Jendela yang tak tertutup sempurna itu mengalirkan angin sepoi, menyibak rambut halus sewarna cokleat madu milik Baekhyun, hingga surai tebal itu sedikit berantakan dan menutupi wajah cantiknya yang sendu.
Kaki lelaki mungil itu bergetar berdiri di hadapan belasan pria yang sedang menatapnya dengan penuh intimidasi, ejekan, bahkan seringaian tidak senonoh seolah menggambarkan isi kepala mereka yang kotor.
Baekhyun menelan ludah yang seakan tersangkut di tenggorokannya yang kering, meremas blazer sebagai pengalihan rasa nervous dan takut secara bersamaan. Mendapat cerca pada hari pertama di sekolah baru bukanlah hal yang mudah di terima, apalagi oleh seseorang yang berhati lembut seperti Baekhyun.
Dia nyaris tak mampu menerima kata-kata sedikit meyakitkan saja dari orang-orang terdekatnya. Namun di tempat baru ini, belum genap 4 jam pria mungil itu menginjakkan kakiknya, ejekan dan cacian sudah ia terima.
Dimulai dari perkenalan formal selayaknya murid baru, sama sekali tak Baekhyun sangka bahwa teman-teman sekelasnya akan menganggap remeh dirinya hanya karena ia terlahir lebih lemah dari mereka sebagai pria dominan.
"Bukankah begitu Byun Baekhyun!", suaranya menggelegar menggema ke seluruh penjuru ruangan kelas. "Kau hanyalah seorang Carrier, dan sekolah ini adalah sekolah khusus pria yang dominan, walaupun kau juga pria tapi kau bisa di hamil setelah di setubuhi, lalu apa bedanya kau dengan wanita?!, hah?!"
Kedua mata Baekhyun seketika basah mendengar apa yang lelaki itu katakan, bibir bawahnya ia gigit menahan getar amarah dan rasa malu. Telinganya luar biasa merah seakan mendapat luka bakar, sungguh perkataan tajam itu berhasil menembus ke ulu hati Baekhyun dan menyakitinya di sana. Dan bagian yang paling menyedihkan adalah, Baekhyun hanya bisa diam, menunggu di bela oleh guru mereka yang semula sedang mengenalkannya sebagai murid baru ke seluruh kelas.
"Tuan Park, ku mohon tolong jaga sikap dan bicaramu!", Guru Lee membentak dengan tatapan membunuhnya kepada berandal berambut merah yang duduk dengan santay di bangku paling belakang, "Tuan Byun Baekhyun tetaplah seorang pria, tak peduli statusnya sebagai dominan maupun carrier, lagipula, kau tak memiliki bukti maupun alasan apapun Park Chanyeol untuk menuduh Tuan Byun sebagai seorang carrier!"
"AHAHAHHAAHHAH", sontak seluruh siswa di kelas itu terkejut oleh tawa sinis dan menyindir yang baru saja keluar dari mulut Chanyeol, siswa itu menyeringai kemudian, menyisir rambut merah kusutnya ke belakang dan mengerling kepada Baekhyun yang masih menunduk, menyembunyikan wajah cantiknya yang memerah karena malu dan sedih.
"Kau sungguh berpura-pura buta akan pantat sesintal itu di hadapanmu Tuan Song?", sontak kelas riuh mendengar perkataan Chanyeol, siulan serigala berkumandang seketika di iringi dengan Baekhyun yang mendongakkan kepalanya, menatap tak percaya pada lelaki bermulut sampah yang baru saja melecehkannya secara verbal itu.
"Oh ayolah!", Chanyeol menganggat kedua tangannya sembari menepuk siswa lain di samping kirinya, "Bung, bukankah sangat jelas bahwa lelaki itu adalah carrier?, kau lihat betapa bulat dan penuh bokongnya saat berjalan dan dada gemuknya yang tercetak jelas di balik seragam yang dia pakai?!"
Sekali lagi suasana kelas di buat riuh oleh apa yang keluar dari mulut Chanyeol, dan pria itu menyeringai lebar melihat para lelaki tak tinggal diam dan menyetujui ucapan Chanyeol dengan mengatai Baekhyun si carrier sexy dengan pantat besar.
Mendengarkan percakapan kurangajar mereka akan seberapa lembut pantat itu saat berada di telapak tangan mereka, seberapa kenyal ketika mereka remas dan tampar. Betapa sexy carrier itu bila ia telanjang.
Dan semua pelecehan verbal itu tak satupun yang tidak di tangkap oleh pendengaran Baekhyun yang kelu, air matanya kian tak terbendung ia biarkan mengalir begitu saja seiring dengan kata-kata yang juga mengalir dari mulut sampah seluruh dominan di kelas.
BRAAKKKKKKK!, seketika kelas hening setelah Guru Song menggebrak meja di depannya. Air muka beliau merah menahan amarah akan apa yang baru ia saksikan, kelakuan muridnya yang berbicara seperti orang tidak berpendidikan membuatnya kehilangan kesabaran
"Park Chanyeol!, apa gunanya kau bersekolah 5 hari dalam seminggu selama hampir 12 tahun, bila mulutmu hanya kau pakai untuk melecehkan orang lain?!"
Dan Chanyeol hanya diam meski dari raut wajahnya terlihat tak ada sesal maupun rasa bersalah yang ia miliki untuk carrier cantik yang baru saja ia permalukan. Guru Song hanya mempu mendesah pelan dan melepas kaca mata tebalnya, perlahan ia mengelus pundak Baekhyun yang bergetar, semua orang di ruangan itu baru menyadari bahwa carrier itu tengah menangis dengan pundak bergetar hebat. Hati Guru Song tak tega melihat Baekhyun, dengan sabar beliau menuntun Baekhyun untuk duduk di bangku kosong yang terletak pada samping jendela, ujung kanan paling depan.
