Hatiku tetap menunggu...

Walaupun kau tidak akan pernah kembali...

Tapi, aku tetap setia dengan bunga cinta kita yang bersemi ini...

Walaupun kau telah meninggalkanku, tapi...

Aku mendapatkan buah cinta darimu...

Anak kita, yang terlahir di saat aku sendirian...

Tanpa ada ayah di sisinya, aku membesarkannya dengan kekuatanku sendiri...

Aku tetap menjalani hidup ini bersamanya...

Tanpa kenal lelah dan waktu, aku bekerja untuknya...

Demi anak kita, Anzu...

Aku tidak akan pernah menikah lagi...

Hanya kaulah yang kucintai...

Namikaze Naruto...

.

.

.

Disc:

Naruto © Masashi Kishimoto

Love Live! Idol School Project © Sakura Kimino and Masaru Oda

.

.

.

Pairing: Naruto x Nozomi

Genre: family/hurt/comfort/romance

Rating: T

Karakter utama lainnya: Namikaze Anzu (sebagai anak Naruto dan Nozomi) (referensi gambaran karakter ini, saya ambil contohnya dari Futaba Anzu)

Senin, 9 Januari 2017

.

.

.

NOTE: Fic spesial buatan saya sendiri. Bukan request. Untuk reader yang merequest fic tentang Naruto x Nozomi, saya bakal buat nantinya yang lebih bagus lagi. Ini juga adalah fic untuk dipersembahkan buat para reader yang suka dengan pair Naruto x Nozomi.

.

.

.

ABOUT ME, MOM, AND DAD

By Hikasya

.

.

.

Chapter 1. Aku rindu ayah

.

.

.

FLASHBACK

.

.

.

Kenangan lama yang diingat Toujou Nozomi, sewaktu dia mengandung anak pertamanya.

Saat itu, di pagi buta, di kediaman Namikaze, di kompleks perumahan kota Konoha, suaminya yang bernama Namikaze Naruto, harus pergi bertugas ke tempat yang jauh untuk ikut berperang karena suaminya berprofesi sebagai tentara.

Naruto mengucapkan salam perpisahan pada Nozomi. Nozomi yang tengah hamil tujuh bulan, dia menangis dan sangat berat melepaskan kepergian Naruto. Naruto dapat memakluminya dan mencoba menghiburnya.

"Jangan cemas. Aku akan segera kembali untuk menemuimu setelah perang selesai," ucap Naruto sambil menghapus air bening yang mengalir di dua pipi Nozomi."Jangan lupa patuhi perkataan ayahmu. Kamu juga jangan terlalu banyak pikiran. Itu tidak bagus buat anak kita. Aku cuma bisa berdoa semoga anak kita lahir dengan selamat dan kamu juga selamat saat melahirkan. Jangan lupa beri nama Anzu jika anak kita terlahir perempuan ya."

Sambil berusaha menghentikan tangisannya, Nozomi mengangguk pelan.

"Iya."

"Kalau begitu, aku pergi."

"Berjanjilah, kamu akan kembali pulang untuk menemuiku."

"Aku berjanji."

Naruto tersenyum lalu memberikan kecupan lembut di kening Nozomi. Juga mengelus perut Nozomi yang sudah membesar karena calon anaknya berada di dalam sana. Berkata dengan lembut dan berharap calon anaknya bisa mendengarkan perkataannya.

"Anakku... ayah akan pergi. Ingat pesan ayah. Jadilah anak yang baik dan patuh pada ibumu. Jangan buat ibumu sedih dan buatlah ibumu selalu bahagia di sepanjang hidupmu. Jangan lupa juga kamu harus rajin belajar jika kamu mulai bersekolah nanti. Jangan tiru ayahmu yang pemalas ini...," Naruto tertawa geli saat sedang berkomunikasi dengan calon anaknya."Jadilah seperti ibumu. Belajarlah berbagai hal dari ibumu. Ayah berjanji akan kembali pulang dan menemuimu. Sekarang sudah waktunya ayah pergi. Ayah tidak akan lama. Doakan ayah selamat dari perang itu ya."

