Saya tidak mengambil keuntungan dari cerita ini
Chapter 1 : Permohonan
.
.
Bolehkah aku berharap?
Bolehkan aku meminta?
Bolehkah aku mencintainya?
Bolehkan aku melindunginya?
Bolehkah?
Bolehkah?
"Tetchan ini hadiah untukmu, jaga dia baik-baik ya."
"Kenapa Kaa-can memberikannya padaku"
" Itu karena Techan sudah masuk TK, itu berarti te-chan sudah besar"
"Begitukah? Ari-gatou Kaa-can Tetsuya pasti akan menjaganya"
"Kaa-san yang bikin lho!"
"Sugoii, Kaa-can hebat"
GIVE ME A CHANCE
Kuroko no Basket by Fujimaki Tadatoshi
Give Me a Chance by Vanillamint Dayo
Akashi Seijuurou x Kuroko Tetsuya
Warning : BL, Male x Male , Yaoi
OOCness, abal, Romance,Drama,typo
DLDR!
Akashi POV
Hai, perkenalkan namaku Akashi— ah, bukan sebenarnya itu bukan namaku atau lebih tepatnya itu nama pemberian dari pemilikku. Mungkin dia memberikannya nama itu karena rambutku. Tapi aku suka nama itu. mungkin bisa aku sandingkan dengan nama asliku. Umurku, mungkin 11 tahun sekarang. Dan aku diciptakan oleh orang yang disebut-sebut oleh pemilikku dengan nama 'kaa-san' mungkin kalian sudah bisa menebak siapa diriku, belum? Ya mungkin sebentar lagi. Baiklah, mungkin aku akan sedikit bercerita tentang diriku, tidak banyak— hanya sedikit saja.
Saat itu adalah hari pertama aku bisa melihat dunia, terdengar aneh ya. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa melihat warna yang banyak sekali dan warna yang pertama kali aku lihat adalah warna biru muda. Mungkin kalian berfikir bahwa itu adalah langit, langit yang cerah memang berwarna biru muda yang menimbulkan efek menenangkan. Tidak jauh beda dengan warna yang aku lihat itu. Begitu hangat dan menenangkan. Ya pemandangan yang ku lihat adalah sosok anak-anak bermanik biru muda dengan surai senada maniknya terlihat bingung sembari menatapku lekat-lekat dengan sesekali melirik keatas . ya tatapannya begitu lucu untuk anak seusianya. Dengan pipi membulat dan merah dengan bibir mungil itu. Beberapa kali dia terus menatapku lama sampai akhirnya senyum manis yang begitu hangat terbuka lebar pada bibirnya, kemudian tubuhku terasa melayang sampai akhirnya menempel pada tubuh sang bocah—lebih tepatnya dalam dekapan nya. Hari-hari yang kami lewati bersama berasa sangat indah, Dia selalu membawaku kemanapun dia pergi, saat ingin ke TK, sedang bermain, maupun saat sedang tidur. Dia sangat menyayangiku melebihi apapun didunia ini, ya itu menurutku. Begitu pula denganku, rasa sayang dan perasaan cintaku hanya untuk dirinya. Masih terekam di benakku saat teman dekatnya bernama Kise Ryota mencoba untuk merebutku dari dekapan sang surai biru muda, Kuroko aku ketahui namanya beberapa hari setelah dia mencapku sebagai miliknya. Maka semakin kuat pula ia mengeratkan pelukannya padaku. Dan berujung dengan suara tangisan yang pecah dari si surai kuning. Kedengarannya egois bukan? Tapi entah mengapa aku bangga padanya.
