We Were In Love © ddideubeogeo17

.

.

Kim Mingyu, Jeon Wonwoo

.

.

Cast(s) © Tuhan YME

.

.

Romance

.

.

Yaoi. BxB. Typo(s). AU!.

DLDR

.

.

Hana

Dul

Set

Enjoy it~

.

.

Recommended Song : We Were In Love (Davichi ft. T-ara)

.

.

"Kenalkan, namaku Kim Mingyu."

Lelaki berkacamata bulat belum menyambut tangan lawan bicaranya. Ia masih mendongak dan membeku. Tidak mengerti harus merespon bagaimana, namun perilakunya yang terkesan tidak sopan itu justru membuahkan kekehan ringan.

"Terlalu canggung ya? Hmm, maaf jika aku sok akrab begini. Aku siswa pindahan dari Anyang, mohon bantuannya, Jeon Wonwoo." Lelaki itu menyipitkan mata guna mengeja name tag lelaki di depannya.

Jeon Wonwoo, lelaki pendiam yang suka menyendiri dan lebih memilih mengakrabkan diri dengan buku itu untuk pertama kalinya tersenyum tipis. Ia mengangguk pelan.

Mingyu tersenyum lebar dan mengambil tempat di samping Wonwoo.

Dan sejak itu, atap sekolah yang biasanya menjadi tempat Wonwoo untuk menjauh dari keramaian memiliki satu tambahan tamu tetap.

Kim Mingyu. Siswa yang terang-terangan mendekati Wonwoo dan memanggilnya 'hyung' saat tahu jika Wonwoo berusia setahun di atasnya meski mereka berada pada tingkat yang sama -Wonwoo yang dahulunya telat masuk sekolah.

.

.

.

Tidak ada perubahan signifikan dari kehidupan membosankan Wonwoo.

Atau mungkin, ada satu-

"Wonu hyung!"

"Iya?"

Mingyu tersenyum lebar sebelum kemudian berlari dan merangkul lelaki yang bertubuh lebih pendek beberapa sentimeter darinya itu.

"Ayo ke kelas bersama!"

-ya, kehadiran seorang Kim Mingyu yang berhasil mengusir kesepian yang kerap mengusiknya.

.

.

.

Sebatang kara memang terdengar menyedihkan. Namun, Wonwoo sudah terbiasa dengan itu semua. Bukan tidak bersedih, ia hanya tidak ingin mempersulit hidupnya yang sudah rumit.

"Kau melamun, Wonu hyung?"

Dan entah kenapa, diam-diam Wonwoo merasakan kepakan sayap kupu-kupu dan ledakan bunga di musim semi pada jantungnya, tiap kali Mingyu memanggilnya dengan sebutan itu.

Wonu.

Pernah Wonwoo protes, dan Mingyu hanya menjawab, "Itu nama panggilan khusus dariku. Spesial. Jadi, jangan biarkan orang lain menyebutmu dengan 'Wonu' juga, call?"

Saat itu, baru pertama kalinya Wonwoo merasa wajahnya memanas meskipun cuaca sedang tidak begitu terik.

"Wonu hyung?"

"Iya?"

"Kau manis saat bersemu begitu. Aku suka."

Hal itu membuat Wonwoo termenung, hingga tanpa sadar mencetak senyum tipis di wajah manisnya.

"Aish Wonu hyung sedang memikirkan apa? Kenapa senyum-senyum seperti itu?" tanya Mingyu dengan nada cemburu.

Wonwoo menggeleng pelan, ia mengusap rambut Mingyu. "Tidak, tidak memikirkan apapun."


The person who became

A light in my dark life

Such a precious person


Wonwoo terdiam, masih terpaku di pinggir Sungai Han. Tempat favoritnya dengan Mingyu tiapkali mereka berkencan setelah resmi menjadi sepasang kekasih, hingga mereka menduduki bangku perkuliahan.

Semuanya terasa manis, hingga mimpi buruk itu datang.

"Wonu hyung?"

"Ya?"

"Aku akan pindah ke Jepang minggu depan."

". . ."

"A-aku, aku akan ikut pindah bersama orangtuaku untuk tinggal dan melanjutkan studi di sana."

Wonwoo membuang muka, ia menatap hamparan luas Sungai Han dengan dahi mengkerut menahan lelehan air mata.

"Kenapa?" lirihnya.

Mingyu memfokuskan atensinya pada sang kekasih. "Kenapa apanya?"

"Kenapa baru sekarang memberitahuku? Ini semua pasti sudah direncanakan sejak lama, kan?"

