Behind the Moon

.

Aerolee

.

Boyxboy | Yaoi | Romance, Drama | PG-15

.

Kim Taehyung

.

Jeon Jungkook

.

And other.

.

DLDR!

.

Don't Plagiarize

.

Semua cast milik agensi masing-masing, orang tua masing-masing, dan juga milik Tuhan.

Tapi Fanfic ini asli milik saya, jika ada kesamaan alur, kata-kata, cast atau sebagainya, itu hanya unsur ketidak sengajaan.

.

Happy reading!

.

.

Jika saat itu bulan tidak menampakkan wujudnya, mungkin hingga saat ini aku tak akan menemukanmu

.

.

.

Hari semakin petang, suasana kampus juga mulai menyepi. Namun pemuda bernama Taehyung itu masih belum berniat pergi dari bangkunya.

Taehyung memang seperti ini, ia akan menyisihkan waktunya untuk sekedar melamun, bermain game, atau bahkan tertidur saat kelas telah usai. Lalu kembali pulang saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Bahkan satpam kampus hampir ingin mengangkat Taehyung sebagai satpam malam, kan lumayan ia bisa sedikit beristirahat di sore hari dan akan mulai berjaga pada pukul sepuluh malam.

Taehyung bangkit mendudukkan dirinya lalu merentangkan kedua tangannya berniat untuk merenggangkan otot-ototnya. Kali ini ia tidak sendiri, ada Jimin yang ikut duduk disampingnya sembari sibuk menempelkan pretelan bahan-bahan praktek pada papan kayu.

Mereka berdua tengah mengerjakan tugas praktek dari dosen Choi dan kebetulan kedua sahabat ini berada dalam satu kelompok. Jadi mereka memutuskan untuk mengerjakannya dikelas, sebenarnya ini ide Taehyung katanya sih lebih efisien jika dikerjakan dikampus. Jimin mah cuma bisa mengangguk setuju.

"Kau tidak apa-apa jika pulang larut?" Taehyung kembali menyusun besi-besi kecil dan meletakkannya pada papan yang sudah ia lapisi lem terlebih dahulu.

Jimin menggeleng, ia masih sibuk memotong lempengan alumunium, "Memang siapa yang akan mencariku?" Celetuk Jimin balas bertanya.

"Hantu penghuni apartemenmu."

"Sialan."

Jimin memutar bola matanya malas, jujur saja Jimin akan menjadi sedikit sensi jika sudah menyangkut soal hantu. Ngomong-ngomong soal hantu, kebetulan lorong di depan kelas sudah sepi dan terlihat remang-remang karena memang sebagian lampu sudah dimatikan sejak tiga puluh menit yang lalu.

Melihat itu Jimin sedikit bergidik, pikirannya sudah berimajinasi kemana-mana. Bagaimana jika bangunan ini berhantu?

Dasar penakut.

.

"Taetae-ya~"

"Hm"

"Kau tidak berniat melanjutkan ini di café di seberang jalan sana?"

Taehyung memalingkan wajahnya menatap Jimin, sebelah alisnya terangkat. Ada apa dengan anak ini, bukannya dia sendiri juga setuju untuk mengerjakan tugas mereka dikelas?

Tunggu dulu...

"Jim."

"Apa?"

"D-di b-belakangmu."

Jimin menatap Taehyung dengan kening berkerut, perasaannya mulai tidak enak sekarang. Jangan-jangan itu...

"DI BELAKANGMU ADA HANTU!"

"Huaa~!"

"Huahahahahaha."

"Sialan kau Kim Taehyung!"

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, kedua sahabat itu sudah selesai membereskan barang mereka masing-masing dan bersiap untuk pulang.

Jimin masih dalam mode kesalnya akibat lelucon tidak lucu dari sahabat seperjuangannya itu, ia hampir melempari Taehyung dengan papan didepannya jika saja ia tidak ingat kalau papan tersebut adalah tugas prakteknya.

Sedangkan Taehyung hanya tertawa seraya memasang wajah menyesal yang dibuat-buat, membuat Jimin semakin ingin melempari wajahnya dengan meja. Untung saja Jimin masih mempunyai hati nurani, jika tidak habis lah Taehyung ditangannya.

Tunggu, ini berlebihan.

Taehyung masih dengan jurus cerewetnya untuk mengembalikan mood Jimin yang sempat ia buat ngambek tadi, mencolek pinggang pemuda yang lebih pendek darinya itu dan menyerukan hal-hal yang menurut Jimin sangat tidak penting itu.

Tak lama kemudian Jimin akhirnya mengalah, dan memaafkan Taehyung walau sebenarnya ia masih kesal. Tapi ya sudahlah—

"Kau yakin akan berjalan kaki hingga rumahmu?"

"Aku lupa membawa uang. Lagipula tidak ada salahnya berolahraga malam."

Jimin mendengus, "Baiklah, aku duluan kalau begitu." Ucapnya sebelum berlalu menaiki bus dan meninggalkan Taehyung sendiri.

Taehyung sedikit melambaikan sebelah tangannya, lalu mulai berjalan pulang.

Tidak ada yang perlu ditakutkan, jalanan kota Seoul masih ramai, walaupun tidak seramai beberapa jam yang lalu namun cukup untuk membuat jalanan tidak terasa sepi.

Lagipula jarak rumahnya dengan kampus hanya berjarak kurang lebih 1,5 km, tidak terlalu jauh untuk berjalan kaki.

Taehyung menghentikan langkahnya ketika indra pendengarannya mulai menangkap sesuatu.

Hiks... hiks... hiks...

Taehyung menajamkan pendengarannya, berjalan menuju asal suara lalu berdiri tepat didepan sebuah bak pembuangan sampah. Dahinya berkerut samar.

"Tempat pembuangan sampah?" Gumamnya.

Suara isakan seseorang semakin terdengar jelas, Taehyung mulai mendekati bak pembuangan sampah itu. Rasa penasarannya semakin kuat saat sebuah kantong plastik hitam berukuran besar dipojokan bak sedikit bergerak, padahal tidak ada angin atau apapun yang menggerakkannya.

Taehyung memberanikan diri mendekati kantong plastik tersebut, menelan ludahnya dengan kasar lalu dengan perlahan membuka ikatan kantong plastik itu.

Sedetik kemudian matanya membulat sempurna melihat apa yang berada didalam sana.

.

.

"Hiks... hiks... tolong... aku..."

.

"Astaga!"

.

.


To be Continue


Hai!

Berhubung lagi kepikiran buat fanfic romance, dan idenya lagi kenceng-kencengnya.

Yoweslah, ff ini lahir dengan keterdadakannya.

Mau lanjut atau di tamatin aja nih? sedikit ragu buat ff romance sih sebenernya, tapi mungkin juga ntar nyerempet ke angst kalo jadi dilanjut. haha .-.v

.

Yosh!

Mind to Review?