PROLOG

.

.

.

Ini adalah kisah sang Guardian.

Sebelumnya, tugas Guardian adalah menjaga Uzuka Gakuen dan buku bertuah dari serangan makhluk halus. Tapi, karena buku bertuah sudah menghilang, maka tugas Guardian ini terhenti. Digantikan dengan tugas baru yaitu melindungi dunia manusia dari serangan makhluk gaib yang berhati jahat. Itulah tugas Guardian buat generasi berikutnya.

Guardian sebelumnya yang bernama Namikaze Naruto dan Namikaze Menma, sudah menikah dengan dua gadis mantan nekomata yang berasal dari dunia yokai. Mereka berhenti menjadi Guardian selama dunia manusia aman karena tidak diserang lagi oleh para makhluk gaib. Mereka menjalani kehidupan normal bersama keluarga masing-masing.

Naruto dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Namikaze Shinju, sedangkan Menma dikaruniai sepasang anak yaitu anak laki-laki yang bernama Namikaze Ichi dan anak perempuan yang bernama Namikaze Miyu. Ketiga anak mereka dinobatkan menjadi Guardian untuk menggantikan tugas mereka dalam kehidupan baru ini. Kehidupan baru di mana banyak hantu dan iblis yang masih berkeliaran di dunia manusia ini.

.

.

.

Disc:

Naruto © Masashi Kishimoto

High School DxD © Ichiei Ishibumi

.

.

.

Multichapter

Sekuel dari "The Guardian of Sacred Book Season 2"

Genre: supranatural/family/friendship/romance/humor

Rating: M

Setting: AU (Kota Uzuka)

OC yang bermain di fic ini:

Namikaze Shinju (sebagai anak pertama Naruto dan Koneko)

Kenjo Hikaru (sebagai yokai laba-laba)

Kurosaki Reiko (sebagai anak pertama Reiji dan Asia)

Namikaze Ichi (sebagai anak pertama Menma dan Kuroka)

Namikaze Miyu (sebagai anak kedua Menma dan Kuroka)

Kurosaki Reiji (sebagai ayah dari Kurosaki Reiko)

Minggu, 4 Desember 2016

.

.

.

NEW GUARDIANS AND THE YOKAI

By Hikasya

.

.

.

Chapter 1. Prolog, Guardian baru

.

.

.

Di kota metropolitan yang bernama Uzuka, terdapat sebuah pemukiman yang terkenal dengan keheningannya yaitu "Uzuka Housing". Di dekat pemukiman Uzuka Housing itu, terdapat sekolah tua yang berbentuk kastil, bernama Uzuka Gakuen. Di belakang sekolah tua tersebut, terdapat hutan hijau lebat yang sangat luas. Di mana ada portal gaib yang berada di tengah hutan hijau tersebut. Di sanalah, para makhluk gaib keluar-masuk dengan izin dari kerajaan masing-masing. Tidak bebas keluar-masuk seperti dulu, saat buku bertuah masih ada di dunia manusia ini.

Berbicara mengenai buku bertuah, buku putih dengan simbol aneh di sampul depannya. Merupakan buku sang dewa yang dapat mengabulkan permintaan apa saja kecuali kematian. Buku bertuah tidak dapat mengabulkan permintaan seperti menghidupkan makhluk yang sudah mati. Buku yang sangat sakral dan paling diburu oleh semua makhluk yang ada di dunia ini. Tapi, mereka tidak pernah mendapatkan buku bertuah tersebut karena selalu dihalangi orang yang berprofesi sebagai Guardian. Guardian yang berarti Penjaga.

Tapi, buku bertuah itu sudah menghilang sejak beberapa tahun yang lalu. Buku itu sudah kembali pada sang dewa dan tidak akan pernah bisa ditemukan oleh siapapun lagi kecuali kehendak dewa itu sendiri.

Karena buku bertuah tidak ada lagi di dunia manusia, tidak ada lagi sesuatu yang menarik para makhluk gaib untuk datang ke dunia manusia. Apalagi dua Guardian sebelumnya, Naruto dan Menma, sudah beranjak tua dan menginjak kepala tiga sekarang karena mereka sudah beristri dan mempunyai anak. Anak-anak mereka yang menggantikan tugas mereka sebagai Guardian.

