Cahaya rembulan yang indah menyinari sebuah kota yang cukup padat, Crocus, Bunga Ibu Kota dari Kerajaan Fiore. Cahaya tersebut merambat hingga kedalam gang dan menampakkan siluet dua makhluk – entah manusia ataupun monster. Nampak dari gerak gerik siluet tersebut, salah satu siluet mengacungkan senjata – mungkin kapak, kepada siluet yang tampak diam sedari tadi. Dan dalam beberapa detik kemudian tampak cipratan suatu cairan dari siluet yang sedari tadi diam tersebut…
Love in Case
Disclaimer : Fairy Tail milik Hiro Mashima
Warning: OoC, AU, Typo(s), and agak GaJe
Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfic ini.
Saya membuat hanya untuk kesenangan semata.
~Happy Reading~
.
.
Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya, masuk melalui fentilasi kamar seorang gadis yang masih terlelap. Cahaya mentari tepat mengenai wajah gadis pirang dengan kulit putih mulus tersebut. Ia mengernyitkan kedua wajahnya dan memisahkan kelopak matanya yang telah melekat entah berapa jam. Ia bangkit dan terduduk ditepi kasurnya yang bernuansa pink. Kedua tangannya mulai mengucek kedua matanya. Sekarang kedua kelopak matanya sudah benar-benar terpisah dan nampaklah mata indah berwarna cokelat caramel yang memandang hangat ke pintu kamarnya.
"Lucy cepat bangun sayang… nanti kau terlambat kesekolah…" suara ibu gadis bernama Lucy tersebut memanggil dari luar kamarnya.
"hhaaiii…" jawab Lucy sembari bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar kamarnya. "ohayou mama.." sapa gadis tersebut saat sudah tiba di dapur. Terlihat sesosok wanita yang sedang menyiapkan sarapan untuk tiga orang, wajahnya terlihat sama mirip sekali dengan Lucy, ya.. wanita itu adalah Layla Heartfilia, ibu Lucy Heartfilia.
"ohayou… cepat mandi dan sarapan" Layla nampak sibuk dengan masakannya
"haaii.." Lucy berjalan dengan santai menuju kamar mandinya.
~beberapa menit kemudian
Lucy keluar dari kamarnya mengenakan seragam berwarna putih dengan rompi rajutan berwarna cream dan dasi bermotif belang putih,biru matang dengan biru muda dengan rok berwarna abu-abu (author: seperti di FT OVA 2 pokoknya). Ia mengambil tempat duduk seperti biasanya didepan meja makan. Sudah tersedia makanan yang bisa dibilang sederhana untuk porsi tiga orang.
"papa mana ma?" Tanya Lucy sambil menoleh kesudut ruangan untuk mencari papanya
"papamu ada ditoko sejak tadi pagi. Kata papamu ia ingin membuat roti baru" jawab Layla sambil tersenyum hangat ke anak gadis tunggalnya tersebut.
Lucy hanya ber "oh" ria dan ia segera melahap sarapan special dari sang mama tercinta.
"ma aku berangkat. Ittekimasu.." Lucy beranjak pergi menuju sekolahnya
"itterasai.." sahut mamnya dengan senyum yang hangat
Lucy berjalan melewati toko roti keluarganya. Terlihat sosok papa nyam Jude Heartfilia dari kaca transparan yang sedang meletakkan roti di etalase toko. "pa.. ittekimasu" Lucy melambaikan tangannya dan memberikan senyum kepada papa nya. "itterasai Lucy" sahut papa nya dari dalam toko.