"kau duduklah disini nak, maafkan aku dan teman-teman mu ya, jangan kau ambil hati perkataan mereka!", bisik Guru Song sembari berusaha menenangkan isakan Baekhyun yang masih sedikit keras.
"Dan kau Park Chanyeol, keluar dari kelas ini sekarang!, bersihkan kamar mandi lantai 2 dan jangan lupa, detensi di ruanganku sepulang sekolah!"
Dengan santay berandal itu berjalan melenggang melewati bangku teman-temannya, dan saat dia berdiri tepat di samping Baekhyun, tak ia lewatkan kesempatan untuk mengintimidasi lelaki mungil itu lebih jauh. Dan bulu roma Baekhyun hanya mampu meremang saat merasakan hembusan nafas hangat yang berada di tengkuknya, di susul dengan suara berat nan rendah yang menggelitik telinga kirinya.
"Kau boleh menangis disini Byun", hela nafas hangat ia hembuskan , "tapi, akan ada saatnya kau menangis di atas ranjangku dengan pahamu yang terbuka lebar, carrier lemah!". Dan dia melenggang pergi begitu saja, setelah kata-kata kotor yang ia utarakan.
Nafas Baekhyun tercekat, terasa lidahnya kaku tak mampu menjawab dan menyerang balik kata-kata bejat yang baru di bisikkan ke telinganya oleh orang yang membullynya di hari pertama ia masuk ke sekolah baru. Dan lagi-lagi, lelaki mungil tu hanya mampu terisak, mengusap kasar air mata yang masih berjatuhan, dan mengalihkan fokus pandangannya pada jendela untuk melihat halaman luar sekolah.
Angin sepoi kembali menyapa wajahnya yang ayu, lelaki mungil itu memejamkan mata dan mengirup nafas dalam, berusaha menghapuskan kata-kata keji yang terus menghantui kepalanya, membuatnya menyesal telah menyetujui sang Appa untuk pindah ke sekolah baru yang di khususkan untuk namja. Seharusnya Baekhyun tau diri, sebagai carrier yang tak jauh beda dengan seorang wanita, dia tidak memilih untuk sekolah disini yang mayoritas muridnya juga seorang dominan.
Namun sesal tetaplah sesal, Baekhyun tak mampu berbuat apapun selain menjalani sisa tahun SMA nya di sekolah itu.
Merasa sedikit lega, dia pun perlahan membuka matanya, masih terus memandang halaman samping sekolah yang berbatasan pagar dengan Sekolah lain. Sebuah SMA umum yang terletak tepat di samping sekolah khusus namja, dalam hati terbesit sesal, mengapa ia tidak sekolah di tempat itu saja, setidaknya dia akan bertemu dengan wanita atau carrier lain yang mau menjadi temannya di sekolalh itu.
Baekhyun hanya bisa bertopang dagu dan menghela nafas lelah, matanya mulai mengerjap redup karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang, hingga ada sesuatu hal yang menarik perhatiannya dan membuat rasa kantuk itu sirna.
"Dasar bodoh!, kenapa malah melamun!, lanjutkan hukumanmu, bukan malah bengong seperti orang tolol begitu!"
Samar-samar terdengar gelegar suara pria yang marah-marah, seperti seorang guru yang sedang memarahi muridnya. Dan benar saja, di balik pagar pembatas, seorang siswa sedang menjalankan hukuman. Dia melakukan squad jump dari ujung lapangan timur hingga ujung lapangan barat yang berbatasan dengan Sekolah Baekhyun.
Melihat ada orang lain yang bernasib sial, serupa dengannya membuat Baekhyun sedikit bahagia saat ia melihat laki-laki itu meloncat loncat di bawah sinar matahari yang terik. Hingga sampai siswa itu berada di samping pagar pematas, tanpa sengaja mata keduanya bertemu. Dan Baekhyun tertegun melihat parasnya, dia seperti tak asing lagi dengan lelaki de javu, wajah itu telah ia lihat sebelumnya. Entah saat ia bermimpi atau di suatu tempat yang Baekhyun lupa sama sekali.
"HEI Berandal!, kenapa malah diam!, berhitunglah!, kau mau mengulang dari angka satu lagi?!"
Baekhyun terkikik pelan melihat lelaki itu dimarahi gurunya karena lupa menghitung sudah berapa kali squat jump yang dia lakukan. Saking asyiknya memperhatikan orang lain dihukum, lelaki mungil itu sampai menopang dagu dan tak memedulikan Guru Song yang sudah memulai pelajaran dan menjelaskan banyak hal.
Guru Song tau bahwa murid barunya itu tak memperhatikan, tapi karena apa yang baru ia alami, beliau urung untuk mengingatkan Baekhyun dan membiarkan carrier itu menenangkan diri dengan caranya sendiri.
"Saaem!, kau jangan terlalu kejam, aku sudah 100 kali melompat-lompat dibawah terik matahari!, tidakkah kau kasihan!"
Lelaki itu berhenti dan duduk di atas lapangan sembari bertumpu pada kedua ada penyesalan meski dia harus bersusah payah melayanin hukuman yang di berikan oleh gurunya. Ketahuan merokok di atap sekolah mendapat hukuman untuk sekedar squat jump adalah hal yang ringan, daripada mendapat skorsing atau membersihkan kamar mandi.
"100 kali kepalamu!, cepat selesaikan hukumanmu, tinggal 10 lompatan lagi!, siapa suruh kau terus melanggar peraturan sekolah !"
Kembali Baekhyun terkikik melihat tingkah konyol lelaki itu saat melompat-lompat asal menuju ke pagar yang berbatasan dengan sekolahnya. Hingga saat lelaki itu sampai di pagar perbatasan, bukannya berbalik menuju arah timur, dia malah berhenti melompat dan berdiri tegak.