Kini beberapa tahun sudah berlalu, anak-anak mereka sudah tumbuh besar dan menginjak remaja sekarang. Seperti anak Naruto yang bernama Namikaze Shinju, sudah berumur 16 tahun dan duduk di kelas 10-A di Uzuka Gakuen.

Namikaze Shinju, seorang gadis berambut putih sepinggang. Bermata saffir biru. Berkulit putih seperti salju. Tinggi badan sekitar 147 cm. Dikenal sebagai anak yang dingin, pemalu, dan tsundere. Sifatnya sama dengan ibunya yang bernama Namikaze Koneko. Seorang Guardian yang ditugaskan untuk mengawal Kurosaki Reiko saat memburu hantu di malam harinya.

Dia mewarisi kekuatan supranatural dari ayahnya yaitu elemen es, elemen cahaya, dan elemen kegelapan. Dia menguasai seluruh teknik ketiga elemen yang langsung diajarkan oleh ayahnya sejak umurnya menginjak 7 tahun.

Juga pandai berpedang dengan teknik biasa, tanpa menggunakan kekuatan supranatural. Diajarkan langsung oleh ayahnya juga.

Dia dibekali dengan pedang yukianesa dari ayahnya. Pedang yang akan dia gunakan untuk membekukan hantu saat berburu bersama partnert-nya di malam hari.

Di siang harinya, dia menjalani aktifitasnya sebagai pelajar biasa yang bersekolah di Uzuka Gakuen. Pernah kedapatan tertidur di sela-sela pelajaran berlangsung karena begadang semalaman saat berburu hantu. Dia berteman akrab dengan Kurosaki Reiko.

Itulah penjelasan tentang Namikaze Shinju, anak satu-satunya dari pasangan Naruto dan Koneko.

Pada pagi hari yang sangat cerah, sinar hangat sang surya menyapa kediaman keluarga Namikaze yang berada di Uzuka Housing. Rumah yang bertingkat dua dengan warna orange yang mencolok dan dikelilingi dengan pagar besi setinggi satu meter, berhalaman luas, dan banyak tanaman hias yang ditanam di halaman depan rumah. Suasananya asri dan indah karena ada pohon rindang yang berdiri di dekat pagar rumah, persis di halaman depan rumah.

Dari arah sebuah kamar yang berada di lantai satu, terdengar suara lembut yang memanggil. Suara dari seorang wanita berambut putih pendek model bob dan bermata emas. Dia sedang berusaha membangunkan suaminya yang masih asyik tertidur di ranjangnya.

"Naruto-kun... Bangun... Sudah pagi. Apa kamu tidak masuk kerja sekarang?"

Wanita berambut putih yang tak lain adalah Koneko, menggoyang-goyangkan badan suaminya dengan kuat. Suaminya tetap terlelap dalam balutan selimutnya yang hangat. Tidak juga terjaga sama sekali. Sehingga membuat Koneko menjadi kesal.

"Naruto-kun! Cepat bangun! Kamu itu susah sekali dibangunkan! Kalau tidak, aku akan menyirammu dengan air. Aku akan menghitung mundur. Tiga, dua, sa..."

BETS!

Spontan, suaminya tiba-tiba bangun dan terduduk di ranjang. Dia memasang wajah yang cerah sembari menyengir lebar.

"Hehehe... Selamat pagi, Koneko-chan," sahut pria berambut pirang pendek dan bermata biru yaitu Naruto."Aku bangun nih. Jadi, jangan siram aku dengan air ya sayang..."

Berdiri di samping ranjang, Koneko memasang ekspresi wajah marah dengan gaya yang lucu sehingga membuat Naruto semakin tertawa melihatnya.

"Huh... Habisnya kamu susah dibangunkan di setiap harinya. Kamu selalu membuatku kesal setiap pagi-pagi begini!"

"Hahaha... Maaf... Maaf..."

"Ya sudah, kamu kumaafkan."

"Kalau begitu, kamu cium aku dulu sebagai tanda kalau kamu sudah memaafkan aku."

"Apa?"

"Tidak mau. Ya sudah, aku tidur lagi nih."

"Iya. Iya."

Dengan wajah memerah karena malu bercampur kesal, Koneko menuruti permintaan Naruto. Naruto bangkit berdiri dari ranjangnya dan berhadapan langsung dengan Koneko dari jarak sangat dekat. Dia memegang dua pipi Koneko dengan erat. Mendekatkan wajahnya ke wajah Koneko.

