Hello, everyone! At last we meet again, HinamoriMomo1909 here!
Setelah lama tidak menulis FanFic ber-chapter, kali ini saya kembali menulis serial Fantasy ber-chapter! ^o^ Tapi kali ini ada yang beda, karena saya lagi nge-fans sama Shinjiro x Minako. Tapi… bukan berarti pairing kali ini adalah mereka. Saya belum berani nulis tentang mereka. XD Kali ini pairingnya adalah… Akihiko x Mitsuru x Shinjiro~ (Rame!) XD
DISCLAIMER: I own nothing except the story of this FanFic and some character that is not in any other games/animes beside Persona 3 and Persona 3 FES.
Enjoy! ^^
--
"Aku percaya pada kalian berdua." Mitsuru menatap kedua temannya.
Akihiko terdiam sebelum menjawab, "Aku juga percaya pada kalian."
"Aku juga." Shinji pun angkat bicara.
Mitsuru tersenyum. "Apa pun yang terjadi, berjanjilah untuk tetap mempercayai satu sama lain, oke?"
Akihiko dan Shinjiro mengangguk.
--
Akihiko's POV
Aku membuka mata dan langsung tidak merasa mengantuk lagi. Aneh, karena biasanya saat pertama membuka mata aku pasti masih merasa mengantuk. Tapi kali ini berbeda, hari masih terlalu pagi untuk semua orang di desa ini terjaga. Dan aku merasa sangat sepi.
Dua hari yang lalu rumah ini masih ramai oleh berbagai pembicaraan antara ayah, ibu, dan aku. Tapi sekarang hanya tinggal aku di sini. Mereka pergi meninggalkanku kemarin untuk selamanya.
Aku menghentak tubuhku supaya bangun dari tempat tidur. Setelah beradaptasi dengan keadaan sekitar, aku melihat ke luar jendela. Desa pagi ini masih sepi sekali, baru beberapa orang yang keluar untuk membersihkan halaman.
Dulu desa ini sangat aman dan damai, tapi tidak lagi sejak adanya Chaos. Mereka—entah siapa—mengirimkan berlusin-lusin monster—atau apa lah namanya—ke desa-desa. Semuanya sudah berjalan selama lebih dari enam bulan. Tadinya aku tidak mau ikut campur, asalkan keluargaku baik-baik saja. Tapi ternyata tidak bisa selamanya begitu. Para monster itu membunuh seluruh anggota keluargaku kemarin. Saat itu aku tidak sedang di rumah dan tidak tahu apa-apa.
Nah, seperti di kebanyakan film-film dan buku, hari ini aku bermaksud pergi dari desa ini untuk sementara. Aku akan mencari tahu tentang apa yang terjadi dan kalau bisa menghentikan semua kekacauan ini. Aku ingin dunia ini damai.
"Hei, Akihiko! Mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya seorang pria setengah baya yang sudah kukenal sejak lama saat aku membuka pintu rumahku dengan perlengkapan seperti mau camping ke hutan di hari Minggu.
Aku tersenyum sekilas. "Mengembara." jawabku singkat.
Ya, aku akan mengembara. Ke mana pun, asalkan bisa mencari jawaban atas segala kekacauan ini.
"Wah, mengembara? Mau mencari apa?" tanyanya lagi.
Aku berpikir sejenak. "Jawaban, mungkin?" jawabku. "Atau apa pun lah, aku tidak bisa tinggal sendirian saja di rumah, kan." kataku sambil membetulkan tali sepatuku.
"Ah, ya. Tapi biarpun begitu kau kan bisa main ke rumahku sekali-sekali." rumah paman ini tepat di depanku. Ia punya istri dan satu anak perempuan yang lebih muda dua tahun dariku.
"Terima kasih, Paman. Tapi tidak, aku lebih suka mengembara begini," balasku. "aku pergi dulu ya!"
Dan dimulailah perjalananku yang panjang.
"Hmm… Kayaknya kurang persiapan nih…," aku berjalan keluar dari desa. Saat melewati jalan di luar desaku, aku melihat sebuah papan penunjuk arah dan membaca tulisannya. "Ironside Village…"
Sepertinya itu adalah desa yang menjual semacam armor dan sebagainya, karena dilihat dari namanya juga aku sudah yakin pasti begitu.
Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke Ironside Village untuk membeli beberapa barang yang kubutuhkan.
Saat sudah sampai di desa tersebut, aku melihat-lihat keadaan sekitar. Desa yang ini cukup ramai tapi tetap damai. Walaupun di beberapa tempat terpasang senjata-senjata yang kuduga digunakan kalau-kalau ada serangan mendadak. Atau mungkin itu cuma pajangan, entahlah.
Lalu kulihat papan nama sebuah toko kecil. Kelihatannya di situ menjual obat dan berbagai peralatan first aid.
Aku membuka pintu salah satu toko di desa itu untuk membeli persiapan perjalanan jauh yang akan kutempuh seorang diri hari ini. Bel kecil yang digantung di pintu itu berbunyi pelan saat aku mendorongnya. Tapi di toko itu tidak ada siapa pun, aneh.