Setelah itu, Naruto mencium perut istrinya, berharap perasaan kasih sayang seorang ayah tersampaikan pada sang buah hati. Kemudian Naruto menatap Nozomi lagi dan berkata lagi.

"Selamat tinggal... Jaga dirimu baik-baik, Nozomi..."

"Jangan ucapkan itu, tapi ucapkan sampai jumpa."

"Ya, sampai jumpa!"

"Jaga dirimu juga. Aku doakan semoga kamu selamat dan kembali pulang lagi ke sini."

"Ya, itu pasti."

Untuk yang terakhir, mereka saling berpelukan erat. Nozomi menangis lagi dan Naruto berusaha lagi untuk menghiburnya dengan cara menepuk-nepuk pelan pundaknya.

Beberapa menit kemudian, Naruto sudah menjauh dari Nozomi. Dia menggendong tas ransel di punggungnya. Berpakaian seragam tentara lengkap. Dia akan pergi ke tempat jauh lewat jalur penerbangan karena dia adalah Tentara Angkatan Udara.

Sambil berdiri di dekat pintu pagar rumah, Nozomi terpaku menyaksikan kepergian Naruto yang dijemput oleh teman Naruto. Teman Naruto yang bernama Uchiha Sasuke, seorang Tentara Angkatan Udara yang sama dengan Naruto. Mereka akan pergi bersama ke tempat perkumpulan para Tentara Angkatan Udara.

Di dalam mobil yang dikendarai Sasuke, Naruto melambaikan tangannya pada Nozomi. Dia duduk di kabin depan, tepat di samping Sasuke.

Sebaliknya Nozomi juga melambaikan tangannya. Dia tersenyum tapi kedua matanya berkaca-kaca.

"Sampai jumpa, Naruto-kun. Hati-hati di jalan!"

"Ya. Sampai jumpa lagi, istriku."

Naruto mengacungkan jempolnya seraya tertawa lebar. Sedangkan Sasuke tersenyum dan memberi hormat pada Nozomi.

Perasaan Nozomi menjadi tidak enak saat Sasuke mulai menghidupkan mesin mobilnya.

BRUUUM!

Mobil melaju sangat kencang melewati jalanan perumahan yang sepi itu. Meninggalkan Nozomi yang terpaku di tempatnya berdiri. Dia mengatupkan kedua tangannya dan didekapkan ke dadanya.

"Naruto-kun... Semoga dia baik-baik saja di sana..."

Harapnya sambil meneteskan air matanya lagi.

.

.

.

Dua bulan setelah itu, Nozomi melahirkan anak perempuan di sebuah rumah sakit di kota Konoha. Anak perempuannya lahir dengan selamat dan sehat. Lalu diberi nama Namikaze Anzu.

Anzu sangat mirip dengan Naruto. Berambut pirang dan bermata biru. Tapi, kulitnya putih seperti Nozomi. Dia sangat manis dan imut. Tidak rewel dan langsung tertidur setelah Nozomi menyusuinya.

Nozomi sangat menyayangi bayinya itu. Menggendongnya dalam dekapan hangatnya. Dia tidak sendirian di bangsal rumah sakit itu, tapi ditemani oleh ayahnya.

Ayahnya begitu senang karena Nozomi sudah melahirkan. Dia telah menjadi seorang kakek sekarang.

"Syukurlah... Anzu terlahir sehat. Tousan sangat berterima kasih pada sang Kami-sama."

Gadis berambut panjang ungu dan bermata pirus itu, sedikit tersenyum mendengarkan perkataan ayahnya.

"Iya, Tousan. Aku juga bersyukur sekali karena sudah mendapatkan putri secantik ini. Sesuai permintaan Naruto, aku memberi nama putri kami, Anzu. Naruto sangat suka dengan nama Anzu itu. Tapi..."