Berjalan perlahan, kedua tangan ia julurkan untuk meraih bulatan kawat besi yang kemudian ia sisipkan jemari kedalamnya untuk ia cengkeram. Wajahnya ia dekatkan pada besi itu hingga akhirnya menempel dengan erat, apa yang ia lakukan membuat Baekhyun mengeryit, seolah lelaki itu sedang memerhatikan sesuatu yang berasal dari arahnya. Wajah lelaki itu kentara terkejut, mata bulatnya melotot kosong, hidungnya bangirnya megkerut dan bibirnya menganga lebar.
Baekhyun tak ingin terlalu percaya diri tapi nampakya pemuda itu sedang menatap kearah dirinya, dan dia dengan canggung melambaikan tangan pada pemuda berambut cokelat madu itu. Namun rasa panas tiba-tiba merambat pada pipi dan telinganya yang kini memerah saat melihat lelaki itu tetap bergeming meski dia telah berusaha menyapa.
"Ish memalukan", bisik Baekhyun pada dirinya sendiri, merasa di abaikan, dengan hati sedikit kesal lelaki mungil itu kini memilih untuk mulai mengeluarkan buku catatannya dan mendengarkan apa yang sedang di ajarkan oleh Guru Song.
"Kim Taehyung!", Guru Lee, sebagai kepala kedisiplinan di Hannyoung Comprehensive HighSchool, merasa kesal saat melihat muridnya kembali bengong dan justru berhenti seperti patung di pagar pembatas antar sekolah. "Sudah kubilang cepat selesaikan hukumanmu!, kau pikir aku suka berpanas-panasan disini hanya untuk mengawasimu!"
Seolah tuli, siswa bernama Taehyung itu tetap bergeming dengan tubuh dan wajah yang menempel sempurna pada besi pagar, kedua tangannya makin menggenggam erat kawat dari pagar itu dan kedua matanya bahkan masih melotot. Otaknya memroses apa yang baru ditangkap oleh indra penglihatan.
"Brengsek" gumamnya pelan pada dirinya sendiri, mata ia pejamkan untuk menyimpan rapih wajah ayu itu dalam memori sedang nafas ia hembuskan kasar seraya mengacak rambut lebatnya yang basah akan keringat. "seseorang harus menjaganya" bisiknya pada kehampaan.
"Kau tuli ya!, kutambah 50 kali lagi mau?"
"aduh!..., iya saem, maaf", kepalanya makin pening saat Guru Lee menamparnya dengan tangan kosong. "Sial celanaku sesak", bisiknya lagi, pada diri sendiri.
"Kau bilang apa?", sedikit mendengar ucapan berandal itu, Guru Lee bersiap untuk menampar kepalanya sekali lagi.
Namun Taehyung telah lebih dulu berlari ke ujung lapangan, dengan jantung berdegub kecang. Berharap apa yang baru ia lihat tak hanya fatamorgana yang membohongi angannya saja.
" Hiks", Baekhyun terisak kecil saat memandang pantulan dirinya sendiri di dalam cermin. Merasa begitu sedh dan kecewa akan takdirnya yaitu menjadi seorang lelaki yang bisa mengandung. Meskipun sekarang sudah bukan lagi di anggap hal yang tabu, namun kerap kali dia menerima ejekan dan bullyan hanya karena ia berbeda dari kebanyakan lelaki.
Apalagi semakin dewasa dia tumbuh, tubuhnya pun lambat laun berubah, pinggangnya yang dulu lurus, kini mulai menunjukkan lekukan serupa huruf S, identikal dengan milik wanita, pun pinggulnya pula melebar, karena dia akan melahirkan kelak. Dan yang paling memalukan adalah dadanya. Sebagai seseorang yang memiliki penis, sangatlah memalukan bila dadanya bulat dan mengembung di balik seragam yang dia pakai.
"Eomma, kenapa aku dulu tidak jadi perempuan sekalian?, atau lelaki biasa yang bertubuh normal", bisiknya pada diri sendiri.
Tatapannya sayu pada cermin yang memantulkan bayangnya. Namun wajah itu tetap cantik, dan semakin cantik dengan ujung hidung memerah dan pipi serta mata sembab. Perlahan Baekhyun membersikan pipi dan matanya yang basah menggunakan tissue, dalam hati memaki diri sendiri karena ia sangat mudah menangis setelah beranjak dewasa, seolah hormon dan sifat-sifat wanita makin menjadi dan tumbuh di dalam dirinya.
"Hai!", tubuh nya sedikit terlonjak saat tiba-tiba mendengar seseorang memanggilnya dari belakang. Secara spontan Baekhyun berbalik dan kedua matanya bertemu dengan seorang lelaki yang tersenyum miring ke arahnya. Dia jauh lebih tinggi dari Baekhyun, berkulit sedikit gelap dengan rambut hitam legam yang di biarkan jatuh menutupi dahi, bibirnya sedikit tebal dan tubuhnya sangat proporsional. Jika mereka tidak di pertemukan dalam remang-remang toilet seperti ini, mungkin Baekhyun akan tertarik.
Namun, nampaknya Baekhyun harus berpikir dua kali saat melihat senyum lelaki itu yang lebih identik dengan seringai, dan kedua tangannya bersedekap di depan dada, risih Baekhyun rasakan saat kedua mata lelaki itu seolah ingin menelanjanginya dari ujung rambut hingga ujung kaki, terutama saat ia fokus pada bagian dada Baekhyun yang memang terlihat sedikit lebih besar daripada lelaki kebanyakan.
"Aku, Jongin" dia menjulurkan tangan, tepat di depan dada Baekhyun menanti di sambut
"B-baekhyun", cicitnya takut-takut sembari menerima tangan Jongin dalam genggamannya.
