Croire

.


Jadi Wonwoo sudah mendeklarasikan bahwa dirinya terima untuk menjadi omega —meskipun dia sendiri tidak tahu akan menjadi apa dirinya nanti, mengesampingkan pandangan stereotipnya selama ini. Namun tekad yang sudah ia bangun kuat jatuh secara tak terduga. Hati Wonwoo sudah mati, dan dia tidak dapat merasakan apa-apa lagi.

Meanie and other SEVENTEEN member, a bit of other member group nor actor.

M for sexual content and language.

Fantasy, drama, romance, angst.


Chapter 1: Why and Because (Introduction)

.

Tiga bulan ke depan Wonwoo akan berusia 18 tahun. Seharusnya dia merayakannya dengan sukacita, tetapi dia tidak merasakan begitu. Wonwoo terlahir sebagai laki-laki semestinya, hanya saja statusnya yang seharusnya mendatangi dirinya lima tahun lalu tak kunjung datang bahkan hingga saat ini. Setiap individu biasanya memiliki status di usia 12. Dan ada tiga golongan status yakni; sebagai seorang alpha, beta, ataupun omega.

Golongan alpha: yaitu dimana seorang wolf menyandang status pemimpin atau terkuat. Mampu shifting menjadi serigala dengan ukuran terlampau besar melebihi ukuran serigala beta apalagi omega. Memiliki bau dominan yang pekat dan terkesan memencak sekitar ketika sedang marah, egois, dan ketika ingin melindungi sesuatu sehingga mampu membuat tunduk siapa saja. Sangat kuat fisiknya dan cenderung bebas, suka menunjukkan gairah bahkan dapat memikat omega maupun beta dalam sekali siulan halus. Tetapi ketika sudah menemukan pasangan atau matenya, biasanya dia berubah menjadi overprotektif dan sangat posesif terhadap pasangannya. Memiliki ego tinggi sehingga sangat sulit mengalah, jadi omega dan beta harus menurutinya. Wonwoo menginginkan menjadi seorang alpha.

Golongan beta: Pada kasus ini tidak ada yang mencolok. Ukurannya ketika shifting menjadi serigala memang besar, namun tidak melebihi ukuran serigala alpha. Aktif dalam akademik tetapi tidak seterampil omega dalam urusan seni. Juga mahir dalam urusan keorganisasian namun tidak semaskulin alpha dalam perihal fisik. Bersikap netral sehingga banyak bekerja dalam pemerintahan, politik, dan dipakai di perusahaan manapun. Tidak terlalu mengidamkan jabatan, dan keduniawian bagi mereka dinomor duakan karena mereka sangat menaati kemasyarakatan. Wonwoo tidak masalah dengan ini.

Golongan omega: Wonwoo tidak menginginkannya karena stereotipnya, orang-orang menganggap golongan ini yang terlemah. Namun tidak selamanya begitu. Memang benar mereka tidak sekuat alpha ataupun beta, karena omega memiliki insting alami sebagai seorang ibu; yaitu bersikap lembut untuk menyayangi pub dan mendidik mereka. Sangat menghargai apapun tidak peduli seberapa kecilnya di mata orang lain. Menyukai seni dan memiliki ambisi yang kuat jika menyangkut cita-citanya, malu bila dipuji dan harus menurut bila diminta segala sesuatunya oleh alpha. Mereka mengalami heat setiap bulan setelah rahimnya matang, yakni gejala dimana organ reproduksinya merasakan gelisah yang luar biasa. Biasa terjadi selama tiga hari bahkan ada yang sampai seminggu lamanya. Selama masa itu omega harus menuntaskan urusannya dengan alphanya agar ia disetubuhi atau ditenangkan, lain hal jika dia tidak memiliki alpha maka mereka harus meminum sebuah pil pereda nyeri dan itu hanya bertahan selama beberapa saat.

Alpha selalu ada pada laki-laki, beta ada pada perempuan dan laki-laki, tetapi omega yang biasanya ada pada perempuan beberapa tahun belakangan ada juga pada pria. Dan tentu saja berpengaruh dalam seksualitas. Pejantan alpha dapat membuahi omega jantan bahkan manusia lelaki normal setelah memberikan knot mereka, tidak pada beta. Omega baik jantan maupun betina tentu saja dapat membuat keturunan setelah menerima knot dari alpha mereka. Sementara beta, mereka sangat netral jadi tidak dapat memiliki keturunan. Nafsu? Tentu ada, mereka tetaplah makhluk biasa ciptaan Tuhan.

Sore itu Wonwoo berada di ruang tunggu sebuah rumah sakit setelah pemeriksaan menyeluruh, dia harus menemui dokter spesialis organ dalamnya secara teratur tiga bulan sekali. Dia sangat berharap status yang sudah dinanti-nantikannya sejak lima tahun lalu akan datang sebagaimana mestinya, meskipun sudah sangat terlambat —tapi dia ingin. Setelah seorang perawat memanggilnya dia masuk ruangan konsul dan berhadapan dengan dokter yang sudah tiga tahun ini merawat dirinya semenjak dia pindah ke kota.

"Dok, aku merasa sangat sehat." Wonwoo tanpa embel-embel salam langsung mendudukkan bokongnya pada kursi yang sudah disediakan.

Dokter berwajah gembil itu tersenyum ramah, "Karena kau memang sehat." Katanya menyimpulkan.

Wonwoo berjengit, ia muak mendengar kata-kata itu. Sudah jelas pertumbuhannya tidak normal, dia seharusnya mendapat statusnya di usia dua belas. Tapi yang ada hingga kini dia dijuluki anjing basah alias masih bocah karena belum mendapatkan gelarnya. Alpha? Atau beta? Jangan-jangan omega? Uhh! Wonwoo menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Kyuhyun ssaem, apa aku harus disuntik hormon saja agar statusku cepat datang?" Dan pertanyaan Wonwoo sukses mengundang tawa cibir dokter berwajah gembil itu.