Tapi, adegan itu diganggu oleh suara seseorang.

"Kaachan!"

Koneko menyahut panggilan seseorang itu.

"Iya, Shinju-chan."

"Apa Kaachan sudah membuat sarapan pagi? Aku harus buru-buru pergi ke sekolah."

"Tunggu ya! Kaachan keluar nih."

Melepaskan diri dari Naruto, dia langsung menyelonong pergi dan meninggalkan Naruto yang terbengong-bengong. Naruto pun berkata padanya.

"Koneko-chan, bagaimana permintaanku itu?"

"Nanti saja ya. Aku lagi sibuk nih."

BLAM!

Pintu tertutup dengan pelan. Koneko keluar untuk menghampiri anak perempuannya yang menunggunya di dapur.

Menyaksikan kepergian istrinya itu, Naruto cuma menghelakan napasnya. Dia memasang ekspresi kecewa berat.

"Ya sudahlah... Aku mandi saja dulu."

Dia pun melangkah gontai menuju ke arah kamar mandi, untuk segera mandi dan bersiap-siap untuk menyiapkan diri sebelum pergi ke kantor.

Semenjak tamat SMA, Naruto melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dan sekaligus bekerja di kantor ayahnya. Menma juga melakukan hal yang sama dengannya. Mereka sama-sama kuliah dan bekerja sebagai pegawai biasa di kantor yang dirintis sang ayah. Mereka dididik untuk menghadapi pekerjaan dari paling bawah seperti menjadi pegawai biasa. Hingga mereka menamatkan kuliah mereka, lalu sang ayah memberikan jabatan yang tinggi untuk mereka yaitu menjadi direktur yang memimpin dua cabang perusahaan yang baru didirikan oleh sang ayah. Dimulailah kehidupan mereka sebagai direktur yang memimpin perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan, nama perusahaan mereka adalah Namikaze Corp.

Kehidupan mereka semakin bahagia dan damai ketika ditambah kehadiran anak-anak mereka. Mereka tidak menjadi Guardian lagi yang harus menjaga Uzuka Gakuen. Tapi, kini anak-anak merekalah yang meneruskan pekerjaan Guardian itu, dengan tugas yang baru yaitu melindungi para manusia dari serangan makhluk halus dan sekaligus memusnahkan para iblis yang jahat yang masih suka mengganggu manusia. Mereka mewariskan kekuatan supranatural dan mengajarkan anak-anak mereka untuk belajar menjadi Guardian yang baik.

Anak-anak mereka tumbuh besar dan sudah menjalani profesi Guardian ketika malam hari tiba. Mereka bersyukur dan bangga memiliki anak-anak yang patuh pada mereka.

Waktu terus berjalan, meninggalkan masa lalu yang penuh bahaya. Masa depan menanti, sesuatu yang membahayakan perlahan-lahan muncul lagi untuk mengusik para Guardian. Kali ini, orang tua para Guardian juga akan terlibat dalam bahaya itu.

Tak lama kemudian, terlihat Shinju yang duduk di dekat meja makan. Di atas meja makan tersebut, terdapat makanan dan minuman yang baru saja dibuat oleh Koneko. Shinju sudah berpakaian seragam khas Uzuka Gakuen lengkap. Dia sedang asyik makan roti panggang sambil berbicara akrab dengan Koneko.

Koneko yang kini menginjak usia kepala tiga. Tetap manis dan imut seperti dia masih muda dulu. Dia sering dikira saudara perempuannya Shinju oleh teman-teman Shinju jika berkunjung ke rumah. Bahkan ada yang tidak percaya bahwa dia adalah ibu kandungnya Shinju.

Shinju merasa senang dan bangga mempunyai ibu seperti Koneko. Menurutnya Koneko adalah sosok ibu yang manis, lembut, perhatian dan penyayang. Koneko tidak pernah memarahi Shinju kecuali Koneko akan marah jika Naruto yang memarahi Shinju jika mendapatkan Shinju yang malas berlatih menggunakan kekuatan supranatural sebagai Guardian. Koneko sangat mencemaskannya jikalau dia sakit. Tingkat kecemasannya jauh melebihi Naruto.