"Oh, maafkan aku"
Baekhyun mengeryit heran saat Jongin tiba-tiba menarik tanganya dan bergegas menuju wastafel lalu cuci tangan, "Aku baru saja beronani Baek, dan lupa membersihkan tanganku lebih dulu"
Wajah Baekhyun seketika memerah mendengar perkataan Jongin, di pandangi tangannya yang kering dan bersih, dalam hati bersyukur tidak ada lendir putih yang berpindah ke tangannya dari tangan jongin.
"Mengapa para dominan itu bar-bar dan tak punya malu?', runtuknya dalam hati. Seumur hidup, baru sekali ini lelaki mungil itu bertemu dengan orang yang terang-terangan mengaku telah beronani, di siang bolong dan di toilet sekolah.
"Kau heran?", satu alis Jongin menukik melihat lelaki mungil itu gusar dan mengeryit jijik, "Kau akan terbiasa nanti"
"A-apakah, di sekolah ini juga ada carrier lain?"
"Ada", jawabnya sembari membalik tubuh dan kembali menatap Baekhyun dengan tajam, "Namun mereka tak terlihat seperti carrier,tapi aku tau ada beberapa carrier di sekolah ini"
"Dan, apakah mereka di bully karena menjadi carrier?", tanya Baekhyun ragu dengan kerjapan matanya yang begitu polos.
Hal itu membuat Jongin sedikit kasihan pada si carrier cantik. Karena ia tak tau hal besar apa yang akan dihadapi setelah masuk ke sekolah ini .
"Tidak ada orang yang di bully hanya karena dia carrier" selangkah Jongin mendekat dan menatap lebih tajam kedua mata amber Baekhyun yang indah, "Mereka di bully karena lemah, dan tak mampu melindungi diri sendiri, persetan kau carrier atau bukan, yang terpenting adalah, jangan kau biarkan orang lain menindasmu"
Baekhyun menahan nafas saat wajah Jongin tepat berada di depan wajahnya dan udara hangat dari pria itu menerpa.
"Kau begitu cantik Baekhyun", bisik pria itu seraya melarikan buku tangannya kepada pipi gembil Baekhyun yang begitu putih dan mulus, "Berhati-hatilah, segala sesuatu tak selalu seperti apa yang terlihat"
Mencubit pipi itu perlahan, Jongin pun melangkah pergi, meninggalkan Baekhyun yang termangu, memikirkan perkataan pria itu. Hingga tak sadar bahwa lagi-lagi dirinya baru saja di sentuh oleh pria yang baru ia temui.
Sampai akhirnya lelaki mungil itu bangun dari lamunannya, ia mengerjap pelan dan memilih untuk bergegas pergi dari toilet yang pencahayaannya buruk itu.
Dalam hati tak dapat di pungkiri bahwa ia takut akan terjadi sesuatu, apalagi jika harus bertemu dengan lelaki brengsek berambut merah yang bernama Park Chanyeol.
"Hey Cantik!"
'Jangan menoleh Baekhyun', dalam hati Baekhyun memaki dan berusaha untuk tidak memedulikan siulan dan seruan dari lelaki bersurai merah itu.
Belum cukup telah merendahkannya di hadapan kelas tadi pagi, kini saat makan siang pun lelaki itu masih berusaha mengganggunya.
Dia duduk di ujung ruangan dengan teman-temannya pada meja berbentuk bulat dan beda dari meja lain yang berbentuk persegi panjang. Meja itu pula seolah sudah di tandai oleh Chanyeol dan geng nya karena banyak sekali coret-coretan yang mengotori pada permukaan meja dan bangku nya. Kontras dengan meja lain yang begitu bersih. Dan park Chanyeol sedang duduk di atas meja itu dengan kaki ia letakkan pada salah satu bangku.
Matanya menatap sosok mungil yang terus berjalan, meski Chanyeol telah berusaha memanggilnya. Dengan bahu gemetar, terlihat dari makanan dan minuman yang ikut bergerak pada nampan yang ia bawa, Baekhyun terus mempercepat langkahnya. Hal itu membuat Park Chanyeol benci, sangat benci karena diabaikan begitu saja.
"Hey Carrier!, berhenti disitu!"
"Semua akan baik-baik saja Baekhyun", menghela nafas kesal, Baekhyun akhirnya berhenti dan berbalik. Berjalan dengan langkah di hentak ke arah Chanyeol dan gengnya.
Lelaki mungil itu sedikit terkejut saat melihat Jongin duduk di bangku itu, dan dua laki-laki lain. Yang satu berkulit putih, tinggi berambut oranye, berwajah sangat cuek dan sibuk sendiri bermain ponsel sembari mengunyah permen karet. Sementara pria satunya lagi berpenampilan nyentrik dengan rambut berwarna Lilac dan kacamata hitam yang ia pakai terbalik di belakang kepala, kukunya di cat hitam dan juga tengah sibuk pada ponselnya dan nengunyah permen karet pula dengan kecapan yang sangat keras. Di antara mereka, Jongin yang menaruh perhatian atas apa yang akan dilakukan oleh ketua gengnya pada murid baru itu.
"Apa maumu Chanyeol!", desis Baekhyun sambil memincingkan mata.
Tak banyak bicara, lelaki berambut merah itu hanya menyeringai lalu melompat turun dari meja kebanggaannya. Berjalan pelan, dengan pandangan sangat meremehkan ke arah Baekhyun yang berusaha membuat ekspresi kesal dan mengintimidasi. Namun kasihan, karena Chanyeol semakin gemas melihat Baekhyun yang berusaha marah dan garang.
"wow, terimakasih karena mengingat namaku tuan putri", godanya sembari menarik dagu Baekhyun dengan kedua jarinya.