Dia mengadahi wajahnya menatap langit-langit, bingung harus menjelaskan berapa kali hal ini padanya. "Wonwoo-ya, tubuhmu itu bagus, sangat bagus malahan.."

Belum selesai Kyuhyun berkata Wonwoo memutusnya, "Maksudmu tubuh manusiaku kan? Lagipula aku tidak mempertanyakan itu, tetapi statusku nanti ssaem!" Ucapnya meledak-ledak.

Kyuhyun tertawa habis-habisan, rasanya dia seperti menghadapi gadis remaja yang sedang meminta sesuatu pada ayahnya. "Organ reproduksimu baik, keadaan tubuhmu baik." Wonwoo merotasikan bola mata malas, "Jika yang kau inginkan adalah status, menjadi beta tidak apa-apa karena menjadi pihak yang netral dibutuhkan di masyarakat. Kebanyakan perusahaan mempekerjakan orang-orang berstatus beta karena mindset mereka mengatakan bahwa beta lebih mengedepankan keadilan, kebanyakan seperti itu. Seperti aku contohnya," Katanya tanpa melebih-lebihkan karena faktanya memang seperti itu.

"Tapi aku juga tidak ada tanda-tanda sebagai seorang beta." Katanya sambil tertunduk lesu.

Kyuhyun tampak berpikir sebentar, "Ah! Aku akan mengenalkanmu dengan keponakanku, seorang asisten psiokolog di kampus. Namanya Lee Jihoon, dia sebaya denganmu." Katanya sambil menuliskan sesuatu di secarik note lalu merobeknya dan memberikannya pada Wonwoo, dia meniti tinta yang tersemat pada kertas yang baru saja diterimanya. Sebuah nomor telepon.

"Aku harus menghubunginya?" Dengan suara datar Wonwoo nampak ragu-ragu, selama ini dirinya cenderung Introvert. Dan menyapa orang lain lebih dulu sangatlah bukan gayanya.

"Jika kau ingin menjadi alpha sapalah dia lebih dulu, Jihoon adalah omega manis yang belum menemukan alphanya. Kalian bisa mengenal lebih dulu." Kata Kyuhyun seraya mengedipkan salah satu matanya.

Mendengar sugesti itu Wonwoo membulatkan matanya, ia menjadi yakin untuk menghubungi Lee Jihoon.

Namun tiba-tiba pandangannya mengabur dan dia tertunduk pada meja di hadapannya, dia tidak bisa melalui perihal yang akan dilaluinya tiga bulan kedepan. Di tiap-tiap ulang tahunnya dia selaku keturunan keluarga yang disegani selalu menanti status apa yang akan tersemat pada dirinya, namun itu tidak pernah datang bahkan hingga sekarang. Keluarganya selalu melahirkan alpha pejantan dan omega betina yang dielu-elukan, walaupun beta juga ada.

Wonwoo tidak mendapat statusnya di usia dua belas, lalu di usianya ketiga belas dia mendapati adik lelakinya yang berulang tahun kedua belas mendapat statusnya sebagai dominan alias alpha. Saat itu dia merasa harga dirinya hancur, bahkan ketika orangtuanya meminta Wonwoo untuk pindah ke kota dalih-dalih agar dia sekolah lebih baik. Tapi Wonwoo mengerti arti di balik itu semua, orang tuanya tidak menginginkan seorang omega pria, maka dengan cara sehalus mungkin mereka mengasingkan putra sulung mereka. Dan itu menyakiti hati Wonwoo. Keluarganya saja tidak dapat menerimanya, apalagi dirinya sendiri?

.

.

.

.

.

Jihoon berteriak nyaring dan itu menyadarkan Wonwoo, dia sudah berdiri selama setengah menit di depan pintu masuk menelusuri kepala-kepala di ruangan itu. Tetapi Wonwoo malah mendapati omega yang sudah ia janjikan untuk bertemu dengannya berteriak melengking menyadarkan lamunannya.

Akhirnya dia menghampiri sosok mungil yang ada di sebuah meja, "Umm.. hey!" Wonwoo berkata datar, dia dapat mencium aroma manis yang menguar dari tubuh Jihoon.

"Yaampun kau lambat sekali, katanya kau ingin menjadi alpha?" Jihoon menarik lengan Wonwoo dan memaksanya duduk, restoran kali ini cukup ramai dan Jihoon yang mengajak Wonwoo ke tempat ini merasa agak bersalah mengingat mereka ingin membahas sesuatu yang terbilang intim.

"Apa aku sewangi itu sampai membuatmu tertegun?" Tanya Jihoon, membuyarkan lamunan Wonwoo yang kedua kalinya semenjak masuk ke dalam restoran.

"Kau manis." Katanya tanpa sadar, bahkan Wonwoo terlonjak kaget setengah detik setelah dia memahami apa yang baru saja dia ucapkan.

"Hoho, banyak yang berkata begitu." Katanya seraya menutup mulutnya dengan satu tangan.

Setelah sepuluh detik yang dilalui terasa hampa itu karena Wonwoo yang tidak berkata apa-apa maka Jihoon memanggil pelayan di dekat mereka, pelayan itu bersiap mencatat pesanan dan memandang mereka berdua.

"Aku pesan lemon juice dan spaghetti. Kau?" Jihoon menatap Wonwoo dan pelayan di sebelahnya mengikuti arah pandang Jihoon.

"S-sama." Wonwoo terkesiap.

"Dia orange jus saja, anak kecil tidak mungkin kuat minum lemon." Dan diamini pelayan dengan kekehannya, Jihoon puas mengejek Wonwoo namun Wonwoo tidak sanggup menyanggahnya.

