudah bel, aku pergi dulu,' Renesmee menyentuh pundakku. Aku mengikuti sosoknya sampai menghilang di balik pintu dan berusaha untuk mendengarkan langkah kakinya hingga menghilang alih-alih mendengarkan semua bisik-bisik di kelas ini.

Aku menutup mataku lagi. Drama kehidupanku sudah dimulai kembali.


This is my first fanfic, yet i have post it in twitter in different plot. But i hope you can enjoy and give me some advice or good critics for my story. I'd love to accept your reviews. :)

And I LOVE VAMPIRES SO MUCH!