"Tapi, apakah kau yakin bisa memberikan apa mauku?, hmm?"
Suara beratnya terdengar memuakkan di telinga Baekhyun, ingin rasanya untuk menamparkan nasi dan daging di nampan Baekyun pada wajah chanyeol untuk menghapus seringaian yang sangat menjijikkan itu.
"Kau bukan boss ku Chanyeol, untuk apa aku menuruti maumu!" desis Baekhyun dibawah nafasnya.
Alis Chanyeol menukik tajam, tertarik pada keberanian si mungil yang tiba-tiba. Kemana Baekhyun yang menangis beberapa jam lalu, setelah di hina olehnya.
"Woah, aku suka singa betina yang agresif", Bisik Chanyeol tepat di depan wajah Baekhyun, menghembuskan nafas pada kedua mata simungil yang terpejam menahan rasa malu, kesal dan amarah.
"aku manusia, bukan singa atau mamalia lainnya, jadi kumohon biarkan aku pergi" Baekhyun beringsut menjauh dari Chanyeol dan tersenyum tipis yang terlihat sangat dipaksakan. "Permisi Chanyeol"
"Woah, tidak secepat itu cantik", lelaki itu cekatan untuk mencengkeram lengan Baekhyun, dan apa yang dilakukan Chanyeol selanjutnya membuat Baekhyun makin kesal dan terkejut.
Si surai merah mengambil ponsel Baekhyun dari kantung blazer nya lalu menjatuhkan ponsel itu begitu saja di depan kakinya sendiri. Dengan seringai lebar, Chanyeol lalu melepaskan cengkeramannya pada lengan Baekhyun dan kini bersedekap. Mata bulatnya menatap Baekhyun dengan gairah yang sedikit meluap, bibirnya ia basahi terus dan konstan menelan ludahnya sendiri seolah ia sedang melihat makanan favoritnya sedang di hidangkan.
Baekhyun sangat benci di perlakukan seperti ini, seolah ia hanyalah bahan dan objek fantasi lelaki. Dan dia benci menjadi alasan mengapa penis pria itu menegang sekarang, bahkan saat Baekhyun hanya terdiam berdiri serta memberikan tatapan kebencian pada berandal itu.
"Kau tak ingin mengambil ponselmu?", Chanyeol menunjuk menggunakan dagunya pada ponsel itu. "Atau aku boleh memilikinya?, siapa tau aku beruntung dan menemukan foto telanjangmu di dalamnya mungkin?"
"Jaga bicaramu!", desis Baekhyun dengan nafas memburu. Kekesalannya memuncak dan ia siap meledak sekarang juga.
Dengan kasar pria mungil itu membanting nampannya di meja terdekat, dan bergegas membungkuk di depan Chanyeol untuk mengambil ponselnya. Namun apa yang terjadi selanjutnya benar-benar membuatnya kembali menitikkan air mata. Dengan seringai gilanya Chanyeol menarik cekatan pinggang Baekhyun ke belakang untuk ia tubrukkan pada selangkangannya sendiri yang ia dorong kedepan. Tak luput satu tamparan keras pada pipi pantat Baekhyun yang ia remas kemudian.
"Ahhhh...ahhh...aaahhhh, ketat sekali Baekh", kelakarnya dengan desahan keras, serta terus memaju-mundurkan pinggulnya dan meremas pantat berisi Baekhyun.
WOOHOOOOO
Cafetaria seketika riuh melihat adegan tidak senonoh berandal sekolah dengan si murid baru. Dalam hati para lelaki itu ikut meringis ngilu membayangkan ada di posisi Chanyeol, betapa nikmat tubuh sintal carrier itu untuk memuaskan mereka. Tapi mereka takkan memertaruhkan nyawa, karena Chanyeol telah meletakkan kepemilikannya pada lelaki itu, meski hanya sebatas pandangan mata, mereka pun akan mengerti.
"BRENGSEK!"
BRAKKKK
Mendadak suasana senyap, di karenakan teriakan Baekhyun yang di susul oleh jatuhnya Chanyeol yang terjembab dan menabrak salah satu meja. Berandal itupun terdiam, menatap simungil yang bernafas kasar dengan wajah luar biasa merah. Chanyeol sedikit mengagumi kekuatan Baekhyun untuk mendorongnya dan membuatnya terjembab, tak nampak sama sekali dari perawakannya yang kecil bahwa dia sanggup membuat seorang Park Chanyeol terjatuh.
"K-kau!- hiks, kau menjijikan" bisik Baekhyun di sela isak tangisnya, secepat kilat lelaki cantik itu berlari meninggalkan cafetaria dengan isak tangis yang semakin kencang saat dia semakin jauh dari tempat itu.
Dalam hati, ia sangat membenci apa yang baru Chanyeol lakukan, dalam satu hari sudah dua kali ia di lecehkan oleh orang yang sama dan Baekhyun akan membenci orang itu sampai ke dasar hatinya.
"Brengsek" desis Chanyeol seraya berdiri,lalu membersihkan kemejanya yang terkena debu lantai, "kenapa tangisnya cantik sekali"
"Itu tadi sangat kurangajar Chanyeol", pria yang sedari tadi hanya memerhatikan adegan pelecehan di balik layar ponselnya itu mengeryit geli pada kawannya. Namun ia kembali mengedikkan bahu dan mengunyah permen karet dengan keras, "Kalau aku jadi dia, sudah ku tusukkan sumpit ku pada kedua matamu"
"Diam kau Kris!" desis Chanyeol kesal seraya kembali duduk di bangkunya semula, "Carrier itu selalu membuat penisku berdiri"
"Jika anakmu bertanya, bagaimana pertama kali ayahnya bertemu ibunya, apa yang akan kau jawab yeol?", tanya Jongin dengan sedikit terkekeh geli saat melihat hyungnya begitu berantakan dan kesal.