Sebaliknya Naruto, menurutnya adalah sosok ayah yang baik, lembut, perhatian, konyol dan sayang sekali pada keluarganya. Naruto menderita penyakit langka yaitu daughter-complex, di mana Naruto akan selalu berusaha melindungi anak perempuannya dari siapapun. Naruto tidak ingin Shinju disakiti ataupun didekati oleh laki-laki manapun. Bahkan Naruto melarang Shinju untuk berpacaran dan akan menantang setiap laki-laki yang mendekati Shinju untuk bertarung dengannya. Shinju selalu marah dan kesal tiap kali Naruto bersikap garang pada teman laki-lakinya. Hingga tidak ada satupun yang berani berkunjung ke rumah Shinju dengan alasan takut pada Naruto. Shinju memaklumi itu dan merasa hidupnya tidak bebas. Terkesan dikekang oleh ayahnya yang terlalu protektif padanya.

Di balik semua itu, Shinju merasa bersyukur karena dilahirkan dalam keluarga kecil seperti ini. Dia adalah anak satu-satunya dan paling disayangi kedua orang tuanya. Juga merupakan cucu kesayangan sang Raja pemimpin kerajaan nekomata putih. Dia adalah mutiara yang berharga bagi orang-orang terdekatnya.

Di saat sarapan pagi bersama ini, Koneko mengenakan pakaian kasual seperti baju kaos berlengan panjang berwarna ungu, celana jeans selutut berwarna putih dan apron kotak-kotak biru. Dia duduk sambil mengolesi roti tawar dengan selai rasa srikaya. Lalu diletakkannya roti selai srikaya itu ke piring yang berada di depan matanya. Hingga menyadari kedatangan Naruto yang menyapa dengan wajah cerah.

"Selamat pagi, semuanya!"

Shinju membalas sapaan ayahnya dengan nada datar.

"Pagi juga, Touchan."

Naruto memilih duduk di samping Koneko. Langsung menyambar roti selai srikaya yang baru digigit separuh oleh Koneko. Koneko melototinya dengan sewot.

"Naruto-kun, kamu selalu saja begitu. Suka mengambil apa yang kumakan. Padahal masih banyak roti yang kubuat, kan?"

Sambil bersikap cuek, Naruto mengigit roti itu dan menjawab.

"Makan makanan yang tersisa darimu, itu yang paling enak."

"Huh, alasanmu saja."

"Hehehe..."

Tertawa ngeles, Naruto mengunyah roti yang dia makan dengan gerakan pelan. Koneko memasang wajah kemerahan dan mengambil satu roti laginya. Dimakannya roti itu dengan sikap yang malu-malu.

Menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya, Shinju tersenyum. Dia pun berkata pada orang tuanya.

"Hm, Touchan dan Kaachan memang selalu romantis ya seperti sepasang kekasih. Aku senang mempunyai orang tua seperti ini. Touchan yang tampan dan Kaachan yang manis. Aku bersyukur bisa menjadi anak kalian."

Kedua orang tuanya terpana mendengarnya. Mereka pun tersenyum.

"Ah, kamu bisa saja, Shinju-chan...," Koneko berwajah sedikit kemerahan."Kaachan juga bersyukur mempunyai anak perempuan semanis kamu."

"Benar, kamu adalah buah hati kami yang kami harapkan sejak dulu. Ternyata sang Kami-sama mengabulkan permintaan kami, kamu lahir dan menjadi pelengkap kebahagiaan kami. Kami sangat menyayangimu, nak."

Terkesima dengan perkataan Naruto, Shinju tersenyum lagi. Kedua matanya bersinar penuh haru.

"Hn. Terima kasih atas bimbingan Touchan dan Kaachan selama ini. Aku berjanji untuk berusaha menjadi anak yang dibanggakan oleh kalian berdua. Aku akan berusaha keras menjadi Guardian yang baik dan melindungi semua orang di dunia ini. Aku tidak akan mengecewakan kalian. Itulah tekadku."

Naruto dan Koneko terpaku lagi mendengarnya. Mereka tersenyum lagi.

"Sama-sama, Shinju-chan. Tapi, lebih baik kamu habiskan sarapanmu. Katamu, mau buru-buru pergi ke sekolah sekarang, kan?"

Tersentak karena diingatkan Koneko, Shinju mengangguk cepat.

"Iya juga. Untung Kaachan mengingatkannya...," Shinju cepat-cepat menghabiskan roti panggangnya yang tersisa dan meneguk habis cairan susu yang berada di dalam gelasnya."Aku punya jadwal piket kelas pagi-pagi ini. Ah, aku harus cepat-cepat pergi sekarang."