Seketika wajah Nozomi berubah suram. Dia terduduk lemas di atas tempat tidurnya. Memikirkan Naruto yang belum kunjung kembali.

Ayahnya yang berdiri di sampingnya, merasa keheranan melihatnya.

"Ada apa, Nozomi?"

"Naruto... Tidak ada saat aku melahirkan. Padahal aku berharap dia pulang dan menemani aku di sini. Tapi, dia belum juga pulang dan tidak pernah memberi kabar padaku. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya di sana."

Kedua matanya berkaca-kaca, ingin menangis. Ayahnya tertegun lalu berusaha menghiburnya.

"Tenanglah. Tidak usah bersedih. Tousan yakin Naruto akan baik-baik saja di sana. Dia adalah Tentara yang hebat. Tidak akan terjadi apa-apa padanya di sana."

"Aku tidak bisa tenang sebelum mendapatkan kabar dari Naruto. Tousan, tolonglah aku. Carilah kabar Naruto di sana. Aku mohon..."

Penuh pengharapan yang begitu besar, Nozomi menatap ayahnya lekat-lekat. Sebab sang ayah adalah mantan Tentara yang menjabat posisi Jenderal dan baru saja pensiun. Naruto adalah bawahan ayahnya semasa ayahnya masih bekerja sebagai Tentara. Melalui ayahnya juga, dia mengenal Naruto saat dia masih menjalani pendidikan di bangku perkuliahan.

Sewaktu dia kuliah, Naruto selalu menemaninya kemanapun dia pergi. Istilahnya Naruto menjadi bodyguard khusus yang dikirim langsung oleh ayahnya untuk melindungi dirinya. Di antara dia dan Naruto, terpaut jarak umur sekitar 5 tahun. Bahkan dia memanggil Naruto dengan sebutan "Oni-san" karena umur Naruto lebih tua darinya.

Awalnya Nozomi tidak mempunyai perasaan apa-apa pada Naruto. Hanya sebatas teman. Tapi, seiring bersama setiap waktu, menumbuhkan benih-benih cinta untuk Naruto di hatinya. Dia merasa nyaman ketika bersama Naruto. Naruto selalu memperlakukannya baik sehingga perasaannya ini semakin teguh untuk mencintai Naruto.

Ketika Nozomi diwisuda karena sudah menamatkan kuliahnya, Naruto menyatakan cintanya pada Nozomi. Nozomi menerimanya sambil disaksikan oleh ayah Nozomi.

Naruto yang yatim piatu karena orang tuanya meninggal saat dia masih bayi. Selama ini, dia hidup di panti asuhan lalu diangkat menjadi anak oleh ayah Nozomi. Berkat ayah Nozomi, Naruto mencapai cita-citanya yaitu menjadi seorang Tentara. Dia berhasil lulus dari sekolah Tentara dengan hasil usahanya yang memuaskan dan langsung ditugaskan untuk menjadi bawahan ayah Nozomi.

Dia menikah dengan Nozomi setelah lima bulan berpacaran. Setelah setahun kemudian, dia ditugaskan untuk mengikuti perang ketika Nozomi hamil 7 bulan. Dia harus menjalani tugasnya sebagai Tentara demi berjuang untuk negaranya.

Dia tidak pernah kembali. Tidak ada kabar darinya sampai Nozomi melahirkan hari ini. Hal itu sangat membuat Nozomi sedih karena Naruto tidak ada saat anaknya baru lahir. Pasti Naruto senang karena Nozomi sudah melahirkan anak perempuan yang dia idam-idamkan selama ini.

Cairan bening tumpah ruah di pelupuk mata Nozomi. Dia memeluk Anzu dengan seerat-eratnya pada dadanya. Menundukkan kepalanya dengan tubuh yang bergetar.

"Nozomi..."