Setelahnya mereka menghabiskan waktu dengan canggung. Dengan Jihoon yang melentingkan garpu pada gelas-gelas kaca di hadapan mereka, tidak memedulikan pekikan serta amarah orang-orang di sekitar dan Wonwoo yang terdiam. Terpanah memerhatikan Jihoon. Tubuhnya sangat kecil, mungkin tingginya 160 cm lebih sedikit. Dan warna rambutnya senada dengan gulali yang sering dijajakan di pasar malam, merah jambu terang. Makanan sampai dan Jihoon menyantapnya dengan lahap, beda halnya dengan Wonwoo yang menjaga image karena ingin meninggalkan kesan baik di hadapan Jihoon.

Setelahnya mereka membayar makanan masing-masing dan ditutup oleh acara berdua mereka menyusuri taman di malam hari.

"Malam ini sangat membosankan bersamamu." Kata Jihoon datar, dan sontak Wonwoo mengerlingkan matanya.

"Umm.. mau mampir ke rumahku?" Jihoon tersenyum karena umpannya berhasil.

.

.

"Bagaimana mau jadi alpha kalau kau hanya diam begini? Kau begitu kaku dan datar seperti wajahmu." Sarkastik adalah nama tengah Jihoon, jadi jangan heran atau terbawa hati jika Jihoon sudah membuka mulutnya.

Jihoon buka suara setelah keheningan yang cukup lama, dia dapat merasakan tersedak ludahnya sendiri.

Wonwoo membulatkan matanya, dia tidak bisa langsung akrab begitu saja pada orang yang baru dia kenal. "A-awalnya aku pikir kau perempuan." Wonwoo tidak tahu sebelumnya memang, dia hanya mengirimkan pesan teks pada Jihoon bahwa dirinya ingin berkenalan dengan Jihoon di bawah perintah Kyuhyun.

Kini mereka berada di balkon apartemen Wonwoo, mereka sudah bercerita cukup lama. Mengenalkan diri masing-masing, meskipun lebih banyak Jihoon yang bercerita.

Jihoon tidak ceroboh atau lalai sebenarnya, dia tidak akan menerima ajakan orang asing begitu saja apalagi jika dia tidak mengenalnya. Tetapi membawa nama sang paman membuat Jihoon tergelak, dan benar adanya Wonwoo memang ingin berkenalan dengannya.

.

Kepada Jihoon.

Namaku Jeon Wonwoo dan aku dikenalkan padamu melalui Kyuhyun ssaem, jadi aku harap kita dapat akrab.

P.s.

Aku dengar dari Kyuhyun bahwa kau omega manis yang belum memiliki alpha.

.

Jihoon tertawa kala itu, dan tanpa pikir panjang dia menghubungi Kyuhyun untuk membenarkan jawabannya sebelum membalaskannya pada Wonwoo. Kyuhyun bercerita mengenai Wonwoo, pemuda yang belum mendapatkan statusnya bahkan setelah teman-temannya sudah menemukan mate dan teman-teman omeganya sudah mengalami heat. Bisa dibilang, Wonwoo mengalami krisis identitas. Dia tidak membutuhkan Kyuhyun, yang dia butuhkan adalah psikolog. Seharusnya dia percaya diri saja mengesampingkan statusnya yang tak kunjung datang, lagipula Wonwoo seorang pria.

Lain halnya dengan Jihoon, dia tidak mengharapkan mendapat statusnya di usia dua belas. Karena dirinya yang mungil serta kesukaannya pada sesuatu yang manis tidak menutup kemungkinan bahwa dirinya adalah seorang omega. Jadi dia berharap ingin menjadi manusia biasa saja, mendengar heat yang dialami omega tiap bulannya sangat menyakitkan, itu cukup membuat Jihoon meringis. Namun di malam ulangtahunnya yang kedua belas perutnya kejang dan ketika memeriksakan ke dokter ternyata rahim tumbuh dalam perutnya. Jihoon adalah omega jantan.

"Hahaha, kenapa kau berpikir kalau aku seorang perempuan?" Jihoon menghardiknya, dan dia mendapati Wonwoo yang terpojok.

"Umm..karena kau adalah omega?" Dan Jihoon nyaris menyembur ludahnya sendiri. Hampir. Jika memang ludahnya sudah terkumpul di mulut Jihoon yakin dia akan segera menyemprotkannya.

"HAHAHAH! Kau pikir jaman apa ini Wonwoo? Ini namanya evolusi." Jihoon terkikik menahan perutnya yang terguncang.

"Apa kau tidak sadar kalau golongan kami adalah yang termuda? Atau bisa dibilang, termaju. Kami adalah makhluk evolusi paling baru yang pernah ada." Kemudian menenggak air putih yang sedari awal kedatangannya memang sudah disuguhkan di depannya.

"Memang kami lemah. Memiliki omega pria sama saja seperti merawat anak perempuan, karena kami tidak sekuat alpha maupun beta. Tetapi kami bisa mengandung dan melahirkan penerus seperti perempuan pada umumnya. Dan lagi, bibit-bibit dari omega pejantan sangatlah kuat. Kasus-kasus seperti omega mati pada heat pertama tidak pernah ada pada anak-anak hasil pembuahan dari pejantan omega. Dan penerus alpha-alphanya, sangat kuat. Bahkan mengalahkan kemampuan regenerasi yang pernah ada." Jihoon menenggak minumannya lagi, merasa kerongkongannya kering setelah merasa penjelasan panjang yang tidak berkesudah.

"Bisa dibilang, 86% dari keturunan werewolf murni yang lahir seratus tahun sekali." Dan bersamaan setelah itu Jihoon melirik Wonwoo dari ekor matanya.

Setelah perbincangan yang cukup lama Jihoon akhirnya menanyakan sesuatu yang lebih intim, "Kenapa kau ingin sekali menjadi seorang alpha?" Wonwoo diam, dia tidak berani memandang mata Jihoon.