Lucy hampir sampai disekolahnya, namun langkahnya terhenti saat melihat kerumunan orang dan sebuah police line yang memblokir sebuah gang kecil. Rasa penasaran Lucy tak dapat ia tahan. Lucy pun melangkah mendekati kerumunan orang tersebut. Ia melihat dua orang polisi berjaga didepan gang agar tidak satupun orang memasuki gang tersebut. "maaf pak mengganggu, kalau saya boleh tahu, disitu ada apa ya?" Lucy bertanya kepada seorang pria yang baru saja keluar dari kerumunan tersebut. "anu neng (?). di gang itu ditemukan mayat yang katanya dibunuh tadi malam." Jawab pria tersebut sambil menunjuk gang tersebut. "pe-pembunuhan?" Lucy menelan ludahnya karena agak takut. Pria tersebut hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Lucy. Walaupun Lucy merasa agak takut, tetapi rasa penasaran yang ia miliki lebih besar sehingga ia mencoba melihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia berdesakkan hingga berhasil memperpendek jaraknya dengan gang itu. Matanya membulat dan tangannya menutup bibirnya yang sedikit terbuka karena tercengang dengan mayat orang tersebut. Kepala mayat tersebut terpisah dengan badannya. Tak hanya kepala, salah satu tangannya pun tergeletak agak jauh dari badannya. Namun yang ia lebih kagetkan adalah, mayat tersebut berseragam sekolah seperti dirinya. Ia mengetahuinya dari tanda di lengan bajunya, bertulis "FIHS". Lucy memundurkan langkahnya dan keluar dari kerumunan. Ia merasa agak mual melihat potongan manusia dan darah yang mengendap dicelah jalan gang tersebut. Ia melihat jam tangan cokelatnya, menunjukkan jam 08:05. "gawat aku terlambat" Lucy bergumam sendiri dan mulai berlari kencang menuju sekolahnya.
~Lucy PoV~
"haah.. haah.. hah.." nafasku terengah engah karena berlari, walaupun aku hanya berlari sekitar 2 menit. Namun tetap saja, nasibku masih buruk. Gerbang sekolah sudah tertutup rapat. 'Huuh' aku menghela nafasku dan melihat tulisan diatas gerbang, "Fiore International High School" sekolah nomor 1 di Fiore. Sekolah yang berisikan atlet, model, maupun anak orang penting dinegara ini. walaupun aku masuk sini dengan predikat biasa-biasa saja. Aku hanya anak dari pemilik Toko Roti Heartfilia yang kebetulan memiliki kecerdasan sedikit diatas rata-rata.
~skip (cara Lucy lewat pagar)
Huuhh… sekali lagi aku menghela nafas panjang, entah keberapa kali. Aku merasa hari ini aku memiliki keberuntungan yang kecil. Pertama melihat mayat yang membuat nafsu makanku menghilang, terlambat kesekolah, dapat point merah karena memanjat pagar, dan diomelin oleh guru yang.. super deh cerewetnya. Dan sekarang…aku masih berdiri didepan kelasku, kelas 2-2 karena terlambat disaat Laxus-sensei.
TAP TAP TAP #sfx orang jalan
Aku mendengar seseorang berjalan mendekat? Apakah itu guru? Pastinya, sekarang masih jam pelajaran. Aku mengubah posisi tubuh dalam mode 'siap' seperti saat upacara. Kelasku tepat berada didekat tangga. Dan kudengar suara itu berasal dari tangga menuju keatas sini. TAP TAP TAP. Suara tersebut semakin keras dan terlihatlah sosok siswa. 'haah… ternyata hanya siswa' gumamku dalam hati dan merubah posisi tubuh dalam mode santai lagi. Siapa siswa ini? aku tidak pernah melihatnya. Ia berambut hitam legam agak panjang, matanya juga hitam legam, auranya sedikit menyeramkan.
~ Skip-skip
~Normal PoV~
Akhirnya jam pelajaran Laxus-sensei telah usai dan Lucy dapat duduk dimejanya yang berada di sebelah jendela.
"ne Luc-chan… kenapa kau bisa terlambat?" Tanya gadis mungil bersurai biru dan memakai bando yang duduk didepan Lucy
"a-aah… tadi aku berhenti di jalan karena melihat…" Lucy terdiam sebentar "melihat mayat siswa sini digang kecil." Suara Lucy terdengar seperti berbisik kearah sahabatnya, Levy McGarden.