"Tousan... Aku sangat merindukan Naruto. Aku ingin dia pulang secepatnya ke Konoha. Anzu sudah lahir. Dia butuh ayahnya sekarang."

"Baiklah, Tousan mengerti. Akan Tousan coba menelepon pada atasan Naruto ya."

"Hm."

Mengangguk pelan, Nozomi melihat ayahnya sedang menelepon. Dia menunggu dengan sabar.

Seseorang yang ditelepon sang ayah, menerima panggilan sang ayah. Sang ayah pun tersenyum lega karena panggilannya dijawab oleh atasan Naruto.

"Halo... Ini aku...," kata ayah Nozomi."Bagaimana kabar anak buahmu, Namikaze Naruto itu?"

Tidak begitu jelas, Nozomi tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh atasan Naruto itu. Tapi, ekspresi sang ayah berubah drastis. Terkejut dengan wajah yang sangat syok.

"A-Apa!? I-Itu tidak mungkin..."

Hati Nozomi menjadi gelisah. Air matanya tidak keluar lagi. Dia tetap menunggu ayahnya sampai ayahnya selesai berbicara.

"Aku mengerti. Aku berdukacita atas musibah ini. Terima kasih atas informasinya."

KLIK!

Komunikasi antar ponsel dimatikan oleh ayah Nozomi. Dia menghelakan napas panjangnya sejenak dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana panjangnya. Lalu dia melirik Nozomi dengan wajah yang sangat kusut.

"Nozomi... Tousan sudah mendapatkan kabar tentang Naruto."

Spontan, senyuman terukir di wajah Nozomi. Wajahnya perlahan-lahan bersinar.

"Be-Benarkah? Bagaimana kabar Naruto sekarang? Apa dia baik-baik saja?"

"..."

Sang ayah terdiam. Semakin lama wajahnya semakin kusut. Menghelakan napasnya yang terasa berat.

Nozomi keheranan.

"Ada apa, Tousan? Kenapa wajah Tousan kusut begitu?"

"Nozomi... Tousan harap kamu tabah mendengar semua ini... Naruto..."

"Ke-Kenapa? Ada apa dengan Naruto? Katakan yang sebenarnya, Tousan!"

"Naruto...," sekali lagi ayah menghelakan napas kebimbangannya."Sebulan yang lalu, pesawat tempur yang dikendarai Naruto, jatuh karena ditembak oleh musuh. Pesawatnya meledak begitu saja saat jatuh ke hutan. Naruto tidak bisa diselamatkan. Dia meninggal saat pesawatnya meledak."

"...!"

Sungguh, kabar buruk yang sangat menggegerkan. Jantung Nozomi seakan-akan berhenti berdetak setelah mendengar kebenaran ini. Tubuhnya membeku. Kedua matanya membulat sempurna. Syok seketika.

"Ti-Tidak mungkin... Ti-Tidak mungkin Naruto meninggal. To-Tousan pasti berbohong padaku, kan?"

Kepala sang ayah menggeleng-geleng kuat.

"Tousan tidak berbohong. Ini benar, nak."

"Ti-Tidak! Aku tidak percaya Naruto meninggal! TIDAK! INI TIDAK MUNGKIN...! Hiks... Hiks... Hiks..."

Air mata berjatuhan lagi untuk menimpa bumi. Nozomi menangis tersedu-sedu. Dia merasa tubuhnya lemas seketika. Hingga dia tidak mampu lagi untuk menggendong Anzu.

Tanpa disangka-sangka, Nozomi pingsan. Untung, Anzu segera ditangkap oleh sang ayah sebelum terlepas dari dua tangan Nozomi. Sang ayah panik sekali dibuatnya.

"Nozomi! Hei, kenapa kamu malah pingsan!? Nozomi, bangun! Kasihan anakmu..."

Karena merasakan ibunya yang sedang dilanda duka, Anzu menjadi terbangun dan menangis keras di dalam gendongan ayah Nozomi. Kepanikan ayah Nozomi bertambah dua kali lipat. Dia menjadi bingung setengah mati.