Chanyeol menyeringai kecil mendengar pertanyaan itu, "Aku akan menjawab bahwa alat kelamin kami yang berkenalan dan mengobrol jadi aku akan menyuruhnya untuk bertanya pada penisku" jawabnya sembari menunjuk ke arah selangkangannya sendiri, "Dan lubang Baekhyun", putusnya di ikuti tawa terbahak oleh orang-orang yang duduk di meja itu.
"Kau benar-benar sampah hyung", pria berambut oranye itu menyahut dengan ekspresi wajahnya yang datar, "Seorang carrier sepertinya tak akan mau bersanding dengan dominan brengsek sepertimu"
"Persetan oh Sehun!" desis Chanyeol yang mulai kesal dengan kawannya sendiri, "Dia memang terlalu indah untukku, tapi aku akan membuatnya menerimaku"
Dari ketiga orang itu, hanya Jongin yang mendengarkan dengan seksama perkataan Chanyeol, dan pria itu hanya tersenyum simpul. Berharap agar Baekhyun bisa bersabar dan tidak diam saja untuk menghadapi perlakuan Chanyeol sampai dia lulus dari sekolah itu. Namun disisi lain, pria itu bahagia karena akhirnya Chanyeol memiliki warna lagi dalam dirinya.
"Brengsek, Park Chanyeol brengsek" umpat Baekhyun pelan, terdengar jauh mirip dengan rengekan daripada umpatan kasar.
Baekhyun menghela nafasnya lelah, mata sayunya memandang hamparan rumput hijau di hadapannya. Warna hijau bisa menenangkan, itu yang pernah Baekhyun baca pada suatu blog dan menurutnya fakta itu sedikit sesuai dengan suasana hatinya yang sedikit membaik setelah ia menyendiri di tribun lapangan sepak bola yang rumputnya sangat hijau dan segar.
Baru hari pertama, bahkan belum sempat lelaki mungil itu berkeliling ke seluruh sudut sekolah dan mengenal lingkungan Daesun Highschool itu sendiri, tapi dirinya sudah dua kali di lecehkan oleh berandal yang sama dengan cara yang sangat kurangajar.
Bagian terburuknya adalah tak ada satu orangpun yang membela Baekhyun saat di perlakukan dengan kurangajar seperti itu, bahkan lelaki itu tau bahwa mereka yang melihat justru ingin berada di posisi Chanyeol untuk menggesekan selangkangan mereka pada bagian belakangnya.
"Aku benci menjadi carrier" bisik Baekhyun sangat pelan kepada hembusan angin yang menyapa. Perlahan matanya ia pejamkan lalu menyembunyikan kepalanya di lutut yang sedang ia peluk.
BUUGHH
Baekhyun terlonjak kaget saat tiba-tiba ada suara seperti sesuatu jatuh dari atas, dan kedua matanya otomatis melotot melihat seseorang menggunakan blazer merah baru saja melompat turun dari pagar besi pembatas Daesun dengan Hayoung. Dan satu hal yang ada di benak Baekhyun adalah berlari, karena bisa saja itu adalah salah satu berandal sekolah Hayoung yang akan berbuat onar atau siapapun itu, yang jelas dia cukup gila untuk memanjat pagar besi yang tingginya lebih dari dua meter.
Lelaki itu berdiri dari posisi jatuhnya yang semula tengkurap, wajahnya mengeryit kesakitan, namun dia nampak acuh saat dengan cekatan membersihkan lutut dan lengannya yang terkena noda tanah. Diapun berjalan pelan menuju arah Baekhyun yang duduk di barisan ketiga dari di hitung dari atas. Namun seketika niat carrier itu untuk kabur ia urungkan saat semakin jelas terlihat siapa yang berjalan ke arahnya.
Pria itu melangkah pelan, sedikit terhuyung, mungkin karena kakinya sakit. Namun yang menangkap perhatian Baekhyun adalah bandana yang di ikatkan pada dahi pria itu, berwarna hitam dengan sedikit corak putih terlilit asal namun kencang.
Rambut lelaki itu sedikit terangkat menunjukan dahinya yang tegas. Selaras dengan hidungnya yang bangir dan bibirnya yang tipis. Baekhyun yakin bila ia terlahir sebagai lelaki dominan maka ia akan berwajah setampan itu.
"Bukankah dia berandal yang di hukum tadi pagi" monolog Baekhyun saat melihat wajah pria itu yang semakin jelas dan dekat.
Entah mengapa terbesit sedikit rasa tak nyaman dan takut saat siswa Hayoung itu makin mendekat dan kini langkah kakinya sudah melewati dua tangga tribun terakhir untuk sampai di tempat Baekhyun duduk.
"Perasaanku saja, atau kau anak baru?", pria itu berjalan perlahan berdiri tepat di depan Baekhyun dan membuat lelaki mungil itu mendongakkan kepalanya lalu megangguk pelan membiarkan pria itu duduk di bangku sampingnya.
"Dan belum ada satu minggu tapi kau sudah menyendiri disini",ucap lelaki itu sembari merebahkan punggungnya pada sandaran bangku, desahan lega keluar dari mulutnya saat merasakan punggungnya bisa beristirahat setelah jatuh dari pagar yang cukup tinggi.
"kau membuat masalah?"
Baekhyun memandang kesal lelaki disampingnya yang melontarkan perntanyaan akan sesuatu yang tak ingin ia bahas dan ingat-ingat.
"Aku bukan berandal sepertimu, tenang saja" jawab Baekhyun pelan, penuh nada lelah dan sedih dalam suaranya. "Mereka saja yang jahat"
"Jadi berandal banyak untungnya asal kau tau"
"Apa?, bisa memanjat pagar tinggi dan merasa baik-baik saja setelah terjatuh?", sindir Baekhyun, "atau olahraga ekstra di pagihari dengan melompat-lompat dari ujung ke ujung lapangan?"