"MA- emmph" tangan mungil Lucy segera menutup mulut sahabatnya tersebut yang lebih kecil dari tangan Lucy. "jangan berteriak Levy-chan" Lucy berbisik kepada Levy. Namun dengan satu huruf MA membuat seisi ruangan kelas menoleh kepada mereka. "mamamu pergi ke Mesir" Levy asal berbicara dan membuat teman sekelasnya sweetdrop. Tiba-tiba pintu kelas terbuka dan pelajaran Bob-sensei tentang tataboga pun dimulai.
Bunyi yang sudah ditunggu-tunggu siswa pun berbunyi, bel istirahat makan siang.
"Lu-chan, ayo makan bareng. Aku membawa bekal" ajak Levy sambil membalikkan mejanya menghadap ke meja Lucy
"um um." Mereka berdua pun mengeluarkan bekal mereka dan menyantapnya sambil bercengkrama ria.
Bel berbunyi kembali. Levy membalikkan lagi mejannya dan bersiap pelajaran selanjutnya. Gold Mine-sensei pun memasuki ruangan dan memulai pelajaran biologi.
Lucy telah mempelajarinya semalam dan ia agak bosan dengan materi kali ini. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela, mencari objek yang menarik. Tiba-tiba matanya tertuju pada sosok seseorang yang berada digerbang sekolahnya. Ia menyipitkan matanya untuk menfokuskan pandangan pada seseorang itu. Ternyata pria bersurai pink, memakai jas hitam, kemeja putih, celana serta sepatu hitam dan juga memakai kacamata hitam.
'pria itu kelihatan mencurigakan. Kenapa ia seperti mengintai sekolah ini? dan lagi rambutnya.. pink? Hehe lucu juga' batin Lucy dalam hati. Ia terus memperhatikan pria tersebut hingga akhirnya pria tersebut meninggalkan sekolah Lucy menggunakan mobil BMW hitam. Tiba-tiba Lucy teringat akan kejadian tadi pagi. 'apa dia pembunuh itu? Dia cukup mencurigakan' batin Lucy.
.
.
.
Disisi lain. Di gedung intelejen Fiore, tepatnya diruang pimpinan tertinggi. Terdapat dua pria berumur 21 tahun namun masih terlihat segar seperti siswa SMA sedang berdiri dihadapan pimpinan mereka.
"sekarang kita akan menyelidiki kasus yang sudah kita lupakan 2,5 tahun lalu." Kata sang pimpinan kepada dua bawahannya yang hanya mengangguk mengerti.
"tim lain sudah menyelidiki beberapa tersangka yang dulu terkait dengan kasus pembunuhan berantai secara acak ini" pemimpin tersebut meletakkan 5 buah foto namun ada dua foto yang diletakkan bertindih tetapi masih terlihat wajahnya. Tanpa bertanya apa maksud pimpinan mereka, pria yang di kanan telah mengerti maksudnya.
"jadi kami harus menyelidiki 3 pria dan 2 wanita ini. Baiklah, kami mengerti" orang disebelah kanan angkat bicara.
"selesaikan secepat mungkin. Mengerti?!" suara tegas tersebut mnggema diruangan itu
"mengerti!" jawaban tegas juga terlontar dari pita suara kedua bawahan tersebut
"baiklah, kalian bisa keluar"
"permisi" mereka berdua pun keluar dan memulai persiapan penyelidikan mereka.
.
.
.
.
Langit mulai berwarna oranye, dan sinar matahari semakin redup. Lucy pun sudah sampai dirumahnya.
"tadaimaa.." Lucy membuka pintu dan meletakkan sepatunya rapi pada tempatnya. #patut ditiru nih.
"okaeri.." jawaban hangat dari sang mama membuat tenaga Lucy yang hampir habis terisi kembali walaupun tidak penuh. Lucy tersenyum dan mencium kening ibunya lalu beranjak kekamarnya.
Dikamar ia meletakan tasnya di samping kasurnya dan langsung merebahkan tubuhnya dikasur empuk miliknya. Ia memikirkan kembali apasaja yang sudah terjadi hari ini, 'hari yang melelahkan' batinnya.
