See Author's Notes from the start to end of the chapter.
hai :) iam translated this story with permission from original author. and i changed the caracter from Akakuro (Akashi Kuroko) to Chanbaek (Chanyeol Baekhyun) . i really like akakuro but i like Chanbaek too.
so happy reading :)
Warning : Exo doesn't belongs to me.
Original Author : Mozu The Mochi
Translated : UchiraNeki
This story may contain elements you don't like, such as heart breaking scenes, Akashi somewhat cheating with another girl and future divorce. And major plot twist at the end. Rated M for future smut, coming in Chapter One.
Love Me for Thirty Days
Prologue
"There is no such thing as a "broken family." Family is family, and is not determined by marriage certificates, divorce papers, and adoption documents. Families are made in the heart. The only time family becomes null is when those ties in the heart are cut. If you cut those ties, those people are not your family. If you make those ties, those people are your family. And if you hate those ties, those people will still be your family because whatever you hate will always be with you."
― C. JoyBell C.
Akan ada hari dimana kehidupan yang kalian pikir dipenuhi dengan euforia adalah palsu dan diganti dengan sesuatu yang bahkan lebih buruk lagi. Akan ada hari dimana hidup tidak selalu berputar untuk kita.
"mari kita bercerai."
Itu tidak adil. Ya Hidup harus seperti itu. ucapan itu tidak terdengar tepat, tidak terasa benar, seperti kalimat itu tidak keluar dari mulut Chanyeol. Bekhyun tercengang, dan dengan binar coklat terangnya, dia melihat Chanyeol yang tampan di depannya itu ; ini bukan Chanyeol yang dia ingat, bukan Chanyeol yang dia kenal, bukan Park Chanyeol yang dia cintai dari tahun-tahun di sekolah menengah nya dulu. Dia hanya lah si rambut merah yang baru saja turun dari neraka untuk memberikan kabar buruk tentang pernikahan mereka. Tapi dia serius dengan kalimat itu. Ingin melepaskan janji suci mereka - mungkinkah masih terhitung bertahan jika seperti ini? - pernikahannya.
Rumah tangga yang mereka bangun, masa depan yang mereka rencanakan dan impikan dulu ketika masa kanak kanak, hancur hanya dengan 3 kata itu. Baekhyun mengepalkan tangannya- Dia ingin berteriak, namun hatinya menyuruh nya untuk diam. saat itu ia merasa matanya tercabut dan masuk ke dalam kegelapan, terbaring di lantai yang dingin di tengah musim salju, seperti tak bernyawa.
"kenapa?"
Pertanyaan itu membulatkan pikirannya. Mengapa suaminya melakukan ini? Bukankah dia cukup baik? si mungil bertanya dengan bibir bergetar.
"Karena ... ayahku bilang begitu."
"Lalu, mengapa ayahmu tidak mengatakannya delapan tahun yang lalu? Kenapa sekarang? Kenapa harus saat semuanya sudah sempurna,"
dia menghembuska nafasnnya dengan gemetar, tetesan tetesan air matanya terjatuh ke pipinya yang putih. Teriakan kemarahanya yang seperti ledakan awan ; gemuruh petir. Dia menekan kata sempurna karena, sungguh, semuanya sudah sempurna ; seperti apa yang mereka harapkan dulu.
Chanyeol kemarin baik baik saja, seminggu lalu baik baik saja, dan bulan lalu masih baik baik saja - baik baik saja selama delapan tahun terakhir. Jadi, mengapa harus terjadi sekarang?
"Seorang gadis,"
adalah jawabannya.
"Seorang gadis? kau selingkuh -"
"Itu untuk pewaris keluarga Park," dia berhenti sejenak, dan melanjutkan dengan nada yang serupa
"Ayahku ... kita ... kita tidak ingin keluarga kita beakhir begitu saja tanpa keturunan.
Dan maaf untuk mengatakan, bahwa aku telah jatuh cinta kepadanya lebih dari aku mencintaimu."
"Jadi ... kau mengusirku hanya karena pelacur lain yang bisa memberimu bayi ?!" Seorang Baekhyun yang lembut entah kemana, dan pria berambut merah itu seperti di rasuki setan ; pria itu menamparnya, menyisakan warna merah yang tertinggal di pipi Baekhyun. Ia menatapnya dengan tatapan menentang penuh perintah.
"Atau kau hanya takut untuk mengatakan jika aku tidak cukup baik untuk dicintai lagi! Apa . aku tidak cukup baik untukmu ..."
"Aku tidak mengatakan itu ..."
"Oh, tapi kau akan melakukannya."
Lelaki kecil itu berbalik, dan terisak keras. tangan mungilnya menyapu air mata nya lembut, Baekhyun kebingungan sekarang.
"Baiklah. aku akan membiarkanmu pergi Chan,"
akhirnya ia membisikkan kata kata yang menyebabkannya menangis keras. Jawabannya membuat Chanyeol langsung menoleh ke arahnya. Jauh di dalam hatinya ; masih ada tempat untuk Baekhyun nya, dan Chanyeol merasa tersakiti dan tersinggung atas jawaban Baekhyun. Dia terbangun dari kesurupannya dengan mulut ternganga, dan agak linglung.
Apakah itu sarkasme atau kata-kata tajam yang cukup tulus untuk dianggap enteng? Chanyeol hampir menjawab terlalu mudah.
"R-benarkah?"
"Tapi dengan satu syarat."
Chanyeol mendengus. Tentu saja, tidak semudah itu. Bakehyun telah berada di bawah pengaruhnya, Sudah tinggal dengannya di rumah yang sama pula, telah sering berbicara dengannya karena Tuhan tahu sudah berapa tahun yang mereka lalui bersama. Sejak sekolah menengah, satu-satunya hal yang samar-samar diingatnya.