Jihoon hampir saja menyerah, padahal tadi mereka sudah cukup santai. "Umm baiklah ralat, apakah ada yang ingin kau tanyakan padaku?" Kini Jihoon menatap Wonwoo intens, dan Wonwoo yang kehabisan kata-kata mendadak sesuatu terlintas di kepalanya.

"Bagaimana perasaan orangtuamu setelah mengetahui bahwa dirimu adalah seorang omega?" Hardik Wonwoo, Jihoon tidak pernah menyangka bahwa Wonwoo akan melayangkan pertanyaan itu.

Akhirnya Jihoon menjelaskan dengan damai, "Itu saat ulang tahunku yang kedua belas, orangtuaku sangat senang tentunya. Mengetahui anak mereka sudah mendapat status.

Kemudian dia melipat kakinya, demi mendapat reaksi Wonwoo akan aksinya. Tetapi yang ada Wonwoo malah memilin ujung bajunya gugup, "Meskipun kau seorang omega jantan?" Dan itu membuat Jihoon mengerti akan sesuatu.

Setelah sumber primernya dia dapat, maka Jihoon simpulkan bahwa 'Wonwoo dibuang keluarganya', meskipun itu masih belum pasti dan Jihoon berusaha menepis kemungkinan-kemungkinan yang menghampiri kepalanya. Fakta dari pertanyaan yang dilayangkan Wonwoo barusan membuat Jihoon mengerti akan satu hal. Orangtuanya berspekulasi apabila Wonwoo adalah seorang omega maka mereka sudah mengasingkannya lebih dulu mengingat Wonwoo tinggal sendiri di apartemen.

"Y-ya, kita tinggal di jaman apa sekarang Wonwoo? Apartheid sudah musnah, rasist tidak ada lagi. Apa jadinya jika ada yang menolak pejantan omega? Maksudku, halo? Kita berada di jaman modern sekarang, dimana bahkan vampire dan werewolf menjalin cintaaa." Jihoon mencoba mencairkan suasana, dia dapat mencium bau anjing basah.

Ya, Wonwoo anjing basah itu.

Bahkan di usianya yang sudah menginjak tujuh belas dia belum mendapat statusnya, sehingga Wonwoo dikenal sebagai anak yang lambat pertumbuhannya. Padahal tidak, tubuh Wonwoo bagus. Dia tinggi dan berisi di tempat yang tepat, mengesampingkan fakta dia memang kurus dan putih pucat tida memengaruhi kesehatannya karena memang porsi tubuhnya sudah seharusnya seperti itu.

"A-aku akan masuk kuliah seminggu lagi, a-apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau diejek lagi." Dan sukses itu menampar wajah Jihoon, Jihoon pintar menyimpulkan. Dan pernyataan Wonwoo barusan membuat Jihoon mengerti bahwa di masa-masa Sma Wonwoo adalah korban bullying karena dia belum mendapat statusnya.

"Umm, santai saja." Jihoon memainkan pulpen yang selalu tersemat pada kantung jaketnya.

Meskipun bau anjing basah memang mengganggu penginderaannya yang tajam, tetapi itu tidak menyurutkan keinginannya untuk berteman dengan Wonwoo.

"Kau menghindari kontak denganku karena kau tidak ingin mencium bau anjing basah ini bukan?"

Sebenarnya bau anjing basah itu seperti bau pada bayi manusia, hanya omega yang dapat toleransi pada baunya dan jika alpha atau beta yang menciumnya, mereka akan menganggap ada anak bayi serigala yang baru terlepas dari inangnya.

"Bauku sangat bertolak dengan aroma manis yang keluar dari tubuhmu, a-aku.."

"Bau anjing basah itu menenangkan." Jihoon berkata lugas, sekenanya menahan Wonwoo yang hampir terisak.

"Aku tidak suka bau manis yang tersemat pada tubuhku, pada tubuh omegaku. Ini membuatku kesusahan berkali-kali, aku dikejar, dikuntit, dan hal-hal lainnya." Kemudian Jihoon menyandarkan tubuhnya.

"Tetapi ada enaknya juga. Banyak yang tunduk padaku huahahahha!" Mengesampingkan fakta bahwa seharusnya dialah yang tunduk.

"Sementara baumu, membuat orang berpikir jernih. Kesucian ada pada dirimu. Kau tidak mengundang nafsu seperti diriku, tidak sependosa para alpha yang mengejar omega sesuka mereka. Kau.. pyur." Kata Jihoon terpatah, tetiba dia ingat waktu dirinya masihlah seorang anjing basah. Kala itu semua orang menyayanginya, tulus. Berbeda dengan kini, semua orang mendekati karena ada maunya.

"Apa benar begitu?" Tanya Wonwoo kalem, dia merasa termotivasi.

"Jadi, dimana kau akan kuliah?"

"Universitas Seoul Cerelois."

"Aku akan menjagamu. Sangat mudah karena kita satu kampus, aku seniormu." Dan percakapan malam itu ditutup dengan Jihoon yang memeluk Wonwoo.

Wonwoo mengantar Jihoon Sampai di depan pintu gedung apartemennya, dia malihat mobil silver yang menjemput sahabat barunya itu. Di dalamnya, di kursi penumpang bagian depan ada Kyuhyun yang kelihatannya baru pulang bekerja karena memakai kemeja lengkap, sepertinya jas dokternya sudah ia lepas. Sekarang pukul delapan dan merupakan waktu yang baik untuk omega seperti Jihoon pulang. Kyuhyun mengangkat tangannya menyapa pada Wonwoo, dan Wonwoo menundukkan tubuhnya mengucap terimakasih.

Jihoon menaiki mobil itu dan ketika mobil itu sudah berjalan hingga tikungan, "WONWOO-YA! TENANG SAJA! AKU AKAN MENJAGAMU! JANGAN KHAWATIRKAN STATUS SIALAN ITU!" Tetiba tubuh Jihoon menyembul dari jendela kursi penumpang bagian tengah di sebelah kanan mobil itu, dan tepat setelahnya Wonwoo dapat melihat kepala Jihoon seperti dijitak dari tangan yang mendadak keluar dari jendela bagian kursi penumpang di depan, itu tangan Kyuhyun. Wonwoo tertawa tertahan, dia senang malam ini bisa menghabiskan waktu bersama Jihoon, berkenalan dengannya.