Baiklah sepertinya aku lebih tertarik menceritakan hal-hal tentang pemilikku yang bernama Kuroko Tetsuya ini. Mungkin dari sekian banyak benda yang mirip sepertiku, akulah yang paling bahagia. Tentu saja karena meski sudah 11 tahun bersama pemilikku aku belum pernah sekalipun digantikan. sama seperti anak seusianya hidupnya berjalan dengan baik —tunggu aku bilang baik, ya, itu harapanku— sayangnya Kuroko hidup dengan segala penderitaan perih, kekecewaan, dan kesepian. Ya, itulah yang kurasakan saat melihat dirinya. baiklah 11 tahun mungkin tak selama itu juga aku bersamanya. dia sudah remaja sekarang , jdi aku hanya tinggal di kamarnya dan menunggunya pulang dan memelukku. Jangan berfikir dia memelukku karena merindukkanku, melainkan dia hanya tidak tahu kemana lagi harus menuangkan rasa pedih dihatinya. ah—Tetsuya. Betapa ingin sekali aku ingin memelukmu, membiarkanmu menangis sepuasnya dalam pelukanku, membiarkanmu mendapatkan pelukan hangat yang kau butuhkan, memberikan obat untuk segala pilu dan luka yang akan membuatmu tak sesakit itu. Mungkin aku tak pernah merasakan sakit. Tapi perlu kau tahu bahwa melihatmu mendekapku sambil meneteskan air dari matamu itu aku benar-benar sakit. Tapi bagaimana caranya, yang bisa kulakukan cuma tersenyum dan menatap tubuhmu dalam diam.
BRRAAKKK
Satu hal yang aku tidak suka apabila Tetsuya pulang. Maka akan ada suara gebrakan pintu kamarnya—
Cih, Pasti orang itu lagi.
"Tou-san kumohon maafkan aku! Aku tidak akan melakukannya lagi! ma-"
CTARRRR
"Wah…wah… kau sudah mulai berani membantahku ya"
CTARRRR
CTARRRR
Orang itu, bukan pria yang dipanggil 'Tou-san' oleh Tetsuya itu mulai menyiksanya lagi. Oh—Kami-Sama tidak untuk hari ini. Tidak bisakah kau memberikan sedikit kebebasan Tetsuya. Orang itu , tepat di depanku sedang menyiksa Tetsuya dengan sebuah tali pinggang yang secara membabi buta dihempaskan ke tubuh si surai baby blue itu. Seandainya mataku saat ini bisa tertutup maka aku tidak mau melihatnya. Tapi mata ini tetap tidak akan pernah tertutup. Dan terus merekam segala peristiwa yang membuatku kadang ingin sekali melakukan hal yang sama pada orang itu. Senyumanku yang tak pernah berhenti terpampang juga semakin membuatku merasa jijik. seperti aku mengejek Tetsuya. Hampir sepuluh menit berlalu dan aku masih terus merekam peristiwa ini, isakan Tetsuya yang menahan sakitnya cambukan manusia keji itu yang terus di henpaskannya semakin kuat, Tetsuya yang terus mencoba melindungi dirinya dengan kedua tangan mungilnya. dan— Tetsuya jangan lagi, air matamu lebih berharga dari apapun. Kumohon Tetsuya, jangan lagi—itu membuat perasaanku semakin sakit. Ya, aku melihatnya meski dia tak menunjukkan ekspresi apapun, tatapan itu kosong, namun rasa sakit yang memaksanya untuk menjatuhkan air asin itu. Mencoba menahan segara pahitnya kehidupan yang dijalaninya.
"Sepertinya sejak perempuan itu meninggalkanmu, kau sudah mulai tidak disiplin dan sopan pada tou-sanmu ya Tetsuya," Ucapnya pada tetsuya dengan tatapan tak suka.
Dia melanjutkan "Oh.. atau perempuan itu mendatangimu dan memberitahukanmu bahwa kau harus membalaskan dendamnya padaku, dan lihatlah lukamu itu— kau sudah jadi anak yang benar-benar nakal ya, Tetsuya?" omelnya dan kembali melibas Tetsuya.
Cih, apa-apaan seringai itu. Dia Pikir dia siapa? Bahkan sebenarnya dia bukanlah Tou-san kandung Tetsuya. Kenapa dia berani sekali melakukannya.
"Tapi, ya untunglah perempuan itu cepat mati, dan meninggalkan mainan yang berharga baginya sehingga aku jadi bisa bermain dengan sesuka hatiku. Ya setidaknya aku jadi tidak bosan" ucapnya dengan menarik kuat surai tetsuya.
" Ja-Jangan hina Ka-san, ja-jangan pernah."