Pandanganku beredar ke seluruh penjuru ruangan ini. Tidak begitu luas, tapi juga tidak sempit. Semua barang teratur rapi, dan ada satu meja kayu di tengah ruangan itu, agak ke belakang. Kutebak itu adalah meja tempat melayani pelanggan.
Saat masih melihat-lihat, sesuatu menubrukku sampai sesuatu itu jatuh di lantai. Aku cukup kaget dan segera menolong anak kecil yang ternyata menabrakku tadi.
"Maaf, kau baik-baik saja?" tanyaku sambil membantu anak itu berdiri. Anak laki-laki itu mengangguk, berdiri, dan membersihkan bajunya.
Tiba-tiba pintu di samping kiri ruangan ini terbuka. "Hideo? Sedang apa kau di sana? Aku kan sudah bilang jangan pergi ke mana-mana! Ayo kembali, nanti aku dimarahi ibumu, nih!" seorang gadis yang kira-kira seumuran denganku melangkah keluar dari pintu itu dan mendekati tempat aku dan anak tadi berada. Setelah cukup dekat, ia menatapku dan tersenyum. "Maaf, anak ini merepotkanmu, ya?" tanyanya lembut.
Oh. My. God. Gadis ini cantik sekali… Tingginya lebih pendek beberapa senti dari tinggiku, rambutnya bergelombang indah, tampak lembut, dan berwarna merah menyala. Gadis yang bersahaja, tapi mempunyai kecantikan tersendiri dibandingkan gadis-gadis kaya yang kebanyakan terlalu menganggap dirinya cantik, padahal belum tentu di mata orang lain cantik.
Gadis itu memiringkan kepalanya sedikit melihatku yang tidak menjawab. "Uhm… Kau… baik-baik saja?" tanyanya ragu-ragu.
"Oh, iya…! Aku baik-baik saja, kok." jawabku gugup. Ah, payah! Kenapa saat bertemu cewek cantik begini aku malah gugup?!
Sekali lagi ia tersenyum. "Maaf ya, anak ini mengganggumu. Ah, apa ada yang bisa kubantu?"
Aku mengangguk pelan, lalu menjelaskan tujuanku datang ke sini. Setelah itu dia mengambilkan apa yang kuinginkan dan aku membayar semuanya dan berniat langsung pergi—walaupun dengan berat hati, rasanya ingin sekali memandangi wajah cantiknya lebih lama lagi. Tetapi satu pertanyaan sederhana darinya menahanku untuk pergi.
"Kau mau ke mana?" tanyanya sopan sambil membereskan laci.
"Aku sendiri juga tidak yakin." Jawabku sambil tertawa kecil.
Ia mengangguk mengerti. Badanku sudah setengah menghadap pintu, tapi aku menatapnya yang sedang menunduk mencari sesuatu di lacinya. Entah dapat pikiran dari mana, aku mendekat. "Namaku Sanada Akihiko, salam kenal."
Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatapku sambil menaikkan alisnya. Tapi kemudian ia tersenyum lebih manis lagi. "Aku Kirijo Mitsuru, salam kenal juga."
Kirijo Mitsuru. Nama yang indah…
"Ah, ketemu!" ia berseru kecil dan berjalan mendekatiku. Lalu ia mengulurkan sebuah kalung sederhana dengan kristal kecil berwarna putih padaku. "Ini untukmu, supaya perjalananmu aman." Katanya.
Aku menatap kalung itu sesaat. "Benarkah? Tidakkah kalung ini berharga untukmu?" tanyaku ragu-ragu. Kalung itu terlihat indah dan lebih pantas untuk digunakan olehnya.
"Tidak apa, aku punya tiga." jawabnya sambil tertawa kecil.
"Hmm, baiklah. Terima kasih," kataku sambil menerima kalung itu dan memakainya. Aku menatapnya dan ia tersenyum puas. "Kalau begitu aku punya satu permintaan."
"Apa itu?"
"Kau punya dua lagi, kan? Kenakan satu," pintaku.
Mitsuru terdiam sejenak, tapi lalu mengangguk. Ia berjalan ke laci yang sama dan mengambil satu kalung yang sama, tetapi berwarna merah. Ia memakainya dan menyibak rambut panjangnya, kemudian tersenyum.
Duh, gadis ini suka sekali tersenyum, sih? (Akihiko senang…)
"Uhm, kalau begitu aku pergi dulu ya. Terima kasih banyak!" kataku setelah berhasil menemukan suaraku kembali.
Mitsuru mengangguk. "Terima kasih kembali, hati-hati."
Dan aku pun berjalan meninggalkan tempat itu.
--
Aww! FanFic baru yang gaje! *Gaya imut milik Yoona waktu pertama kali liat baby Kyungsan yang sangat amat imut di Hello Baby episode 1*
Anyway, inilah FanFic terbaru saya… Dengan sedikit Mitsuru x Shinji… Tapi jauh lebih banyakan Akihiko x Mitsuru… =P Kelihatannya bakalan panjang dan makan waktu, melihat draft garis besar cerita yang sudah saya buat. But I'll fight! Ossu! Hwaiting!! ^o^