Aku tarik ucapanku, malam ini sangat menyenangkan bersamamu.

Sebuah pesan masuk ia dapat dari Jihoon, dan Wonwoo tersenyum sambil memasuki gedung apartemennya.

Brug!

Wonwoo terjatuh, baru saja dalam sekian lama hidupnya Wonwoo merasakan lega kembali. Kenapa aku sial sekali? Monolog Wonwoo.

Tiba-tiba tubuhnya menegang, siapa yang ditabraknya barusan? Dan aura mencekam mengelilingi sekelilingnya, Wonwoo terpatung. Wonwoo masih di lantai, dengan kedua kaki terbentang lebar dan tangan di belakang menahan tubuh. Wonwoo tahu yang ditabraknya adalah seorang alpha, karena bau yang menguar pada tubuh di depannya terasa dominan dan membungkus tubuhnya. Wonwoo merasa takut.

Sosok itu mengendus-endus kemudian berkata, "Tadi aku mencium bau manis di sini, kenapa berubah menjadi bau bayi?" Wonwoo mendadak terenyuh.

Jika orang itu adalah seorang yang sarkas atau maniak sex, pasti orang itu akan mengatakan bau anjing basah. Jadi Wonwoo cukup lega mengetahui orang yang ditabraknya adalah orang baik.

"Oh, hei apa kau baik-baik saja? Apa kau terpleset? Aku tidak melihatmu datang." Tentu saja tubrukan seperti tadi tidak akan berdampak bagi seorang alpha, jadi wajar bila dia tidak merasa bahwa dirinya baru saja ditabrak.

Lelaki berwajah sipit yang berada di atasnya berinisiatif menarik tangan Wonwoo tanpa menunggu persetujuannya, dia menarik Wonwoo lugas hingga dia berdiri sempurna.

"Oh ini juga." Lelaki itu mengambil lempengan aluminium di lantai, "Ponselmu." Katanya seraya bersimpuh lalu menyerahkan ponsel itu pada Wonwoo.

Wonwoo menerimanya dengan benar, dia mulai terbiasa mencium aroma mencekam barusan. Di sekolahnya, Wonwoo terbiasa duduk terpisah bahkan memojokkan diri. Dia tidak tahan terhadap bau-bauan yang menyembur memenuhi kelas.

"Jadi kau..."

"Jeon Wonwoo." Wonwoo menunduk sopan, "Permisi.." dan segera meringsut dari tempatnya berdiri menuju tangga dimana tangga itu menuju lantai kamarnya berada.

"Hey!" Lelaki sipit itu menarik lengannya, "Itu milikmu bukan? Mau aku bantu membawakannya?" Lalu menunjuk pada area paket barang terkirim, sebulan sekali keluarganya memang selalu mengirimkan bahan makanan untuk Wonwoo menyongsong hidupnya.

Wonwoo tercekat, darimana orang ini tahu kalau itu adalah paketku? Wonwoo sendiri lupa karena keasyikan mengobrol dengan Jihoon, dia akhirnya mengangguk dan segera melangkah menuju area itu.

"Izinkan aku membawanya." Tanpa basa-basi dia berjalan melebihi kecepatan Wonwoo dan meraih kardus seukuran tubuhnya itu, dia tidak terlihat kepayahan bahkan kardus itu mampu dia bawa dengan satu tangan. Wonwoo tidak dapat berkata apa-apa karena dia tidak dapat mencegah segala perilaku alpha padanya, walaupun dia masih polos tetapi dia harus mengakui status lain. Wonwoo tunduk pada alpha, berhubungan baik dengan beta, dan menghormati omega. Semua sebagaimana mestinya.

Lelaki itu membawa barang Wonwoo dan berjalan menaiki tangga, sesudahnya menurunkan kardus itu di depan pintu rungan Wonwoo. Wonwoo semakin heran karena orang itu bahkan mengetahui letak kamarnya, dia merasakan mual.

"Maaf, tapi darimana kau tahu kalau ini kamarku?" Tanya Wonwoo sangat pelan, tidak ingin menyinggung lelaki yang sudah menolongnya.

Lalu lelaki itu menjulurkan tangannya, "Kenalkan aku Kwon Soonyoung." Wonwoo menyambutnya masih dengan tatapan tertegun.

"Kita bertetangga omong-omong, aku melihatmu berangkat sekolah tiap pagi. Tetapi tidak pernah sempat menyapa karena kau selalu terlihat terburu-buru, sepertinya kau sangat menghargai waktu. Oya, kita sudah bertentangga selama tiga tahun." Katanya lugas, matanya semakin menyipit dan itu sangat lucu bagi Wonwoo.

Wonwoo tertawa melihat alpha di depannya yang bahkan lebih pendek darinya itu mengerjap-ngerjapkan matanya seperti hamster yang baru bangun tidur.

"A-apa yang lucu?" Soonyoung berteriak melengking, bahkan suaranya juga lucu.

"Matamu, suaramu." Wonwoo semakin tidak dapat mengendalikan tawanya.

"Ooh, ini? Ini?" Soonyoung menarik kelopak matanya lalu membentuk angka jarum jam pada angka sepuluh dengan sepuluh serta dia mengikuti suara Wonwoo sehingga suara melengking dia sendiri dia berat-beratkan.

Wonwoo hampir terguling di tempatnya kalau dia tidak mengingat sekarang mereka sedang berada di depan kamar atau di tengah-tengah gedung apartemen, kenapa lelaki ini lucu sekali? Dia sama sekali tidak cocok sebagai alpha.