"Hah—terus kau mau apa,nak?menghajarku!membunuhku! coba saja kalau bisa,HAHAHAHA" dia benar-benar meremehkan Tetsuya. Aku akan melakukannya dengan senang hati untuk Tetsuya, pasti! Tangannya tiba-tiba mencengkram kerah baju Tetsuya dan menghempaskan dengan sekuat tenaga ke meja nakas tempat ku berada. Goncangannya cukup kuat sampai-sampai badanku terjatuh miring ke permukaan nakas.
"Well, karena aku hari ini sedang baik,. Kau boleh tidur lebih cepat. Dan karena besok akhir pekan kau boleh tidur dikamar seharian, mengerti Te-tsu-ya" ucapnya sambil mendekati tetsuya, lalu mengacak surainya sang baby blue dengan kasar lalu pergi menuju pintu kamar.
" O-yasuminasai Tetsuya" ucapnya lalu menutup pintu dan menguncinya dia pergi sambil tertawa keras.
.
.
Hening…. Gelap… hanya sinar bulan yang menyinari kamarnya
Tak ada suara apa-apa di kamar ini, tunggu apa tetsuya pingsan! Tetsuya kau masih disana! Ah—benar seberapa keras aku berteriak, suaraku tetap tak terdengar. Tak lama mulai terdengar isakan tertahan, isakan yang menyakitkan dari bawah. Perlahan sang surai biru muda itu mencoba berdiri dengan tangannya menopang permukaan meja nakas namun, tubuhnya bahkan tak sanggup berdiri. Beberapa kali dia mencoba namun gagal. Dan akhirnya dia sedikit merangkak menuju ranjangnya yang ada di samping meja nakas. Perlahan mencoba duduk di tepi ranjang dan perlahan mata aquamarine itu menatapku.
Tangan ringkih itu meraih tubuhku, dan ditatapnya lekat .oh, jangan lupakan wajah kacau itu. Begitu kacau sampai-sampai aku tak bisa menjelaskan detailnya. Aku menatap sang surai biru itu dengan lekat. Posisiku saat ini yang sedang berdiri di kedua pahanya dan wajahnya yang menunduk sehingga pandanganku lurus tepat pada wajahnya.
"…Ne... Akashi-kun, hari ini berjalan seperti biasa kan?"
Satu kebiasaan dari surai biru muda ini, dia selalu mengajakmu mengobrol meskipun dia tau aku tak akan pernah menjawabnya. kali ini pertanyaannya juga sama. Ya, sama seperti hari-hari sebelumnya. Bahunya sedikit berguncang. Tubuhku di genggamnya kuat. Dia terisak dan air asin itu lolos dari pelupuk matanya lagi dan jatuh tepat pada mataku. Dipeluknya erat tubuhku, hangat dan aku suka itu namun ini bukan kehangatan yang sama seperti 11 tahun lalu,bukan kehangatan dari sebuah kebahagian melainkan panas rasa kekecewaan,keputus asaan, kehampaan. Bahkan aku tak ingat pelukan hangat yang sesungguhnya terakhir aku dapatkan. Masih terekam dalam ingatanku saat-saat dimana ia meringkuk didalam sudut kamarnya sambil memelukku saat orang dewasa itu bertengkar hebat dan tak menghiraukan Tetsuya sama sekali, pelukan eratnya saat orang dewasa itu memutuskan untuk berpisah, saat Kaa-sannya juga pergi meninggalkannya saat usianya 10 tahun. Dan saat orng asing itu menyiksanya 'hampir' setiap hari. Andaikan dia bisa memberikan seluruh rasa sakitnya padaku, aku akan sangat senang hati menerimanya. Bahkan senyumannya pun tak pernah terlihat bahagia lagi. seandainya keajaiban itu ada?
Pandangannya teralih pada pemandangan luar dari jendela yang ada di belakangnya. Menatap bulan lekat. Manik aquamarinenya benar-benar memancarkan kehampaan yang begitu dalam,kesepian dan kerinduan meski bibirnya membentuk lengkungan tipis.
Lelah akibat menahan tangisan dan siksaan orang bernama 'Tou-san' itu. Akhirnya dia memutuskan untuk berbaring di atas kasurnya sambil memelukku mencoba memejamkan matanya. Dia tak mengganti pakaiannya bahkan untuk mandi sekalipun, badan ringkihnya sudah tak berdaya lagi.