"Aduh, bagaimana ini!?"

Sang ayah kehabisan akal. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan kekacauan yang terjadi saat ini. Di mana Nozomi pingsan dan Anzu malah menangis, dia menjadi pusing tujuh keliling.

Seketika lampu terang menyala di otaknya.

"Oh iya, dokter! Aku harus panggil dokter sekarang!"

Dengan tergesa-gesa, sang ayah berlarian cepat sambil menggendong Anzu. Keluar dari bangsal itu dan meninggalkan Nozomi sendirian di sana. Segera mencari dokter untuk meminta pertolongan.

.

.

.

FLASHBACK END

.

.

.

POV: ANZU

.

.

.

Malam yang indah, pada pukul 9 malam.

Di kamarku yang hening itu, ada aku dan ibu yang sedang duduk di tepi tempat tidur. Aku terdiam setelah mendengarkan cerita dari ibu. Ibuku yang bernama Namikaze Nozomi. Wanita berambut ungu dan bermata pirus ini, tetap cantik meskipun usianya sudah menginjak 30-an. Dia adalah wanita yang tegar, sabar dan berpendirian kuat. Tetap bahagia dan terus menjalani hidupnya dengan senyuman walaupun ayah sudah tiada sampai aku menginjak umur 13 tahun.

Ya, akulah Namikaze Anzu. Putri satu-satunya dari pasangan Naruto dan Nozomi. Aku sudah duduk di bangku SMP di tahun pertama. Aku sudah menginjak remaja dan mulai mengenal berbagai hal, khususnya tentang ayahku.

Aku sangat mengagumi ayahku yang ternyata seorang tentara. Aku adalah anak seorang tentara. Itu membuatku sangat bangga karena terlahir di keluarga Namikaze ini. Aku sangat beruntung mempunyai ayah dan ibu, yang saling menyayangi antara satu sama lainnya.

Meskipun ayah sudah meninggal sejak aku masih di kandungan ibu, aku tetap bahagia dan tersenyum. Perasaan sedih karena kehilangan seorang ayah, tetap kurasakan di hatiku. Aku selalu bersedih jika ada sesuatu yang mengingatkanku tentang ayahku. Bagiku, itu sangat menyakitkan dan tidak akan pernah bisa hilang dari benakku.

Aku, Anzu. Seorang anak perempuan yang dikenal sebagai anak yang ceria dan suka bergaul. Sifatku ini diturunkan oleh ayahku. Aku senang bisa mempunyai banyak teman sehingga membuatku bahagia di sepanjang hidupku.

Hanya ada ibu, yang menjadi orang terdekatku selama ini. Hanya ibu, orang tua satu-satunya yang kupunyai. Ibu adalah kekuatanku untuk tegar menghadapi hidupku. Ibu adalah segalanya bagiku.

Juga ayah, dia adalah sosok panutanku untuk terus maju jika aku mendapatkan sebuah hambatan. Dari ibu, aku mengetahui segalanya tentang ayah. Aku ingin menjadi orang yang hebat seperti ayah. Mendorongku untuk bercita-cita menjadi tentara.

Hahaha, itu cita-cita yang aneh buat seorang anak perempuan seperti aku. Tapi, aku tetap bertekad ingin mencapai cita-cita itu. Itu adalah dambaanku sejak kecil. Bahkan kakek dan ibu mendukung cita-citaku itu.

Oh iya, sekarang aku merasa mengantuk sekali setelah mendengar cerita dari ibu. Mendorongku untuk meletakkan kepalaku di atas paha ibu.

SREK!

Ibu berhenti bercerita ketika menyadari aku yang sudah terkapar tidak berdaya di dekat pangkuannya. Dia mengelus rambutku dengan lembut.

"Anzu-chan... Kamu mengantuk ya?" tanya ibu dengan suaranya yang halus. Sungguh menenangkan hatiku.

