Disclaimer:

Katekyo Hitman Reborn! © Akira Amano

Warning:

Tyl!Vongola

Happy Reading!


Langit hari itu tertutup sepenuhnya oleh awan gelap. Sekelompok orang dengan setelan tengah berdiri di hadapan sebuah peti hitam yang sengaja mereka bawa ke tengah hutan. Perlahan rintikkan hujan turun membasahi bumi. Membuat mereka yang membawa payung hitam harus membuka dan memakainya untuk melindungi diri dari sang hujan.

Hujan biasanya bisa membuat perasaan seseorang lega setelah melihat atau mendengar suaranya, seakan masalah yang dialami oleh orang tersebut tersapu bersih bersama dengan air hujan yang mengalir. Tapi tidak untuk kali ini. Pemuda berambut hitam cepak berkulit kecoklatan dengan sebuah luka tebas kecil pada dagu bagian kanan yang kerap dipanggil 'Sang Hujan' itu hanya bisa menautkan kedua alisnya. Sedikit kesal dengan hujan yang justru membuat suasana sedih itu bertambah kental. Ia sedih. Karena kehilangan sahabat pertamanya setelah ia kehilangan sang Ayah. Tapi ia tak bisa menyalahkan dirinya sendiri. Karena sahabatnya itu akan memarahinya kalau ia tahu. Untuk pertama kalinya, ia merasa gagal sebagai 'Hujan'. Karena adalah tugasnya untuk menenangkan suasana. Tapi kali ini, ia bahkan sama sekali tak bisa merasa tenang.

Cuaca semakin memburuk, hujan mulai turun semakin deras disertai angin yang berhembus agak kencang. Pemuda berambut silver dengan manik emerald itu hanya bisa menatap sedih pada peti hitam di hadapannya. Ia yang dijuluki 'Sang Badai' harusnya bisa melindungi 'Sang Langit' dengan serangannya yang cepat. Tapi ia gagal. Dalam pertemuan 'Sang Langit' dengan ketua musuh mereka, ia lengah dan membiarkan 'Sang Langit' tertembak hingga tewas. Ia menyesal. Ia merasa sama sekali tak pantas disebut sebagai 'Badai' oleh yang lainnya. Dan ia sebagai tangan kanan 'Sang Langit' sama sekali tak bisa memberitahukan kematian pimpinan mereka pada yang lain, kecuali pada Guardian lainnya. Tapi tetap saja, hal ini membuatnya terpuruk. Ditambah dengan cuaca buruk yang membuat pemakaman 'Sang Langit' yang harus ditunda. Rasanya, ia lebih memilih mati. Tapi ia tak bisa. Karena ia harus tetap hidup untuk orang yang dihormatinya itu.

Perlahan hujan mulai mereda, menyisakan hembusan lembut angin serta awan kelabu yang menggumpal di langit. Pemuda berambut hitam berantakan dengan manik blue steel tajam itu hanya berdiri dua puluh meter dari peti hitam itu diletakkan. Ia menatap datar peti tersebut. Ia tahu semuanya. Semua yang bahkan tidak diketahui oleh dua rekannya –walau ia tak mau menyebut mereka rekan. Tapi baginya yang sudah pernah kehilangan kekasihnya karena pihak musuh, ia tetap diam. Demi menjaga kelancaran rencananya dan kedua orang lainnya yang terlibat. Ia segera menutup payung hitam yang sempat dipakainya itu dan mulai berjalan pergi, meninggalkan pria berambut hitam cepak dengan pria berambut silver yang masih berdiri di depan peti dalam diam. Baginya, kematian 'Sang Langit' adalah awal dari semuanya. Awal dari kemenangan pihaknya dan awal untuk masa depan yang baru.


A/N: Ini cerita pertama saya di fandom ini… Dan saya pikir akan memulainya dari fic one-shot. Sekian fic kali ini. Silahkan review dan sarannya. :)