Tetsuya,bolehkan aku membuatmu bahagia?
.
.
Adakalanya sebuah penderitaan bukanlah hal yang semata-mata ditakdirkan oleh tuhan untuk menghukum seseorang.
Penderitaan tak lebih layaknya ujian yang harus dijalankan oleh seseorang agar dirinya bisa lebih kuat, agar dirinya lebih merasa percaya pada dirinya. — Tuhan tidak akan memberikan ujian jika seseorang itu tidak bisa melewatinya, begitulah yang sering kita dengar—
Jika dirinya berhasil melewati ujian itu, maka tentu saja akan ada hadiah yang akan diberikan padanya. Entah apapun itu, yang pasti hadiah itu akan membuat seseorang itu merasa bahagia.
Dan itulah yang selalu Akashi harapkan terjadi pada Kuroko.
Ia tidak tahu kapan penderitaan Kuroko berakhir, tapi pasti waktu itu akan tiba. Mungkin Kuroko itu ringkih, dan orang yang akan melihatnya pasti merasa prihatin padanya. Tapi yang Akashi tahu bahwa Kuroko adalah manusia paling kuat dari semua orang yang pernah ia temui, dan Kuroko berhak mendapatkan hadiah paling bagus dari Tuhan. Dan itu yang Akashi pikirkan dari tadi.
Akashi yang masih berada dalam dekapan sang surai baby blue, menemani sang surai biru muda terlelap. ia bisa merasakan dekapan sang surai biru muda itu sangat erat, begitu erat seolah Akashi tidak diperbolehkan pergi kemanapun. Memikirkan apa hadiah yang akan diberikan pada Kuroko jika telah melewati ujian ini. Jujur, sebenarnya Akashi sudah muak dengan keadaan yang dialami Kuroko. Ia ingin sekali membalas segala perbuatan yang telah membuat sang surai biru muda tersayangnya menderita. Sayangnya, harapan itu harus dibuang jauh-jauh dari keinginan Akashi, mengingat ia sendiripun tidak mampu untuk menggerakkan semilipun tubuhnya. Ya, takdir memang kejam.
Seandainya aku seorang manusia juga. Akashi untuk yang kesekian kalinya berharap bahwa ada sebuah keajaiban yang Tuhan berikan padanya. Sebuah keajaiban yang akan mengubah hidupnya dan juga Kuroko.
Ya, seandainya…
Seandainya Tuhan mendengar doanya…
Seandainya Tuhan mengabulkan doanya yang egois itu….
.
.
Sinar kuning keemasan, dengan tidak sopan menerobos tirai biru muda yang tampak setengah tertutup, menimpa paras pucat pemuda yang masih terlelap. Mengakibatkan sang surai biru muda merasa terganggu dengan tidur nyenyaknya.
Nyaman…
Ternyata silaunya mentari pagi tidak membuatnya hendak membuka matanya. Dia tidak tahu kenapa tidurnya malam tadi sangat nyaman dan hangat. Sangat-sangat hangat.
Dia mungkin masih setengah sadar tapi, dia masih ingat kalau malam tadi suhu udara cukup dingin. Tapi di tengah-tengah rasa dingin itu, kehangatan itu muncul. Dan sampai saat ini ia masih belum mau melepaskan rasa hangat itu. Apapun itu dia tidak peduli, asalkan kehangatan itu tetap ada Kuroko tidak peduli apapun.
Rasanya seperti pelukan, pelukan penuh kasih sayang. Pelukan yang tidak pernah ia rasakan bertahun-tahun lamanya. Pelukan yang selalu ia rindukan. Pelukan yang ia inginkan.
Seandainya semua kenyamanan ini hanyalah buah tidur berupa ilusi semata. Biarlah. Biarlah itu menjadi sebuah ilusi yang akan membuat Kuroko merasa menjadi orang yang paling bahagia, membuatnya melupakan segala perih dan sakit yang dialaminya di dunia nyata. Setidaknya itu akan membuatnya sedikit lebih baik.
