Hello?

Naruto © Masashi Kishimoto ( Tidak ada keuntungan apapun dalam pembuatan karya ini. Fanfiction ini dibuat hanya untuk hiburan semata)

Pairing : Uchiha Sasuke/Haruno Sakura. Genre : Romance.

Rating : T. Note : AU

( Sasuke memenuhi undangan Sakura. Langit malam yang mendung menjadi tak terlalu membosankan dengan secangkir espresso. Mereka bicara. Tentang masa lalu serta kisah yang kembali dirajut dengan awal kata singkat, "Halo?" )

"Satu espresso dan..?" Sasuke menggantung ucapannya. Menengok ke arah Sakura menunggu pesanan gadis itu. "Jus berry,"

Sasuke mengernyit.

"Diluar sedang hujan,"

"Aku tahu," sakura menyahuti.

Keduanya menghela napas. "Baik. Satu cangkir espresso dan segelas jus berry," ulang Sasuke kepada waiter di sebelahnya. Ketika waiter itu membuat gerak tubuh meminta ijin untuk permisi dan meninggalkan mereka, Sasuke langsung menatap Sakura.

Keduanya masih diam. Ah.. Sasuke mengenali lagu yang sedang diputar sekarang. Sebuah lagu yang menelusuk memaksa mengalahkan derasnya hujan di luar. Mereka masih membisu saja. Sasuke bahkan tidak bisa melihat niatan Sakura untuk bicara. Kemudian Sasuke menyadari jika ia harus memulai lebih dulu.

"Jadi? Setelah delapan tahun kita tidak bertemu, kau ingin membuang-buang waktu hanya dengan menjadi orang bisu?"

Sakura melipat kakinya dan menatap lurus Sasuke. Ekpresi canggungnya memudar. Gaya berpakaian Sasuke masih sama saja seperti terakhir mereka bertemu. Baju hangat warna abu dan celana panjang super biasa yang membosankan. Memangnya dia masih SMA , komentarnya dalam hati.

"Kau menelponku lebih dulu," Sakura bersuara.

"—dan kau yang mengusulkan untuk bertemu,"

Sakura punya alasan kenapa ia harus mengundang laki-laki di depannya ini dalam sebuah reuni setelah delapan tahun lamanya tak bertemu. Tanpa komunikasi sedikitpun. Bahkan saking lamanya, pertemuan mereka nyaris terlihat seperti kencan buta. Pihak wanita mengundang pihak pria. Mereka bertemu di sebuah café dalam malam hujan yang romantis. Memesan minum kemudian diam membisu dalam keheningan canggung. Dan sayangnya dia bukan lagi gadis delapan belas tahun. Sudah delapan tahun sejak saat itu dan diumurnya sekarang terlalu menggelikan jika dipikir-pikir lagi.

Pesanan mereka datang sebelum pembicaraan dilanjutkan. Secangkir espresso panas yang mengepulkan uap langsung dicicip oleh Sasuke. Sakura meringis membayangkan bagaimana panasnya kopi itu di lidah.

"Kau masih saja memiliki lidah kulit kerbau,"

Sasuke meletakkan cangkirnya lalu memandang Sakura tak terima "Ha? Lebih baik dibanding lidah kucingmu yang manja itu,"

"Bercerminlah! Siapa yang dulu menghabiskan lima kaleng limun dingin hanya karena saus tomat?"

Keduanya langsung diam kemudian mendengus geli. Suasana canggung yang mengekang tadi seperti hilang tersapu angin. Sakura merogoh kantung baju hangatnya. Mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan layar dimana nama Sasuke memenuhi daftar panggilannya.

"Kau harus menjelaskan ini Tuan," kemudian Biip! Layar ponsel Sakura berubah hitam. "Kau tidak sedang berpikir untuk menerorku 'kan?"

"Aku tidak sengaja," Sasuke menjawab tak peduli. Espresso-nya ia cicip lagi.

Bola mata Sakura memutar diiringi decihan. "Mana ada ketidaksengajaan sebanyak dua belas kali," Sakura menunjuk wajah Sasuke menggunakan telunjuknya. "Kau menelponku tiba-tiba saat aku sedang mengajar di kelas! Kau tidak tahu kapan jam kerja ya?"

"Kau sekarang menjadi guru?" Lupalah Sasuke pada bahasan sebelumnya, atau mungkin sengaja melupakan. Mendengar fakta bahwa gadis yang ia kenal dulu memiliki pekerjaan yang berlainan dengan cita-citanya dulu membuat Sasuke penasaran. "Kenapa?"

Sakura mengelap sisi bibirnya yang ditempeli jus berry. "Apanya yang kenapa?" ia balik bertanya.

"Ku pikir kau seorang dokter. Yang kuingat cita-citamu itu,"

"Terkadang yang kita inginkan tak bisa kita dapatkan, Tuan"

Sakura sadar. Topik telah berganti dan Sasuke masih mengingat curhatan masa remajanya yang berambisi menjadi tenaga medis. Sakura geleng kepala. Dia kembali menatap Sasuke tajam. "Jangan mencoba mengubah arah pembicaraan, Tuan. Cepat katakana alasanmu membuatku hampir gila dengan panggilan telponmu itu!"