Dan setelah stabil Wonwoo meringis menahan perutnya yang sakit juga mengelap airmatanya dengan lengan baju kalau saja tidak, "Eits!" Lelaki itu menahan tangan Wonwoo sebelum lengan baju itu menyentuh airmatanya, "Pakai ini." Sambil mengadahkan tangan lainnya yang kosong.

"A-apa?" Mata Wonwoo menyipit, tidak dapat melihat apa-apa di sana, tangan Soonyoung kosong.

Soonyong mengarahkan tangannya yang kosong pada arah belakang telinga Wonwoo lalu menarik lagi tangannya, "Tadaaa!" Lalu menyerahkan sebuah saputangan yang diterima begitu saja oleh Wonwoo.

Wonwoo terkesima, apa itu sulap?

"Jadi, umm...Apa kau baru saja kedatangan tamu manis?" Wonwoo terdiam, siapa yang dia maksud manis? Dirinya? Atau tamunya? Tetapi semenjak bertemu tadi Wonwoo yakini kalau Soonyoung adalah seorang gentleman, dia tidak akan merayu Wonwoo saat pertama berkenalan bukan? Jadi Wonwoo menganggap manis tadi adalah ucapan Soonyoung pada Jihoon.

"Y-ya, aku kedatangan tamu yang manis." Jawab Wonwoo seadanya, berusaha menahan kecewa yang tetiba bersarang di dada.

"Oh, pria manis sepertimu pasti memiliki teman seperti itu." Wonwoo tertohok mendengarnya, apa dia baru saja disebut manis? Wonwoo terkesima untuk yang kedua kalinya, kemudian dia mendapati gerakan Soonyoung yang aneh. Tetapi melihat barangnya yang teronggok di lantai dan pandangan-pandangan orang-orang yang hilir mudik di sekitar mereka membuat Wonwoo terkesiap, "A-ayo masuk ke kamarku." Dan Soonyoung menerimanya seperti anjing yang mendapati majikannya pulang.

Di dalam Wonwoo membuatkan minuman, tetapi Soonyoung tiada hentinya mengikuti dirinya. Dia seperti anak anjing yang baru menemukan induknya, "H-hentikan!" Wonwoo mendorong moncong Soonyoung yang sudah menjurus pada perpotongan lehernya, dia tidak seharusnya melakukan ini pada alpha.

"Tenang saja Wonwoo-ya, aku hanya memastikan." Wonwoo yang sudah beranjak menuju ruang tamu meletakkan kedua gelas tadi di meja.

"Me-mmastikan apa?" Wonwoo menaikkan satu alisnya dan mendudukkan dirinya pada sofa.

"Kau..masih pyur?" Tanya Soonyoung polos, bahkan terkesan menuntut karena terlihat sekali dia penasaran.

"I-ya.." Jawab Wonwoo seadanya. Dia adalah pria jadi Wonwoo akan berkata jujur, seperti kata Jihoon, persetan dengan status itu.

"Wow, berapa umurmu?" Tanyanya lagi.

"Umm, tujuh belas." Soonyoung terlihat mendelik dan menciumi leher itu lagi. "H-hei!" Racau Wonwoo, dia setengah mendorong Soonyoung meskipun tahu kekuatannya tidak sebanding dengan alpha di sampingnya.

"Aku tidak akan berbuat macam-macam, bisa-bisa aku disebut pedofil. Yah walaupun kita sebaya namun kau belum mendapat gelarmu." Katanya seraya memisahkan rambut-rambut Wonwoo yang bersliweran menutupi lehernya, "Baumu tercampur. Apa kau melakukan sesuatu dengan aroma manis ini. Maksudku, apa tamumu tadi, orang seperti apa dia?" Dan pertanyaan Soonyoung sudah pasti menjurus pada sesuatu yang lain.

"Temanku." Kata Wonwoo lugas, ia jadi mengingat perkataan Jihoon tadi bahwa bau manisnya terkadang membawa kesusahan untuknya. Jadi Wonwoo tidak ingin menambah beban Jihoon.

"Ohh, apa..aku boleh berkenalan dengannya?" Tanyanya seraya mengerjap imut.

"Akan kusampaikan." Yang sebenarnya adalah tidak, entah kenapa Wonwoo jadi ingin memisahkan mereka.

"Jadi, kenapa kau belum mendapat statusmu?" Tanyanya lancar dan ditelan Wonwoo bulat-bulat,

"Kalau aku tahu aku mungkin sudah menelan cairan penumbuh hormon berliter-liter." Jawab Wonwoo yang mengundang tawa renyah dari bibir Soonyoung.

"Kau lucu sekali, aku harap kau menjadi omega. Kapan ulang tahunmu?" Mendengar itu Wonwoo mematung, dirinya ingin sekali menjadi pihak yang mendominasi tetapi mendengar penuturan Soonyoung yang menginginkan dirinya menjadi omega membuat hati kecilnya melengking ria.

"T-tujuh belas Juli." Katanya samar.

"Tiga bulan lagi, dan kita akan merayakannya. Hubungi aku kalau kau butuh sesuatu." Dan itu membuat Wonwoo menelan ludahnya, dia malah berpikir kesana dan Wonwoo tahu itu memalukan.

Apa yang kau pikirkan bodoh? Kau baru saja bertemu dengannya.

"Kau sekolah dimana? Tiga bulan ini kau mendekam di dalam seperti tahanan, sepertinya kau sedang menikmati liburanmu hah?" Ucapnya kelewat santai, lalu menikmati teh yang sudah Wonwoo siapkan.

Wonwoo tersadar akan lamunannya, "Umm, aku menikmati liburanku. Seperti katamu." Ucapnya malu-malu.

"Tidak pulang?" Tanyanya lagi.

"Inginnya sih begitu.."