Lelaki itu tertawa mendengar perkataan Baekhyun yang sarat akan sindiran, kepalanya ia gelengkan perlahan.
"Jadilah satu, maka kau akan tau"
Baekhyun hanya menggeleng pelan mendengarnya,
"Apa yang kau lakukan disini?, ini bahkan bukan sekolahmu"
Pria itu mengedikkn bahu, "Menikmati ini", jawabnya seraya mengambil sebuah bungkusan berbentuk kotak dari dalam saku blazernya dan hal itu membuat Baekhyun melebarkan matannya.
"Hei, kenapa melakukannya disini!, lakukan di sekolahmu sendiri, kau tidak takut ketahuan?!"
"Kenapa harus?"
Baekhyun menggigit bibir bawahnya kesal melihat lelaki itu yang memandangnya dengan satu alis terangkat seolah pertanyaannya adalah pertanyaan yang bodoh.
Jemarinya dengan cekatan membuka bungkus rokok di tangan dan mengambil satu batang untuk di selipkan pada telinga kirinya dan dia tersenyum menyebalkan ke arah Baekhyun.
"Apa hanya karena aku memakai Blazer berwarna merah, mereka akan otomatis mengenaliku?", ujarnya seraya melepas blazer yang ia kenakan dan menaruhnya asal di bangku sebelah.
Lelaki itu menggulung kemejanya sampai sebatas siku dan membuka dua kancing teratasnya lalu mengeluarkan sebelah baju yang semula di masukkan ke dalam celana. Dia berkacak pinggang di depan Baekhyun.
"Bukankah sekarang aku sudah seperti anak Daesun?"
Baekhyun terkikik pelan melihat penampilannya yang nampak seperti preman alih-alih anak sekolah, tapi ada satu hal yang masih kurang "Tidak, bajumu terlalu bersih untuk terlihat se berandal anak Daesun".
Tanpa Baekhyun duga, lelaki itu melepas kemeja putihnya dengan cepat dan bertelanjang dada di depan Baekhyun yang terkejut bukan main saat tiba-tiba di depan matanya terpampang tubuh indah seorang dominan gila yang kini menjatuhkan bajunya sendiri di atas lantai tribun dan menginjak-injak baju itu dengan sepatunya sendiri.
Beberapa saat kemudian lelaki itu mengambil dan memakai lagi kemeja putihnya yang kini sudah menjadi kotor dalam sekejap, karena debu di lantai dan bekas injakan sepatu yang kentara jelas.
"Bagaimana sekarang?"
"dasar bodoh" jawab Baekhyun di susul dengan tawa ringan yang keluar dari mulutnya, membuat berandal itu tersenyum kecil melihat si carrier bahagia di hadapannya.
Dia kembali duduk di sebelah Baekhyun, mengambil rokok yang semula terselip di telinga, batang ramping itu berputar sejenak di jemari panjangnya sebelum ia memasukkan kedalam mulut dan menggigit ujung belakang rokok itu di gigi depannya sembari kedua tangan sibuk mencari pemantik api di saku celana dan blazernya.
"Kau lupa membawa pemantik?" tanya Baekhyun kemudian seraya melihat lelaki di sampingnya nampak sibuk dengan dirinya sendiri.
"Kau membawa?"
"Tentu saja tidak, untuk apa membawa barang seperti itu ke sekolah" Jawab Baekhyun ketus, dan lelaki itu hanya tertawa kecil.
Sampai akhirnya ia mengingat sesuatu dan melepas sepatu yang ia kenakan, mengambil pemantik itu dari dalamnya.
"Orang asing, kau benar-benar akan merokok?", tanya Baekhyun polos dengan mata membulat melihat lelaki itu kini menyalakan pemantik di depan ujung rokok yang ia gigit.
Dan dominan itu mengurungkan niatnya, ia tersenyum mendengar perkataan Baekhyun. Ingin sekali mengusak gemas surai cokelat tebal itu namun urung ia lakukan, alih-alih jari telunjuk dan tengahnya menjepit batang rokok itu untuk ia tunjukkan di hadapan si carrier.
"Jangan kau kira aku hanya akan meletakkan nya disini,.." ia kembali menggigit batang itu lalu mengedikkan bahunya, "membiarkannya tak menyala karena ini hanya sebuah 'metaphora?'" Putusnya dengan membuat tanda kutip menggunakan dua tangan.
Carrier itu tertawa, lalu tersenyum lebar dengan sangat manis hingga sipitnya melengkung membentuk seperti bulan sabit serta pipi tembam itu menggembung dihiasi oleh semburat merah cantik yang terlihat seperti pemerah pipi.
Seolah waktu di bekukan, senyuman itu membuat si dominan tertegun, jantungnya berdegub dengan irama tak beraturan melihat si carrier cantik begitu dekat di hadapannya, tersenyum dan tertawa karena dirinya.
"Kau tau film itu?, kupikir berandal sepertimu tak mau menonton film romantis"
"Aku hanya merasa kasihan pada lelaki di film itu, tak bisa merasakan nikmatnya sebuah rokok" ia menyeringai lalu benar-benar menyulut rokok itu dengan api, tak lama kemudian ia telah menghembuskan asap pekat dari mulut dan hidungnya yang membuat Baekhyun sedikit terbatuk.
Pria itu mengambil batang ramping rokok untuk ia jentikkan, membuang abu di ujung depan untuk ia hisap kembali. Helaan lega keluar dari mulutnya sembari memejamkan mata, Baekhyun bergidik melihatnya.