"Lucy.. air hangatnya sudah siap" teriak ibunya
"iya maa.." Lucy pun bangun dan menuju kamar mandinya, menikmati air hangat dengan aroma mawar yang ia tambahkan.
Sesudah mandi, ia langsung memakai piyama dan segera kemeja belajar untuk mengerjakan PR nya. Suara hening saat Lucy mengerjakan PR nya. Setiap jam berdetikpun terdengar oleh telinga Lucy. Suara jam tersebut seperti menghipnotis dirinya untuk memejamkan matanya. Untunghlah PR nya telah selesai dan akhirnya ia beranjak dari meja belajarnya menuju kasurnya dan merebahkan badannya. Ia memeluk gulingnya dan terdiam beberapa saat. 'apakah dia benar-benar pembunuh?' dia masih memikirkan pria bersurai pink yang berada di gerbang sekolahnya tadi. Tak lama memikirkan itu ia pun mulai terlelap.
.
.
.
.
Matahari sudah bersinar terang. Jam juga sudah menunjukkan pukul 7.50 pagi. Lucy hanya terduduk diam dan memandangi para siswa siswi berjalan di halaman sekolah menuju gedung sekolah. ia memikirkan berita yang ia lihat dari teletivi tadi pagi sebelum berangkat sekolah.
"satu keluarga terbunuh oleh seseorang yang masih belum diketahui identitasnya. Diketahui sang anak dibunuh pada hari senin malam dan pada selasa malam seluruh keluarganya tewas dengan keadaan yang mengenaskan seperti sang anak. Saat ini polisis masih belum menemukan bukti apapun tentang pembunuhan ini…"
'pembunuan lagi. Tapi pembunuhan ini seperti terarah, setelah anaknya, keluarganya. Apa memang 'orang' itu?" Lucy melamunkan dan memikirkan apa yang bisa ia cerna dari berita itu.
"Lu-chaaan…" Levy berlari memeluk Lucy riang.
"Levy-chan? Ada apa?" Tanya Lucy kebingungan
Levy melepaskan pelukannya dari Lucy. Tampak semburat merah dari wajah Levy. "kau tahu Gajeel kan Lu-chan?"
"etto.. pria berbadan kekar yang bertindik itu kan? Juara 1 Boxing itu kan? Kelas 2-4 kan?" jawab Lucy lengkap. Levy hanya mengangguk-angguk. "jadi… kenapa?" lanjut Lucy bertanya bingung
"di-dia me-"
"memukulmu?" belum selesai Levy berbicara Lucy mencela
"bukan Lu-chan, mou" Levy menggembungkan pipinya yang memerah. "dengarkan dulu Lu-chan.." lanjutnya memanja
"hehehe… gomen gomen" Lucy tertawa kecil dan meminta maaf kepada sahabatnya yang satu ini.
"dia me… dia menembakku Lu-chan" wajah Levy benar-benar memerah. Ia menunduk malu.
"bagus bukan? Kau juga menyukainya bukan? Jadi apa kau sudah menjawabnya?" Lucy memegang kedua tangan Levy dengan riang. Levy hanya mengangguk. "waahh.. omedetou Levy-chan"
"em" tampak jelas muka Levy masih memerah walaupun tak semerah tadi. "oh ya. Lu-chan. Ada kabar baru loh, kau pasti tak percaya." Kata Levy masih dengan wajah memerah namun mulai pudar
"kabar apa?" Tanya Lucy
"katanya ada empat siswa yang pindah kemari loh…" Kata Levy sambil mengacungkan jari telunjuknya kepada Lucy
"a-apa? Empat? Bagaimana bisa sebanyak itu?" Lucy kaget dan heran dengan kabar itu. 'ada yang tidak beres' batinnya. Lucy pun duduk dan memandang keluar jendela. Tiba-tiba Gildarts-sensei masuk kekelas dengan seorang siswa di belakangnya. Lucy menyadari datangnya seorang guru namun ia tak menghiraukan. Ia masih memikirkan tentang 4 siswa yang pindah secara bersamaan. Bagaimanapun itu terlalu kebetulan.