BATS!

Disambarnya tas putih bertali duanya yang diletakkan di kursi sebelahnya, dia buru-buru bertolak dari kursi.

Sebelum benar-benar pergi, dia sempat permisi pada kedua orang tuanya.

"Oh ya, aku pergi dulu, Touchan, Kaasan. Sampai nanti."

"Iya, selamat belajar ya sayang!"

"Hati-hati di jalan, Shinju-chan. Ingat, pulang ke rumah langsung setelah selesai sekolah ya."

"Baik, Touchan, Kaachan."

Shinju melambaikan tangannya. Naruto dan Koneko juga melambaikan tangan mereka. Shinju mengangguk dan tersenyum lalu berlari-lari kecil secepat kilat. Dia sangat tergesa-gesa karena harus melaksanakan piket kelas pagi ini.

Menatap kepergian anaknya, Naruto berpikir sesuatu sehingga menghentikan kegiatan makannya sebentar. Koneko memperhatikannya dan berkomentar.

"Shinju-chan benar-benar mirip denganmu. Selalu terburu-buru kalau mau pergi."

Menoleh ke arah Koneko yang baru saja meneguk segelas susu, Naruto tertawa lebar dengan wajah yang berseri-seri.

"Kamu benar. Tidak terasa Shinju sudah tumbuh besar sekarang. Usianya sudah menginjak 16 tahun dan sudah duduk di kelas 10 SMA. Aku masih saja menganggapnya masih kecil dan tidak percaya kalau dia sudah besar seperti ini. Waktu berlalu dengan cepat ya."

"Ya, kita pun sudah berubah. Tidak muda lagi. Usia kita sudah menginjak kepala tiga. Lalu..."

"Lalu kamu masih manis seperti dulu, Koneko-chan. Kamu kelihatan masih muda dan menggemaskan. Membuat aku tidak bisa pindah ke lain hati."

Wajah Koneko memerah ketika dagunya dipegang oleh Naruto. Naruto semakin dekat ke arahnya. Dia panik sekali.

"Tu-Tunggu dulu... Naruto-kun. Aku..."

Terlambat, Naruto semakin dekat dan dekat. Koneko memilih untuk menutup mata dan memasrahkan keadaan. Hingga tidak ada jarak di antaranya dan Naruto. Mereka sudah berdekatan seperti magnet.

Begitulah, mereka selalu bersikap seperti sepasang kekasih meskipun sudah mempunyai anak. Hidup mereka berjalan dengan sukses dan tidak ada hambatannya lagi. Tiada satupun yang berniat lagi untuk memisahkan cinta mereka. Mereka telah bersatu dalam takdir yang ditentukan oleh sang Pencipta alam ini.

Mengenai Sairaorg yang dulunya selalu mengejar Koneko kemanapun itu, sudah dimusnahkan oleh Naruto pada saat perang dua dunia. Sairaorg telah lenyap dari ketiadaan. Dia tidak dapat dibangkitkan lagi.

Juga para makhluk halus yang mengincar Naruto, tidak lagi bersaing untuk mendapatkan cinta Naruto karena Naruto sudah beristri dan mempunyai anak. Namun, mungkin ada yang masih berniat merebut Naruto dari tangan Koneko. Hal itu selalu menjadi momok yang ditakuti oleh Koneko. Disebabkan karena pengaruh kekuatan elemen cahaya yang ada di tubuh Naruto.

Pengaruh kekuatan elemen cahaya itu membuat gadis manapun akan tertarik pada Naruto, walaupun Naruto sudah berumur kepala tiga. Sampai-sampai semua teman perempuan Shinju, ada yang langsung jatuh hati ketika melihat Naruto untuk pertama kalinya. Pasti Naruto dikerubungi oleh gadis-gadis muda maupun wanita tua, membuat Naruto kewalahan menghadapi mereka. Kemudian berakhir dengan kemarahan Koneko.

Jika Koneko sudah marah karena cemburu melihat Naruto dikelilingi oleh para gadis, Koneko tidak akan memasak dan mengurung diri di dalam kamar semalaman itu. Membuat Naruto dan Shinju kelaparan hingga memutuskan makan di rumah keluarga Menma, yang tak jauh dari rumah mereka. Keadaan mereka menyedihkan sekali selama Koneko dalam masa "kebakaran" alias panas karena kesal.