Tapi, Kuroko merasakan sebuah dekapan yang erat, begitu erat sampai ia merasa seperti ada yang memeluk pinggangnya. Ada yang janggal. Kuroko yakin dia sudah tersadar sepenuhnya dari tidur meski belum ingin membuka mata. Bukan hanya rasa hangat dan dekapan lembut, tapi Udara yang hangatn terus-terusan menerpa wajahnya. Bahkan tangannya merasakan sebuah gerakan halus naik turun. Kuroko yakin ini bukanlah mimpi. Lalu, sisiapa yang memeluknya.
Tousan, kah? Pikir Kuroko. tidak.
Tidak mungkin itu Tousannya. Apa mungkin dalam semalam ayahnya sudah tobat. Ya, kalau itu di film-film bisa saja. Kuroko sangat tahu peringai pria itu. Sudah enam tahun lamanya Kuroko Tinggal dengan ayahnya. Dan peringai pria itu memang tidak bisa dibilang manusia lagi. lalu tiba-tiba pria itu berubah seratus delapan puluh derajat. Mustahil.
Penasaran. Kuroko jadi merasa penasaran dengan apapun yang sedang memeluknya ya, setidaknya Kuroko mengharapkan bahwa ayahnya yang memeluknya.
Dengan takut-takut Kuroko membuka matanya. Mengerjap-ngerjapkannya dengan perlahan. Dan pemandangan yang ia temukan adalah perpotongan leher. Semakin penasaran Kuroko menatap keatas. Manik azure melebar saat pandangannya menangkap paras persolen pemuda asing. Kuroko membeku. Antara kaget dan juga panik. Dia yakin kalau tadi malam ia tidur sendiri. Lalu siapa pemuda yang ada dihadapannya sekarang. Kuroko menghela nafas kecil,mencoba menenangkan hatinya. Kuroko menatap lekat pada sang pemuda. Paras porselen pemuda itu terlihat polos dan damai. Layaknya tidak ada beban apapun yang dimilikinya. Surai merah yang diterpa sinar mentari, membuatnya sangat terlihat tampan, terlalu tampan hanya untuk membuat Kuroko terpaku padanya. Entah mengapa Kuroko tidak merasakan bahaya apapun yang mungkin akan dihadapinya. Dan lagi Kuroko merasa pernah mengenalnya.
Keterkejutan Kuroko tidak hanya sampai -tiba saja sang pemuda membuka matanya, menampilkan sepasang manik Heterokrom yang begitu menawan. Sama seperti Kuroko, Pemuda itu terlihat sangat terkejut dengan apa yang sedang dilihatnya sekarang. Sepasang manik azure yang menawan, surai baby blue, dan wajah datar yang begitu dikenalnya.
Pemuda itu langsung bangun dan menarik dirinya yang sedari tadi mendekap sedikit menjauh dari Kuroko.
"Tet..Tetsuya!" gumamnya pelan..
Kuroko yang merasa kaget bahwa pemuda asing itu mengenal dirinya, lantas ikut bangun.
"Siapa kau?" tanya Kuroko dengan masih menatap curiga pada pemuda di depannya.
Pemuda bersurai merah yang kelihatan masih terkejut dengan apa yang terjadi langsung menatap tubuhnya. Diraba tubuhnya dengan pergelangan tanganya. Manik heterokromnya menatap tidak percaya pada tubuhnya.
Merasa tahu apa yang terjadi pada dirinya, sebuah senyuman seringai terlukis pada parasnya. Ia tersenyum lembut pada Kuroko.
"Aku Akashi-kun, Tetsuya."
Dan manik azure Kuroko membulat sempurna.
TBC
A/N : hai… Vanillamint disini dayo!. Ini merupakan fict kedua saya.. :v dan akan jadi multichip pertama saya.. *yaiyalah. Dan mungkin akan dibuat dalam tiga chapter saja. Trimakasih yang sudah mau membaca. Karena saya juga masih baru. Maka diperlukan saran-sarannya. Maaf jika banyak typo. Silahkan tinggalkan banyak repiew.. semakin banyak yang ripiew maka fic ini juga di update….
Akhir kata PLEASE RNR