Mingyu menghelas napas berat, kentara sekali wajahnya dipenuhi rasa bersalah. Ia tidak menjawab, namun memilih memeluk sosok rapuh Wonwoo dari belakang. "Maaf. Maafkan aku. Aku hanya tidak ingin membuatmu bersedih." Bisik Mingyu.

Wonwoo hanya membalas dengan isakan tertahan, membuat Mingyu mengeratkan pelukannya. "Sssttt, tunggulah aku. Aku pasti akan kembali."

Dan janji itu, Wonwoo tanamkan ke dasar hatinya.

Memang Wonwoo lebih dari sadar untuk tidak menahan Mingyu, karena bagaimanapun juga impian Mingyu untuk kuliah di Jepang jauh lebih penting dibanding keberadaan dirinya.

Tapi, Wonwoo tidak pernah menyangka bahwa penantian akan sepahit itu. Tanpa kabar, tanpa balasan, dan tanpa jaminan rasa yang masih berbalas.

Waktu yang bergulir seakan mencemooh Wonwoo.

Mencemoohnya yang dengan naif menunggu tanpa kepastian.


You might come back

Because you might return

Again today

I wait for you

You don't know

How much I'm hurting


Wonwoo seolah kembali pada sosok dirinya yang dulu, yang begitu menutup diri dan apatis pada apapun.

Sungguh, seandainya Wonwoo dapat memutar waktu layaknya di film fiksi, ia sangat ingin kembali ke masa dimana belum mengenal Mingyu dalam hidupnya.

Banyak yang berkata jika masa lalu memang untuk dikenang, bukan untuk dilupakan.

Namun, entah mengapa kali ini rasanya Wonwoo sangat ingin melupakan kenangannya bersama Mingyu.

Hanya ada kata 'andai' yang memenuhi benaknya saat ini.

Andai ia tidak dipertemukan dengan Mingyu.

Andai ia tidak menerima baik sosok Mingyu.

Andai ia menjauh dari Mingyu sejak dulu.

Dan yang terpenting,

Andai ia tidak jatuh cinta pada Mingyu.

Selayaknya kisah romansa klasik, cinta yang dimilikinya hanya berujung pada penyesalan.

Namun yang sudah terjadi, terjadilah.

Karena menyesal sampai ujung napas pun tidak akan berdampak pada apapun.

"Mingyu-ya, tidak bisakah kau kembali?" pertanyaan yang melelahkan batin Wonwoo.

Keluarga, kerabat, bahkan teman, Wonwoo memang tidak memiliki semua itu, kehilangan juga tidak berpengaruh apa-apa padanya, karena yang ia butuhkan hanya Mingyu.


If I were to chose between you and the world

Even if everything is taken away from me

If it's you

I'm okay


"BEKERJALAH DENGAN BENAR, JEON WONWOO!"

Wonwoo tidak memasang raut wajah yang berarti. Ia hanya menatap datar lembaran kertas yang dilempar ke arahnya oleh sang atasan.

Wonwoo tidak mengelak, karena memang itu salahnya.

Salahnya yang masih memikirkan sosok lelaki berperawakan tinggi dengan gigi taring khasnya, lelaki yang sudah mencampakkannya empat tahun lalu. Hal itu membuatnya kehilangan fokus.

"Wonwoo-ssi, apa kau baik-baik saja?"

Wonwoo menoleh singkat pada rekan kerjanya, "Aku baik, Jihoon-ssi."

Berusaha meraih kembali fokusnya, Wonwoo memilih pergi ke kafe di sekitar kantor tempatnya bekerja. Namun, seolah takdir sedang membuat lelucon pada jalan hidupnya, Wonwoo dipertemukan dengan Mingyu.

Ya, Mingyu yang tengah bersenda gurau dengan kekasih barunya -dugaan Wonwoo saat melihat betapa mesranya mereka.

Siapa yang menyangka dua pasang netra itu akan bertemu. Terpaku satu sama lain dengan raut berbeda.

Wonwoo segera mengambil pesanannya dan segera beranjak pergi.

Ia menangis terisak di bangku taman yang menyudut hingga jarang dilalui orang.

"Berhentilah menangis." Ujar suara yang begitu familiar. Namun Wonwoo memilih tak acuh dan berpikir jika itu hanya imajinasinya yang meliar.

Tapi apa mau dikata saat sepasang tangan menangkup wajahnya dan memaksanya untuk mendongak. Membuat netranya bersibobrok dengan visual sosok yang begitu dirindukannya.