"Hm iseng?" Dahi Sakura makin mengkerut mendengarnya. "Apa jangan-jangan kau masih berpikir jika aku tidak bisa move on darimu? Oh My God, yang benar saja, Sasuke"

"Sebenarnya aku tidak berpikir seperti itu tapi karena kau mengatakannya, yahh.. akui saja Sakura itu faktanya 'kan?" Sasuke menyeringai. Sangat menyebalkan di mata Sakura. Sasuke masih memandangi Sakura yang merengut memainkan sendok di gelas jusnya yang berbunyi keletak-keletuk.

"Aah.. kau tidak membantah. Tak apa, Sakura. Aku mengerti betapa susahnya melupakan cinta pertama. Apalagi dulu kau sampai-sampai harus bengong di balkon kelas hanya untuk melukis wajahku,"

Hah.. habis kesabaran Sakura.

"Hei! Memangnya siapa yang semangat ketika ku ajak kencan ha? Kau bahkan datang satu jam lebih awal dari waktu yang kita janjikan,"

"Aku hanya kebetulan bangun lebih awal, apa salahnya dengan itu? Coba ingat siapa yang dengan bodohnya membawa dua kotak donat manis saat aku ulang tahun, hn?" Wajah Sakura dibuat memerah. "Fans apa yang tidak mengetahui hal yang tidak disukai idolanya," tambah Sasuke.

"Saat itu kau hanya bilang jika tidak suka coklat ya! Memangnya aku cenayang yang bisa menebak kode-kode tak jelasmu itu,"

Sasuke mengingat-ingat kejadian tempo lalu. Dimana hubungannya dengan Sakura lebih dari teman tetapi tidak bisa disebut kekasih. Tak sadar ia terkikik-kikik pelan. Tak pernah Sakura melihat Sasuke nyaris tertawa seperti itu. Sakura terpancing untuk ikut terkekeh. "Apa kau ingat model kemeja yang kau hadiahkan padaku?"

"A-apa?!" Sakura menggerakan tangannya tak terarah. Sangat malu mengingatnya dan cengiran Sakura lenyap secepat munculnya tadi. "Bisakah kau tidak mengungkit hal-hal memalukan? Aah.. saat itu aku sudah bilang kan tidak punya selera fashion yang bagus,"

Sasuke mendengus, lalu menyeruput kopinya hingga tandas.

"Kupikir jika aku menelponmu, kita dapat bicara seperti dulu," Sakura meminum jusnya dengan gugup. Seketika suasana di sekitarnya berubah dan ia baru menyadari bahwa lagu yang mengiringi pembicaraan mereka sejak tadi adalah lagu favorite mereka.

"Kau akan bicara banyak tentang banyak hal dan aku hanya diam mendengarkan. Tetapi telepon selama berjam-jam itu hanya akan terputus jika salah satu dari kita tertidur,"

Sakura menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya cepat. "Tiap malamnya kita akan membuat janji bertemu. Sebenarnya, hanya aku sih yang memutuskan untuk bertemu tetapi kau selalu datang,"

Sasuke tersenyum membenarkan.

"Tapi itu sudah delapan tahun yang lalu. Sekarang aku seorang wanita berumur dua puluh enam tahun yang tidak mungkin menggilaimu lagi," Sakura bangkit dari kursinya. Ia melihat ke arah jam tangannya sebelum melempar pandangan ke sisi jendela. "Sepertinya kita cukupkan saja sampai di sini untuk hari ini, sampai jumpa Sasuke,"

Sakura mengambil payung yang ada di sisi kanannya. "Mungkin kita bisa berbincang lebih lama lagi jika aku berniat mengangkat telpon darimu dan membalas halo," lalu ia pergi.

Sasuke memandangi meja yang telah Sakura tinggalkan. Espresso dan jus berry. Dua selera yang berbeda antara Sasuke dan Sakura. Masih banyak perbedaan diantara mereka tetapi karena hal-hal berbeda itu mereka seperti terjerat untuk bertemu lagi dan lagi. Sampai akhirnya terpaksa berhenti karena dirinya yang dengan bodoh menjauhi Sakura tanpa sebab yang jelas.

Sasuke tidak ingin semuanya selesai seperti ini.

Jadi ia berlari keluar café setelah meletakkan selembar uang di meja. Sasuke ingin mencoba peruntungannya meski langit sepertinya tak mendukung. Sasuke masih bisa melihat Sakura yang berjalan dengan payung beningnya. Berjalan lamban seakan enggan meninggalkan tempat itu.

Sasuke mengangkat ponselnya ke telinga. Ia membunuh egonya sendiri yang membuatnya menderita selama delapan tahun. Kali ini, ia akan menenggelamkan harga diri kemahalan yang ia miliki hanya untuk mendapati balasan dari seberang.

Sakura berhenti ketika mendapati ponselnya berisik tak habis-habisnya. Gadis itu menghela napasnya sebelum mengangkat telepon tersebut. "Halo?" balasnya.

Sasuke tersenyum, Ia berlari ke arah Sakura kemudian menarik tangan wanita itu hingga tubuhnya terhuyung. Payung bening yang dibawanya jatuh terbalik dan membentuk kolam mini dalam segera. Baik Sakura maupun Sasuke masih menempelkan ponselnya pada telinga.

"Hujannya masih lama dan malam belum larut," agak lama Sasuke terdiam sebelum melanjutkan "Kau mengangkat teleponku dan mengatakan halo. Jadi malam ini tidak akan terlalu membosankan jika kita menghabiskan lebih banyak waktu lagi untuk berbincang,"

Sakura diam saja. Namun Sasuke tahu, gadis itu sedang tersenyum di dalam hatinya.

Selesai.