Aku mengangguk pelan sambil menguap.

"Iya, Kaasan. Aku jadi mengantuk sekali...," jawabku sambil tidur di dekat paha ibu.

"Hahaha... Dasar, kamu ini... Tetap manja. Padahal kamu sudah duduk di kelas 1 SMP lho."

"Biarkan saja. Aku ingin tidur di dekat Kaasan. Memangnya tidak boleh ya?"

"Boleh kok. Hehehe..."

Ibu malah tertawa kecil sembari tetap mengelus rambutku. Aku tersenyum karena merasakan kasih sayang ibu yang begitu besar padaku. Andai ayah ada di antara kami, pasti suasana semakin bahagia. Karena ayah suka bercanda dan menggoda ibu.

Seketika perasaan sedih menyerangku kembali. Kedua mataku memanas. Ingin menangis. Tapi, kutahan agar tidak membuat ibu sedih.

'Tousan... Aku rindu Tousan...,' batinku yang menangis di dalam hati.

Wajah ayah terbayang-bayang di ingatanku. Wajah ayah yang selalu kupandang setiap pagi lewat foto yang dibingkai dengan frame. Foto ayah yang masih muda dengan balutan pakaian seragam Tentara Angkatan Udara. Aku mendapatkan foto itu dari ibu. Lalu aku meletakkan foto itu di atas meja belajar, tepatnya di kamarku sendiri.

Ayah yang kini berada di atas sana, semoga dia mendengar hatiku yang merindukannya. Aku ingin berjumpa dengan ayah walaupun hanya di alam mimpi. Ingin merasakan kasih sayangnya yang tidak pernah kurasakan selama ini.

Ayah, aku ingin mendengar suara ayah. Aku ingin dipeluk oleh ayah dan tidur di pangkuan ayah seperti saat aku tertidur di pangkuan ibu.

Ya, Kami-sama, kabulkan doaku ini. Aku sangat ingin bertemu ayah. Hanya sekali seumur hidupku.

Harapanku yang tidak akan pernah terwujudkan. Tidak mungkin ayah hidup lagi. Tidak mungkin ayah kembali lagi ke dunia ini.

Ayah telah pergi jauh, meninggalkan aku dan ibu. Kenangan tentang ayah selalu tersimpan di hati ibu. Juga kenangan yang diceritakan ibu, sudah melekat erat di otakku. Kenangan ayah yang tidak akan pernah bisa kami lupakan untuk selamanya.

Setelah itu, pikiranku berhenti untuk mengungkapkan isi hatiku yang merindukan sosok ayah. Rasa kantuk menyerangku dan menuntunku untuk segera tertidur. Kesadaranku menghilang dan jiwaku melayang jauh ke alam mimpi sana.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Sekali lagi, saya membuat cerita tentang pair Naruto x Nozomi.

Kali ini, ceritanya akan menjurus ke arah family/hurt/comfort. Akan ada konflik batin antara Naruto dan Nozomi. Nah, nanti Anzu yang akan mempersatukan orang tuanya kembali.

Untuk lebih jelasnya, akan saya lanjutkan ceritanya ke chapter 2. Saya menargetkan fic ini hanya tamat sekitar 3 chapter saja.

Tapi, apa saya bisa membuat cerita yang sangat sedih ya? Lihat saja nanti.

Untuk karakter Namikaze Anzu di fic ini, saya ambil referensinya dari karakter tokoh anime lain yang juga bernama Futaba Anzu. Hanya saja, mata Anzu di fic ini, saya ubah menjadi warna biru. Ya, bisa dibilang jadi referensi gambaran karakter OC dalam fic ini. Ada yang tahu Anzu yang menjadi idola di anime-nya?

Kasih tahu saya ya, jika ada yang tahu tentang karakter Futaba Anzu ini.

Sekian dan terima kasih.

Selasa, 10 Januari 2017