"kiritsu" Levy menyiapkan kelasnya, Lucy berdiri namun masih menghadap jendela
"rei"
"ohayou gozaimasu" murid menjawab serentak tak terkecuali Lucy, namun masih tetap memandang keluar jendela. Dan kembali duduk
"ohayou. Kalian mendapat teman baru, perkenalkan namamu nak." Ucap Gildarts-sensei mempersilahkan siswa itu mengenalkan dirinya. Mendengar ucapan Gildarts-sensei tentang anak baru, Lucy langsung menoleh kedepan. Mata Lucy membulat kaget akan sosok yang ia lihat di depan kelasnya.
"Natsu Dragneel desu. Yoroshiku onegaisimasu" perkenalan singkat dari siswa bersurai pink dengan nama Natsu tersebut. Natsu dan Lucy bertatap kontak sesaat dan Lucy mengalihkan perhatiannya menatap jendela lagi.
'dia pria yang kemarin. Apakah kemarin dia kesinin untuk melihat sekolahnya yang baru? Ya, itu mungkin saja. Tenang Lucy, ia bukan pembunuh. Ya benar, tenang, tenang.' Batin Lucy menenangkan dirinya sendiri
"baiklah Dragneel-san. Kau bisa duduk di samping Lucy, siswi yang berambut pirang dekat jendela itu" tunjuk Gildarts-sensei. Natsu hanya mengangguk mengerti. Natsu berjalan menuju bangku yang ditunjuk.
~Lucy PoV~
Aahhh.. kenapa dia duduk disampingku? Aahh dia semakin mendekat. Baiklah, tenang Lucy, tenang. Aku menghirup nafas dan mengeluarkannya pelan. Aku lihat dia yang semakin mendekat. Ia tak menoleh ke kanan maupun kirinya. Hanya pandangan serius menghadap kebangkunya. Tapi aku tidak bisa memandang dalam matanya karena masih berada pada sudut yang tidak tepat. Dia terduduk disampingku. Aku akan mencoba menyapanya. Yosh!...
~Normal PoV
"Dragneel-san? Desu yo ne?" Lucy mencoba untuk menyapanya
"hn" dia hanya menjawab singkat. 'Dinginya…' batin Lucy
"setidaknya lihatlah orang yang kau ajak berbicara dong… ja yoroshiku ne" Lucy mencoba untuk lebih akrab dengannya – sepertinya lebih ke 'sok akrab'
"em. Yoroshiku" dia menoleh kepada Lucy. Lucy menatap dalam kemata onyx nya.
DEG!
Jantung Lucy kini berdetak lebih dari biasanya, badannya sedikit bergetar, keringat dingin mulai keluar dari dahinya, mulutnya seperti terkunci rapat. Lucy membeku ketakutan. Seperti melihat suatu monster yang akan memakannya, ia tak bergerak sedikitpun.
'Mata itu… mata itu menatap kosong. Tetapi tatapan itu, adalah tatapan…
seorang pembunuh!'
Tsuzuku… (bersambung)
Akhirnya selesai…
Oh ya, hajimemashite. Watashi wa Nara Tsutsukara, atarashii author desu. Bisa dipanggil Nara ato Tsu, terserah lah. Ya… saya disini masih newbie dalam dunia tulis-menulis ataupun ketik-mengetik. Jadi bagaimana komentar anda dengan cerita saya? Biasa aja ya? Hehehe.. desu yo ne... #jongkok_ngorek-ngorek_tanah
Sebenarnya ini cerita kedua saya. Dan cerita pertama saya… tidak laku #depresi_dipojok_kamar
ini cerita sebenarnya udah kepikir lanjutannya. Cuman ngelihat dulu reaksi readers, tertarik ato gak. Kalo gak ya saya buang cerita ini dan mikir cerita lain #depresi_lagi
Jadi saya mohon ya reviewnya… entah review pujian, hinaan atau apapun saya terima dan hargai. Itung-itung buat pelajaran juga. Hehe…
Oke, makasih yang sudah mau baca… jaa ne~