"Jangan menangis terus, ya?"

"M-mingyu-ya…"

"Apa, hm?" Mingyu mengeluarkan sapu tangan dan mengusap pipi yang berlinangan air mata itu.

"Jangan seperti ini terus. Ikhlaskan hubungan kita."

Perkataan Mingyu sontak membawa ingatan Wonwoo pada malam dimana lelaki bermarga Kim itu baru saja kembali dari Jepang. Tak memberikan kesempatan bagi Wonwoo untuk melepas rindu, justru Mingyu menghadiahi lelaki manis itu dengan mengatakan bahwa hubungan mereka harus kandas saat itu juga karena Mingyu sudah dijodohkan dengan seorang gadis oleh orangtuanya.

Kembali ke masa sekarang, ketika Mingyu akan beranjak, Wonwoo menahan lengan Mingyu. "Jangan pergi." Lirihnya tercekat.

Mingyu menggeleng pelan dengan raut penuh penyesalan, "Maaf. Tapi Eunha sudah menungguku. Aku duluan, Wonwoo-ssi."

Dan ya, lagi-lagi Wonwoo disadarkan dengan kata sapaan itu.

Tidak ada lagi panggilan 'Wonu hyung' dengan nada suara mendayu yang kerapkali menggodanya.

Wonwoo membenci dirinya. Ia sudah berjanji untuk melupakan Mingyu, tetapi realitanya ia justru hanya bisa menangis dan kembali lemah jika dipertemukan dengan sosok yang pernah mengisi kekosongan hatinya itu.


Day or night

I'm thirsty for love

My unseemly promise to forget you makes me cry again

Can you hear me?

Please come back


"Berhenti disitu, Jeon Wonwoo!" Mingyu memejamkan mata guna meredakan emosi yang siap meledak. Kemudian ia berbalik dan berjalan dengan langkah menghentak tegas penuh amarah.

Lengan jenjangnya menarik tangan lelaki berperawakan kurus yang bersembunyi di balik salah satu pilar di gedung itu. Tanpa memedulikan ringisan yang keluar dari sosok yang dicengkeramnya, Mingyu membawa mereka ke tempat yang lebih lengang.

"Apa yang kau lakukan di kantorku? Dan kenapa bersembunyi seperti itu? Tidakkah kau tahu perbuatanmu itu sangat membuatku risih?!" bentak Mingyu.

Sementara Wonwoo hanya menatap kosong pada wajah Mingyu. Ia juga tidak mengerti kenapa pergerakan tubuhnya tidak sinkron dengan kerja otaknya. Bukan maunya untuk mengikuti bahkan terkesan menguntit Mingyu seperti orang bodoh.

Wonwoo menggeleng perlahan. "Maaf." Lirihnya dengan suara serak menahan tangis.

"Ck! Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang ada di pikiranmu, Jeon Wonwoo-ssi. Perlu berapa kali aku sadarkan bahwa hubungan kita sudah berakhir, benar-benar berakhir. Bahkan tinggal menghitung hari menuju tanggal pertunanganku dengan Eunha. Tolong, aku mohon dengan sangat lepaskan aku dan jangan bertindak bodoh seperti ini lagi."

"Hm." Dehem Wonwoo singkat, karena ia tahu jika bicara sedikit lebih banyak maka akan memicu keluarnya tangis pilu.

"Aku pergi, dan carilah kebahagiaanmu, Wonwoo-ssi."

Selepas kepergian Mingyu, Wonwoo jatuh terduduk.

Usai sudah.

Di detik itu, Wonwoo benar-benar membulatkan tekadnya untuk mengikhlaskan Mingyu dengan orang lain.

Percuma seberapa keras hatinya berusaha mempertahankan dan meyakinkan diri untuk mengambil Mingyu kembali, jika pada kenyataannya kebahagiaan Mingyu bukan bersama Wonwoo.


I threw away my pride and like a crazy person

I followed you

But my heart urged me on and told me

Not to lose you


.

.

.

.

.

TBC

*Entah perasaan esvi aja atau emang meanie shipper di ffn makin sepi ya? T.T meski ada beberapa yg nyaranin esvi buat pindah lapak, gatau kenapa esvi ngerasa ffn tuh rumah hehe soalnya bnyk pelajaran yg esvi dapet di sini…

**wonu di sini bucin (budak cinta) banget ya xD

***kalimat Bahasa Inggrisnya itu translate dari lirik lagu yg esvi rekomendasiin hehe

****Mind to RnR? Gomawoooo^^