"Apa pun itu, aku akan setuju dengan mu karena ..."
Bekhyun tersenyum, Ini kesepakatan terakhir. Jika dia bisa mengembalikan perasaan lamanya, Chanyeol akan meleleh di bawah pesona nya, terpikat oleh senyuman yang memabukkan dan terpikat oleh mata puppy nya itu.
Napasnya tiba-tiba terhenti, kemudian ia sadar malam ini, pewaris keluarga Park itu bersikap dingin, tidak peka, bahkan tak berperasaan.
Dan Chanyeol tidak membalas samasekali senyuman itu. Hanya saja, dia merengut saat kesepakatan itu disampaikan kepadanya.
"Cintailah aku sekali lagi selama tiga puluh hari."
"Apa artinya ini? Itu sangat lama -"
"Jika tidak, aku tidak akan membiarkanmu mengakhiri pernikahan kita, kita akan tinggal di rumah yang sama tapi kita akan menjadi orang asing ; kita tidak akan berbicara satu sama lain. Bahkan aku tidak akan menatapmu. Dan siapa pun gadis itu, dia bisa tidur di halaman jika kau membawanya ke rumah"
Kemarahan yang di ucapkan dengan suara yang sangat lembut, sekarang Chanyeol merasa dadanya di tusuk oleh es musim dingin. Dia benar-benar merasa bersalah. Dia menghirup nafasnya dalam. Baekhyun melanjutkan ucapannya lagi.
"Jadi dengarkan apa pun kesepakatan yang akan aku buat di sini."
"Baik."
Chanyeol menjawabnya dengan nada dingin ; nada yang ia pakai saat biasanya bertengkar dengan kekasihnya itu - seperti menandakan bahwa dunia nya sudah mendekati akhir.
"Pertama, beri aku cinta yang manis setiap malam; perlakukan aku seperti bagaimana kau memperlakukanku dulu, bersikap lembut dan penuh kasih seperti aku adalah makhluk yang paling rapuh. mempertahankan aku seperti bagaimana kau mempertahanku untuk pertama kalinya ; seperti Malam setelah upacara pernikahan"
Baekhyun memejamkan matanya dia tersenyum saat mengingat itu
" Dan ... beri aku setiap pagi lenganmu (pelukanmu) ; beri aku perhatianmu di sini hingga kau akan pergi bekerja. "
Chanyeol tersentak, jujur saja, kesepakatan ini terlalu banyak atau mungkin ia lebih tidak percaya, tapi demi calon istrinya, demi keluarga barunya, demi pewaris masa depan yang akan dia miliki. Chanyeol tahu lebih baik menyetujui daripada menolak - dan dia siap mempertaruhkan ke tiganya selama tiga puluh hari.
"Deal."
Dengan kata-kata itu, pria mungil itu melangkah maju ke tangga dan menuju ke kamar tempat tidur mereka. kemudian dia akan mandi dan tidur sendiri, dan Chanyeol tidak melakukan apa pun untuk menghentikan kekasihnya itu. Atau akan segera menjadi mantan kekasihnya. apapun itu.
Telapak kaki Baekhyun seakan membeku, dia memejamkan matanya air mata nya mengalir seperti sungai di pipinya : tidak bisa berhenti, tangannya yang menutup mulutnya tak bisa menghentikan teriakannya. Dia terjatuh sampai badannya menyentuh lantai.
Dia berharap itu hanya mimpi dan ketika Dia terbangun, Chanyeol akan memberinya senyuman yang seperti biasanya ; penuh kasih sayang dan kemudian memberinya ciuman penuh cinta.
Tapi ternyata itu tidak terjadi. Dia tahu itu, meski doanya terus-menerus ia ucapkan di setiap napasnya. Itu bukan mimpi. Tidak peduli berapa kali pun dia berkedip di bawah intensitas lampu gantung yang terang, itu nyata. Kesepakatan itu nyata. ucapan itu nyata. Park Chanyeol yang meminta nya berpisah itu nyata.
(pagi)
Dia terengah-engah saat membuka matanya. kemudian berjalan hanya untuk mendapati makan malam yang sudah disiapkannya di meja makan. nyaris tidak tersentuh oleh mereka berdua. Pertengkaran mereka membuat mereka seperti ini - tidak, permintaan Chanyeol lah yang telah membuat mereka tidak makan malam, dan semalaman di habiskan dengan perut kosong dan patah hati.
Baekhyun duduk sendirian, menyeka air matanya dengan lengan bajunya. Perlahan dan lemah, tangannya menarik sumpitnya. Dia mengucapkan doanya; panjang dan penuh harapan, menyedihkan dan melankolis.
Amplop putih tertutup rapat belum terkirim.
ToBeContinue
Mozu : Another new project of mine! Seriously, I have a lot of fanfiction ideas. But there are so many I couldn't write because I'm busy and sometimes the ideas were planned halfway. So, I was thinking if I might give to those who are willing to write with my fanfiction ideas in condition you have to give me the credits of storyline. It's like business, yeah.
Anyway, you'd been warned that this fic is angst. Meaning, super angst. So please, if you're not prepared with a box of Kleenex and happy puppies beside you just please don't bash me later!
EDIT 12/8/2015 : I changed the duration of their marriage to eight years! Take note of that! So, they're actually twenty-seven. There's a reason why I made them slightly older than before and it's a major reason~
As per usual, X for love O for hate!
-Mozu The Mochi (2015)