Belum mendengar alasan Wonwoo Soonyoung memencak, "Aku juga tadinya ingin pulang, tetapi aku kasihan pada atasanku yang kerepotan. Jadi aku membantu bekerja. Oh ya, dimana sekolahmu? Kau baru luluskan?" Pertanyaan yang dibombardir membuat Wonwoo pusing.

"University Seoul Cerelois." Sambil menunduk Wonwoo mengucapnya penuh getaran.

"Sama. Aku fakultas budaya, jurusan sastra." Pernyataan itu membuat Wonwoo melayang, dia satu fakultas dengan Soonyoung. Hatinya menjerit bahagia.

Soonyoung dapat memperhatikan gerak-gerik Wonwoo, dia mendapati simpul yang disembunyikan itu. Soonyoung semakin yakin kalau Wonwoo adalah calon omega.

"Oh ya sudah malam, aku akan pulang ke kamarku. Tidak enak sama tetangga kalau tahu aku yang seorang alpha terkesan memaksakanmu agar aku boleh berkunjung." Soonyoung menarik telapak Wonwoo lalu mencium baliknya.

Soonyoung itu gentleman sekali pikir Wonwoo rancu.

Dan dia menghilang dari pintu itu meninggalkan Wonwoo yang meratapi kepergiannya. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang.

.

.

.

"Umm ya, mereka mengataiku anjing basah. Untung ada yang menolongku." Wonwoo mengulum bibirnya.

"Siapa itu? Beritahu aku!" Suara manis di sebrang sana berteriak penasaran, bahkan membuat Wonwoo menjauhkan ponsel dari telinganya berkali-kali.

"Ada deh!" Entah kenapa Wonwoo merasa nakal.

"Oh jadi begitu ya kau sekarang! Aku marah! Sekarang kau bermain rahasia denganku ya?" Jihoon membentak di sana, dan Wonwoo dapat membayangkan wajah imut Jihoon yang sedang merajuk.

"Sabar baby, aku akan beritahu kalau sudah waktunya." Ucap Wonwoo asal, dia sendiri tidak mengerti kenapa memilih kata baby. Dia ingin menggoda Jihoon agar dia menganggap Wonwoo dominan.

"Hew, darimana kau mempelajari kata itu?" —Tentu saja Soonyoung, Wonwoo sudah menjalin hubungan dengannya omong-omong.

"Dari pacarku, hahahhahah!" Dan tawa meledak dari mulut Wonwoo.

"Apa? Kau sudah memiliki pacar? Kau masih bau kencur Wonwoo! Dan, pacarmu itu seperti apa? Apakah dia omega imut sepertiku? Ahh aku ragu dia semanis diriku." Ucap Jihoon sombong, Wonwoo dapat menebak sebenarnya Jihoon sedang kepanasan sekarang.

"Dia manis KOK." Entah kenapa Wonwoo menekan kalimat di ujung, Soonyoungnya memang manis. "Dia alpha." Kata Wonwoo datar.

"PPRRRRRFFFFTTTTTTT!" Dari suaranya Wonwoo dapat menebak Jihoon menyembur minumannya, "Yak! Jeon Wonwoo! Kau bilang kau ingin menjadi dominan!" Dan sukses Wonwoo tertawa cekikikan histeris.

"Seingatku aku tidak pernah mengatakan itu padamu, kau pasti mendengarnya dari Kyuhyun saem. Hahahah!"

"Kau cemburu Jihoon? Jika statusku tiga bulan lagi ternyata adalah alpha aku akan memutuskannya dan mengklaimmu kok, tenang saja." Wonwoo sepenuhnya tidak mengerti apa yang dia ucapkan.

"Enak saja! Hey kau akan menyakiti perasaan pacarmu tahu! Dan aku tidak mau menjadi plan B mu!" Dan itu menjadi penutup perbincangan mereka kala itu.

TING-TONG

Suara bel menyadarkannya dan Wonwoo segera melesat menuju pintu, dia sudah tahu siapa yang akan datang. Meskipun Wonwoo sudah memberikannya nomor digit apartemennya tetapi orang di balik pintu ruangannya kini selalu menunggunya untuk membukakan pintu daripada masuk sendiri.

"Hoshiiii!" Wonwoo menghambur memeluk Soonyoung, dia mengetahui nama itu dari teman-teman Soonyoung yang sering memanggilnya Hoshi di kelas sastra jepangnya. Meskipun berbeda jurusan, Wonwoo seni budaya dan Soonyoung satra jepang, karena satu fakultas mereka jadi sering bertemu.

"Hey, sabar!" Soonyoung mendorong Wonwoo perlahan, tidak ingin menyakiti kekasihnya. "Wow, kenapa kau tidak memakai uhm.. celana..Wonwoo?" Soonyoung mengobservasi pandangannya pada Wonwoo yang kini hanya mengenakan kemeja tidur kebesaran berwarna putih gading serta celana ketat boxer berwarna hitam membalut pinggangnya ke bawah.

"Hanya, ingin.." Ucap Wonwoo sekenanya, Soonyoung memasang wajah datar dan itu terlihat keren di mata Wonwoo.

"Kau ingin makan?" Tanyanya lagi, Wonwoo teratur membeli cemilan dan selalu menyimpannya dengan baik.

"Tidak, aku hanya mampir sebentar karena sebentar lagi ada tugas.. pamit kepada Wonuku." Dan Wonwoo merona mendengarnya.

"Hey!" Wonwoo mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Soonyoung, "Ada apa?" Tanyanya, "Malam ulang tahunku, temani aku ya."

Soonyoung tampak berpikir sejenak, "Maaf aku tidak bisa, ada tugas kelompok dan aku harus profesional kalau tidak ingin ditendang sebagai anggota." Soonyoung menunjukkan wajah iba.

Dua bulan dua minggu lagi Wonwoo akan berulang tahun ke delapan belas, meskipun Wonwoo tidak tahu apakah statusnya akan datang atau tidak, tetapi setidaknya dia ingin sekali saja bersama orang yang dia sayangi. malam-malam ulang tahunnya selalu Wonwoo habiskan sendiri.