Kejadian itu tidak akan pernah dilupakan Naruto. Dia berusaha untuk tidak membuat Koneko marah lagi. Tapi, entah mengapa nasib seperti itu selalu menimpanya. Dia tetap dikejar-kejar oleh para gadis yang suka padanya. Dia dianggap sebagai pria paling keren meskipun sudah berusia 30-an. Dia masih kelihatan tampan seperti laki-laki muda. Sangat imut dan menarik hati.

Tapi, meskipun begitu, cintanya pada Koneko tetap tidak berubah. Dia tidak pernah tertarik pada gadis cantik manapun. Hatinya tetap terpaut pada anak Raja nekomata itu. Tidak akan pernah berniat menduakan cintanya itu.

Koneko membuka matanya ketika menyadari Naruto sudah menjauh darinya. Dia melihat Naruto tersenyum dengan kedua pipi yang merona merah.

"Seperti biasa. Rasanya tetap manis dan lembut."

Menyadari itu, Koneko memegang bibirnya. Wajahnya memerah seketika.

"Dasar... Kamu selalu saja mencari kesempatan kalau tidak ada Shinju," Koneko tersenyum dan menepuk pelan bahu Naruto."Sana... Pergi ke kantor sekarang."

"Kenapa buru-buru sih? Jam masuknya masih lama kok."

"Tapi, lebih cepat lebih baik, kan? Jadilah pemimpin yang teladan bagi bawahanmu."

"Benar juga."

"Kalau begitu, cepat pergi!"

"Oh, kamu berniat mengusirku, begitu?"

"Tidak. Bukan begitu maksudku."

Ekspresi Koneko berubah tidak nyaman. Dia takut Naruto tersinggung dan marah padanya. Naruto menatapnya lama lalu tersenyum kecil.

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan pergi sekarang."

"Eh? Kamu tidak marah padaku, kan?"

"Tidak kok."

Dibelainya puncak rambut Koneko, Naruto menunjukkan wajah yang cerah. Koneko tersenyum.

"Syukurlah... Kalau kamu tidak marah karena perkataanku tadi."

"Hahaha... Kenapa aku mesti marah? Aku hanya bercanda. Jadi, jangan dipikirkan lagi."

"Benarkah itu? Kamu bercanda saja, kan?"

"Iya. Aku bercanda."

"Hmmm... Kamu itu ya. Tetap jahil seperti dulu."

"Kamu juga. Seperti biasa, kamu lucu sekali. Tidak pernah berubah sampai sekarang."

Wajah Koneko semakin memerah. Senyumannya semakin lebar dan hangat.

"Naruto-kun, kamu bisa saja."

"Hahaha... Ya sudah, aku berangkat kerja dulu," Naruto tertawa lebar dan mencium pipi kiri Koneko sekilas."Hati-hati di rumah ya. Aku akan pulang cepat sore ini."

"Ya, selamat bekerja, Naruto-kun. Jangan lupa pasang dasimu dengan benar."

Koneko memperbaiki dasi Naruto yang dipasang tidak rapi. Naruto terdiam dan membiarkan Koneko membenarkan dasinya. Setelah itu, Koneko mengangguk mantap.

"Nah, ini baru rapi."

"Terima kasih, istriku. Aku pergi dulu."

"Hn. Hati-hati bawa mobilnya."

"Oke."

Naruto bangkit berdiri dari kursinya dan melambaikan tangannya. Dia sempat mengacungkan jempol pada Koneko. Koneko mengangguk dan membalas lambaian tangannya. Naruto tersenyum dan berlalu meninggalkan Koneko yang duduk sendirian di dekat meja makan. Koneko terpaku saat menyaksikan kepergiannya.

Sedetik kemudian, Koneko menghelakan napasnya sejenak. Tersenyum dan segera bangkit dari duduknya.

"Baiklah, aku akan mulai bekerja juga. Saatnya bersih-bersih rumah."

Begitulah katanya, mengawali harinya sebagai istri dan ibu di dalam keluarga Namikaze. Itu sangat menyenangkan baginya.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Beginilah awal ceritanya. Jika ada waktu, bakal saya sambung lagi.

Sekian sampai di sini dan terima kasih.

Kamis, 22 Desember 2016