Matanya terpejam dan jakunnya naik turun serta mulutnya mencecap rasa pahit yang berlarian di indra perasa, lelaki itu menikmati tembakau seolah tengah mengalami hal terbaik di hidupnya. Memindah batang rokok pada jemari tangan kiri, lelaki itu beringsut lebih dekat ke arah Baekhyun.
"Aku Taehyung", Si dominan menarik punggung tangan Baekhyun paksa untuk ia dekatkan pada wajahnya, lalu ia kecup pelan. "Salam kenal Baekhyun"
"Bagaimana kau tau namaku?"
"Aku membacanya di nametag mu"
"Oh", Baekhyun sedikit tertegun, lalu menarik tangannya yang masih di genggam oleh lelaki asing bernama Taehyung itu, "Maaf, sepertinya aku harus pergi"
Masih sedikit trauma atas apa yang Chanyeol lakukan, Baekhyun memilih untuk bergegas meninggalkan tempat sepi itu. Dominan di sampingnya entah mengapa membuat dirinya merasa sedikit berdebar dan tidak nyaman, apalagi lelaki itu baru saja mencium punggung tangannya, tak menutup kemungkinan ia akan melakukan hal lain yang lebih parah, seperti yang Chanyeol lakukan.
Sayangnya, belum satu langkah di ambil, tangan Baekhyun lagi-lagi di cengkeram. Dominan itu berdiri di belakangnya, dengan kebulan asap rokok pekat yang makin membuat Baekhyun merasa dekat akan bahaya dan keakutan.
"Aku takkan berbuat hal buruk terhadap mu Baekhyun" bisik Taehyung dengan suara beratnya yang dalam, batang rokok yang baru habis setengah itu ia buang asal kelantai lalu di injak dengan ujung sepatunya. "Karena-,"
Pria itu menggantung kalimatnya, tanpa permisi memutar tubuh lalu menarik pinggang ramping Baekhyun untuk mendekat dan menyatukan dahi mereka. Seperti tersihir, si carrier hanya diam saat lagi-lagi di sentuh terlalu intim oleh seorang dominan.
"-kau terlalu indah untuk disakiti". lanjut Taehyung sembari menatap tajam dua mata polos yang mengerjap di hadapannya, jemari tangan merayap menjelajah naik turun sepanjang garis punggung Baekhyun untuk berhenti pada pinggulnya dan mengambil ponsel yang berada di saku celana si mungil.
Baekhyun terhentak saat tangan kiri Taehyung mendekapnya di dada, sedangkan tangan kanan si dominan berusaha membuka password ponsel milik si carrier.
"Apa passwordnya Baekhyun", bisiknya pada telinga Baekhyun yang meremang, semakin erat pula rengkuhan pada pinggang lelaki itu, agar Baekhyun tak memberontak dan menggagalkan rencananya.
"K-kosong tujuh, kosong t-tujuh"
Taehyung tersenyum kecil mendapati si carrier hanya menurut dan memberinya akses untuk masuk kedalam ponselnya. Cekatan jemari pria itu mengetikkan sesuatu di dalamnya, sebelum akhirnya ia melepaskan Baekhyun yang terengah dengan wajah merah panas seperti kepiting rebus.
"Kenapa?", Taehyung terkekeh kecil melihat Baekhyun yang begitu merah, namun ia justru mendekatkan wajahnya lagi hingga hidung mereka bersentuhan, hal itu berdampak buruk untuk jantung si carrier karena Baekhyun merasa sangat berdebar, hingga dominan itu menarik kembali tubuhnya untuk berdiri tegak. "Tidak usah tegang Baekhyun, ini aku kembalikan"
Dengan ragu, lelaki mungil itu menerima ponselnya, "A-apa yang kau lakukan dengan ponselku?"
"Rahasia" jawabnya seraya mencubit hidung bangir Baekhyun.
Taehyung pun mengambil blazer merah identitas sekolah Hayoung dan menentengnya di pundak, berjalan mendekati Baekhyun dengan senyum miringnya yang penuh tanda tanya.
"Jam 8 malam, dandan yang cantik Baekhyun", bisiknya seraya menatap tajam dan mengangkat dagu runcing Baekhyun."Aku akan menunggumu sampai kau turun, meski sampai pagi aku harus menunggu, akan aku lakukan"
Setelah terdengar derap langkah kaki Taehyung menjauh, Baekhyun terduduk di lantai tribun dengan bunyi debuman seperti orang terjatuh.
Jantungnya berdegub di luar kendali dan dia meruntuki nasib sialnya, belum satu hari penuh namun dua dominan brengsek dan berandal telah berusaha mendekatinya. Mata lelaki mungil itu terpejam lelah, seharusnya ia tetap berada di Busan saja dan tidak pindah ke seoul mengikuti ayahhnya. Mungkin ia tak harus jadi bahan pelecehan disini.
Drrrttt drrrtttt
Ponsel Baekyun bergetar, dan simungil itu dengan ogah membuka ponselnya hanya untuk menemukan satu pesan singkat dari kontak yang di beri nama "Daddy", Baekhyun mengeryit melihatnya karena selama yang ia ingat, dia selalu memanggil ayahnya dengan sebutan Appa.
Sudahkah ku beri tahu bahwa kau begitu cantik hari ini?, bahkan aku terpana melihat tangismu di balik jendela kelas pagi tadi. Tidak pernah aku suka menjalani hukuman atas kenakalanku, namun hari ini aku bersyukur telah di hukum.
Taehyung.
Dan sekali lagi Baekhyun hanya bisa menghela nafas jengah membacanya, "Tahun ini akan menjadi tahun yang panjang"
Adunya pada kekosongan angin yang berhembus menyapa sore yang akan tiba.
TBC
Kalau suka silahkan baca dan review. Kalau tak suka silahkan pergi dan jangan tinggalkan jejak.
Terima kasih.
Ps: tidak semuanya selalu sama seperti apa yang terlihat.