"Paginya...?" Tanya Wonwoo lagi, dia tidak akan menyerah begitu saja.

"Baik!" Soonyoung mengadahkan tangannya sejajar dengan alis sebagai sikap penghormatan. Itu yang Wonwoo suka dari Soonyoung, si manis yang lucu.

"Mansae!" Wonwoo menghambur memeluk Soonyoung lagi.

Soonyoung yang menyadari tinggi mereka yang timpang segera mendudukkan diri pada sofa sambil setengah menggendong Wonwoo, tidak bisa disebut menggendong sih karena Wonwoo masih berpijak pada tanah.

Soonyoung sudah duduk pada sofa dan memangku Wonwoo, "Kita akan sibuk by the way. Bisa dibilang dua bulan tidak akan bertemu full." Wonwoo pura-pura terisak.

"Ya kau benar, dosen kita begitu kejam karena memberikan tugas sepanjang kasih ibu yang tak terhingga sepanjang masa." Dan Wonwoo menghambur memeluk Soonyoung lagi, dia suka tubuh gempal Soonyoung. Tidak terlalu gempal sih, tapi lumayan berisi dan belum keras sepenuhnya dengan otot.

"Aku akan memberikan kejutan dengan menyambutmu sepulang mengerjakan tugas nanti, berikan kode kamarmu." Katanya seraya menempelkan hidung mereka.

"Baiklah aku tunggu, tetapi bukan kejutan namanya kalau kau sudah mengatakannya," Dan penuturan itu membuat Wonwoo mengerucutkan bibirnya lucu. Soonyoung gemas karenanya sehingga menciumi leher putih itu, tidak memedulikan Wonwoo yang menggeliat kegelian.

.

.

"Jadi bau apa ini? Apa kau sudah mandi?" Jihoon memandang jijik pada arah Wonwoo.

Wonwoo menautkan alisnya bingung, "Sudah kok." Dan dia menyeruput bubble milkteanya hingga habis.

"Sekarang kita bisa masuk, kita tidak akan berpisah karena sama-sama ke bagian literatur." Ucapnya seraya meletakkan gelas plastik kosongnya di atas tutup tong sampah dalih-dalih Wonwoo malas membukanya,

"Milikku.." Wonwoo memandang Jihoon yang memandang dengan tatapan kosong padanya, apanya yang miliknya? "Jihoon apa seleramu sudah turun? Gelas plastik bekas milkteaku ini bahkan sudah menyentuh tong sampah." Hardiknya lucu, dia hanya bercanda toh Jihoon daritadi marah-marah tidak jelas. Wonwoo ingin mencairkan suasana.

"Ah!" Jihoon memukul lengan Wonwoo, dan Wonwoo meringis kesakitan. "Tuh! Apanya yang alpha kalau baru kucolek saja sudah melenguh seperti itu?" Balas Jihoon tak kalah tajam.

"Eoh, setidaknya aku sudah memiliki alpha." Katanya seraya menyindir Jihoon.

Jihoon yang sadar hanya menatap kesal lalu masuk ke perpustakaan tanpa merespon ucapan Wonwoo yang semakin ngawur dari hari ke harinya.

"Tunggu aku!" Wonwoo mengejar pundak kecil yang menghilang di pintu masuk. Heran terhadap sikap Jihoon yang mendadak apatis padanya belakangan ini padahal selalu mengajaknya keluar sekedar mencari angin.

Continuer

.

Words: 4.851 words


Well hai! Aku pendatang baru di ffn. Sebelumnya mungkin tiga tahun lalu aku pernah rutin bikin fanfic suju, dan aku numpang post di blog temanku. Saat itu aku masih kecil jadi karyaku masih (sangat) jelek. Tetapi aku sempat sedih karena temanku memutuskan untuk menutup blog karena silent readernya banyak dan yang comment cuma sedikit, dampaknya juga ada padaku karenanya aku gapernah nulis fanfic lagi. Dan aku merasa gemash setelah masuk fandom seventeen dan stuck pada pairing ini/meanie/.

Ini hasil coba-coba aku karena rasa sayangku terhadap couple ini sedang meledak-ledaknya, dan moment 96line bikin aku banting hp karena, Soonyoung biaswrecker aku gitulooo! Jadi bagi yang ingin fanfic ini lanjut harap tinggalkan kritik dan saran/review/ya. Aku ga ingin kehilangan motivasi menulis seperti temanku dan berakhir seperti dia dengan menutup akunnya, jadi aku harap ini dapat mencerahkan aku untuk kembali ke dunia tulis-menulis ini. Aku berharap banyak supaya kalian gk hanya jadi silent reader dan menumbuhkan budaya menghargai karya orang lain, bukannya aku gila hormat atau apa, tapi aku juga turut merasakan apa yang teman aku rasakan.

P.s

Bagi yang berminat supaya cerita ini dilanjut harap berikan kritik dan saran di kolom review. Karena aku sendiri masih berpikir apakah ini akan lanjut atau tdak tergantung pemirsaxD

P.s

Saat aku memutuskan untuk bikin cerita ini dan bertanya pendapat ke saudara aku yang juga bikin ff, katanya konsepnya udah pernah ada yang pakai. Jadi aku udah izin ke orangnya lewat pm. Untungnya konsep ini bersifat universal sampe prnh ada jugakan film amerikanya, kalau nggak salah tahun 98 judulnya Teenwolf, tapi cerita ini plotnya aku buat sendiri koq dan gak ada copy alur sm sekali. Mungkin ceritanya murahan ya, wajarlah pengalaman hidup aku baru sedikit/ditampar emak/.

Jadi terimakasih yang sudah menyempatkan diri untuk membaca, diharap kerjasamanya!

Hore! Hore! Hore!

Salam,

Mieux